Selasa, 15 September 2015

Memulihkan Persekutuan Yang Retak

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 20)


 Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah persekutuan yang telah dibangun (entah itu masih baru ataupun sudah lama), dapat pula mengalami keretakan. Oleh karena itu perlu adanya pemulihan karena inti dari kehidupan ialah belajar bagaimana mengasihi, Allah ingin agar kita menghargai hubungan dan berupaya untuk memeliharanya dan bukan menolaknya ketika ada keretakan, sakit hati, atau konflik. Lalu bagaimana kita dapat memulihkan suatu hubungan? Yang harus Anda lakukan adalah berbicara kepada Allah sebelum Anda berbicara dengan orang tersebut (melalui doa), selalu mengambil inisiatif untuk menyelesaikan masalah tersebut (tidak peduli apakah Anda yang melukai atau yang dilukai, Allah ingin agar Anda mengambil langkah pertama), bersimpati terhadap perasaan-perasaan mereka, akui peranan Anda dalam konflik (kalau Anda yang bersalah, akuilah itu), seranglah masalahnya,  bukan orangnya (bereskan masalahnya bukan orangnya), bekerja sama sebanyak mungkin, utamakan rekonsiliasi (mengutamakan hubungan), bukan resolusi (mengutamakan masalah); bila kita mengutamakan rekonsiliasi, masalah akan kehilangan maknanya dan seringkali tidak relevan.

Refleksi Pribadi

           Salah satu kebiasaan/adat orang Sumba adalah “tidak membiarkan bak kabar mandi kosong di malam hari, oleh karena itu ketika malam hari, bak mandi akan diisi air bahkan sampai penuh/ rata dengan permukaan bak mandi.” Hal ini dianggap penting, karena apabila dilanggar, maka penghuni rumahnya akan mengalami sakit perut keesokan harinya. Terlepas dari benar atau tidaknya kebiasaan ini, yang mau saya katakan adalah bahwa hubungan kitapun dengan orang lain harus seperti itu. Artinya ketika hubungan kita dengan orang lain retak, kurang bagus (disimbolkan dengan bak mandi yang kosong) maka kita perlu mengadakan rekonsiliasi dengan orang itu (disimbolkan dengan bak mandi yang kosong kemudian diisi dengan air sampai penuh). Memang tidak mudah untuk melakukan hal ini, namun hal ini sangat penting sebab Tuhan menginginkan kita untuk hidup damai dengan orang lain. Tujuan Kristuspun datang kedunia adalah melakukan rekonsiliasi, antara kita dengan Bapa di sorga, yang mana hubungan itu rusak ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Allah Bapa di surga, melalui AnakNya Yesus Kristus, diutus untuk membawa rekonsiliasi di dunia. Allahlah yang berinisiatif untuk memperbaiki hubungan Dia dengan kita. Kalau Allah saja lewat Yesus Kristus rindu untuk mengadakan rekonsiliasi dengan kita, mengapa kita tidak? Mengapa kita tidak melakukan hal itu sebagaimana yang dilakukan Yesus dalam hidup kita? Bukankah selayaknyalah kita meneladani Yesus? Mari, lakukanlah rekonsiliasi dengan sesama kita, entah itu dengan sahabat kita, orang tua kita, kakak adik, keluarga maupun orang lain. Dan yang paling penting adalah sebelum melakukan rekonsiliasi dengan sesama kita, rekonsiliasilah hubungan kita dengan Tuhan. Ketika hubungan kita dengan Tuhan Yesus dipulihkan, tentu kitapun akan dimampukan untuk berekonsiliasi dengan sesama kita.

Jangan biarkan persekutuan kita retak,
Sebab hubungan yang retak dapat menghancurkan hidup kita




Mengembangkan Komunitas

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 19)



                                                      

         Dalam mengembangkan sebuah komunitas dibutuhkan sebuah komitmen. Kejujuranpun sangat dibutuhkan. Seringkali dalam relasi kita ditengah komunitas, kita tahu apa yang perlu dikatakan kepada seseorang, tetapi rasa takut kita menghalangi kita untuk mengatakan apapun. Padahal Alkitab memerintahkan kita untuk “menyatakan hal-hal yang benar dengan sikap penuh kasih” Efes. 4:15 (BIS). Persekutuan yang sejati, entah dalam sebuah pernikahan, persahabatan, atau dalam gereja Anda, bergantung pada keterusterangan. Sayangnya ribuan persekutuan telah hancur karena kurangnya kejujuran. Paulus harus menegur jemaat Korintus karena sikap diam mereka yang pasif waktu membiarkan kedursilaan di dalam persekutuan mereka.
Di samping itu, mengembangkan sebuah komunitaspun membutuhkan kerendahan hati. Mementingkan diri sendiri, membenarkan diri sendiri dan keangkuhan menghancurkan persekutuan. Keangkuhan menghalangi kasih karunia Allah di dalam kehidupan kita yang harus kita miliki untuk dapat bertumbuh, berubah, sembuh dan menolong orang lain. Sikap hormat (menghargai perbedaan2), bisa memegang rahasia dan tetap dengan kelompok, Anda akan membangun persekutuan yang murni.


Refleksi Pribadi

            Membangun sebuah komunitas bukanlah perkara yang mudah. Termasuk dalam hal ini “gereja.” Sekalipun gereja adalah sebuah komunitas orang percaya; pengikut-pengikut Kristus, namun seringkali kita temukan bahwa “gereja” dapat terpecah-pecah oleh karena perbedaan pendapat (menganggap pendapatnyalah yang paling benar dan pendapat orang lain itu salah), budaya (sukuisme) dan komitmen yang sungguh-sungguh di antara para anggota gereja (mis. tidak mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan gereja seperti persekutuan doa, ibadah wilayah, PA dll). Ketika kita tidak mempunyai komitmen yang sungguh-sungguh, maka cepat atau lambat kita akan mengalami kemunduran dalam hidup kita dari komunitas orang percaya. Apabila kita punya komitmen yang sungguh, maka apapun yang kita hadapi dalam kehidupan beriman kita, sedikitpun tidak akan menggoyahkan bahkan membuat kita mundur dari pelayanan kita. Komitmen yang sungguh, akan mendorong kita untuk tetap teguh hidup dalam Kristus sampai kapanpun.

Hidup dalam sebuah komunitas bagaikan lalang di antara ilalalang,
mudah untuk dikenal, diterima namun mudah pula untuk ditolak
kuatkanlah hati dan teguhkanlah, Karena Tuhan akan menolongmu


Menjalani Kehidupan Bersama-sama

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 18)

 Allah menginginkan agar kita menjalani kehidupan bersama-sama. Inilah yang dimaksudkan dengan sebuah persekutuan. Persekutuan termasuk mengasihi dengan tidak mementingkan diri sendiri, berbagi pengalaman dengan jujur, melayani secara praktis, memberi dengan berkorban, menghibur dengan penuh simpati. Persekutuan baru terwujud, ketika orang Kristen terlibat dalam sebuah kelompok kecil di dalam gereja, entah itu kelompok persekutuan rumah, sebuah kelas sekolah minggu, atau sebuah pendalaman Alkitab. Di sinilah suatu persekutuan yang sesungguhnya berlangsung, bukan di dalam perkumpulan besar. Bagaimana kita dapat membedakan manakah persekutuan yang sejati dan mana yang palsu? Dalam persekutuan yang sejati, orang mengalami otentisitas (berbagi pengalaman secara jujur), orang-orang mengalami kebersamaan (kebersamaan adalah seni memberi dan menerima; saling bergantung), orang-orang mengalami simpati (masuk dan turut merasakan penderitaan orang lain), orang-orang memperoleh belas kasihan (persekutuan adalah tempat kasih karunia, di mana kesalahan-kesalahan tidak diungkit-ungkit tetapi dihapuskan).





Refleksi Pribadi

Manusia adalah makhluk sosial. Artinya bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu kita perlu membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Inilah yang disebut dengan kehidupan bersama. Kehidupan bersama dengan orang-orang percaya sungguh penting, karena di dalamnya kita bisa saling menolong satu dengan yang lain, bisa saling membangun, saling menghibur, saling menguatkan dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam membangun kehidupan bersama, perlu adanya ketulusan, kejujuran dan keikhlasan sehingga apapun yang kita lakukan, boleh diberkati Tuhan.  

Tempat Untuk Menjadi Anggota

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 17)

Anda dipanggil untuk menjadi anggota, bukan hanya percaya. Alkitab mengatakan “kita merupakan satu tubuh, rapih tersusun, turut dibangunkan, turut menjadi anggota-anggota tubuh, ahli-ahli waris, diikat menjadi satu, ditunjang menjadi satu dan akan diangkat bersama-sama,” 1 Kor. 12:12 (AITB). Meskipun hubungan Anda dengan Kristus bersifat pribadi, Allah tidak pernah bermaksud menjadikannya terpisah. Dalam keluarga Allah, Anda dihubungkan dengan semua orang percaya lainnya dan kita akan saling memiliki untuk selamanya.

Mengikut Kristus berarti menjadi anggota, bukan sekedar percaya. Kita adalah anggota-anggota tubuhNya, yaitu Gereja. Bagi Paulus, menjadi “anggota” gereja berarti menjadi organ penting dari suatu tubuh yang hidup, suatu bagian yang sangat diperlukan dan saling terkait dari Tubuh Kristus.

Agar organ-organ tubuh Anda memenuhi tujuannya, organ-organ tersebut harus dihubungkan dengan tubuh Anda. Hal yang sama berlaku bagi Anda sebagai bagian dari tubuh Kristus. Anda diciptakan untuk suatu peran kusus, tetapi Anda akan kehilangan tujuan kedua dari hidup Anda jika Anda tidak melekat pada sebuah gereja lokal yang hidup. Alkitab mengatakan bahwa seorang Kristen tanpa sebuah gereja adalah seperti organ tanpa tubuh, seekor domba tanpa kawan, atau seorang anak tanpa keluarga.

Anda membutuhkan sebuah keluarga gereja karena sebuah keluarga gereja menunjukan bahwa Anda adalah sungguh-sungguh orang percaya (Saya tidak bisa menyatakan diri sebagai pengikut Kristus jika saya tidak terikat pada satu kelompok murid tertentu), sebuah keluarga gereja mengeluarkan Anda dari keterasingan yang mementingkan diri sendiri (gereja merupakan laboratorium untuk menerapkan kasih yang penuh perhatian dan tidak mementingkan diri sendiri); sebuah keluarga  gereja membantu Anda mengembangkan otot-otot rohani Anda (kita tidak hanya membutuhkan Alkitab untuk bertumbuh, tetapi kita juga memerlukan orang-orang percaya); sebuah keluarga  gereja akan membantu menjaga Anda dari kemunduran (kita dipanggil dan diperintahkan untuk terlibat dalam kehidupan orang percaya lainnya; misalnya apabila Anda mengetahui seseorang sedang menyimpang secara rohani, maka menjadi tanggung jawab Anda untuk pergi kepada mereka dan membawa mereka kembali ke dalam persekutuan).

Tujuan-tujuan Allah bagi GerejaNya identik dengan kelima tujuanNya bagi Anda. Penyembahan membantu Anda memusatkan perhatian kepada Allah; persekutuan membantu Anda untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan; pemuridan membantu menguatkan iman Anda; pelayanan membantu menemukan talenta-talenta Anda; penginjilan membantu memenuhi misi Anda. Tidak ada apapun yang di bumi yang seperti Gereja!  

Refleksi Pribadi

Setiap orang yang telah memilih dan menerima menjadi pengikut-pengikut Kristus akan dipersatukan dengan tubuh Kristus dan gereja adalah tubuh Kristus. Jadi, siapa yang telah menjadi pengikut Kristus dipersatukan dalam “anggota” keluarga kerajaan Allah. Kenyataannya, seringkali di dalam persekutuan orang percaya/anggota gereja kurang menunjukan persekutuan yang harmonis; perpecahan, pertengkaran, perselisihan, permusuhan justru terjadi di antara anggota-anggota gereja. Padahal sebagai anggota gereja kita harus hidup dalam suasana yang penuh kasih mesra, saling membangun satu dengan yang lain, saling menjadi berkat bagi sesama. Apabila hal ini kita lakukan, maka Kristus yang adalah kepala gereja kita akan memberkati kita semua.

Gereja adalah kumpulan orang percaya,
Gereja adalah tubuh Kristus,
Dan Gereja yang hidup adalah gereja yang di dalamnya terjalin persekutuan yang Indah antara Kristus dan orang percaya





Hal Yang Paling Penting

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 16)

         Kasih adalah sesuatu yang penting karena seluruh kehidupan berkisar pada kasih. Allah sendiri adalah kasih dan Dia ingin agar kita pun belajar mengasihi. Di dalam mengasihi inilah kita paling menyerupai Dia, sehingga kasih merupakan seluruh dasar dari semua perintah yang Dia berikan kepada kita. Memang tidak mudah untuk mengasihi tetapi kita harus melakukannya.

            Allah menginginkan kita untuk memberikan kasih dan perhatian yang khusus kepada sesama orang percaya? Karena Allah ingin keluargaNya dikenal melalui kasihNya. Kasih menjadi prioritas utama, tujuan utama dan ambisi terbesar Anda. Kehidupan tanpa kasih tidak akan berarti tetapi hidup dengan kasih akan membuat kita menjadi berharga di mata Tuhan. Tujuan hidup adalah belajar mengasihi Allah dan sesama. Selain itu, alasan Allah menyuruh kita untuk menjadikan kasih sebagai prioritas utama kita adalah karena kasih itu kekal dan kitapun akan dinilai berdasarkan kasih di dalam kekekalan.

            Inti dari kasih bukanlah apa yang kita pikirkan atau kerjakan atau berikan kepada orang lain, melainkan seberapa banyak kita memberikan diri kita sendiri, yaitu waktu dan perhatian kepada sesama. Dan waktu untuk Anda mengekspresikan kasih itu adalah mulai dari sekarang karena Anda tidak tahu berapa lama Anda akan memiliki kesempatan itu.



Refleksi pribadi
            Hidup tanpa kasih bagaikan sayur tanpa garam. Hidup kita pasti akan terasa hambar, tidak berarti/bermakna dan terasa sia-sia. Sebab dengan kasih :

Segala sesuatu menjadi lebih baik meskipun hidup penuh dengan tekanan
Dipersatukan meskipun hidup di tengah dunia yang penuh pertentangan
Diperdamaikan meskipun kehidupan penuh permusuhan
Kita dapat mengampuni di mana ada saling menghina
Menimbulkan pengharapan dimana terdapat ketidakpastian
Menyatakan terang dimana kegelapan meliputi bumi
Membawa kegembiraan dimana kesedihan mencekam.

Hiduplah di dalam Kasih karena Allah kita adalah Allah yang penuh Kasih kepada UmatNya.

Cabutlah ilalang yang adalah lambang kedengkian
dan tanamlah bunga yang adalah lambang cinta kasih

Minggu, 06 September 2015

Dibentuk Untuk Keluarga Allah

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 15)
  
       Allah menginginkan sebuah keluarga dan Dia menciptakan Anda untuk menjadi bagian di dalamnya. Jadi Anda dibentuk untuk menjadi keluarga Allah. Tapi bagaimana kita dapat menjadi keluarga Allah? Bila kita menempatkan iman kita di dalam Kristus, Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anakNya, orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita dan gereja menjadi keluarga rohani kita.
        Undangan untuk menjadi bagian dari keluarga Allah bersifat universal, tetapi ada satu syarat : iman di dalam Yesus. Seperti yang dikatakan oleh Firman Tuhan dalam 1 Petr. 1:3b (FAYH) : “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” Manfaat menjadi keluarga Allah adalah kita akan bersama Allah selamanya, kita akan diubah sepenuhnya menjadi seperti Kristus, akan dimerdekakan dari segala kesakitan, kematian dan penderitaan, diberi upah dan ditugaskan kembali dalam pelayanan, mendapat bagian dalam kemuliaan Allah. Dan tanda bahwa kita telah menjadi keluarga Allah yaitu lewat Baptisan. Baptisan sebagai simbol atau lambang bahwa kita telah dimeteraikan untuk menjadi keluarga Allah. Menjadi keluarga Allah adalah hak istimewa terbesar bagi hidup Anda.

 Picture
Refleksi pribadi
         Seringkali dalam doa dan kehidupan kita sehari-hari, kita menyebut diri kita sebagai anak-anak Tuhan, tetapi perilaku kita sehari-hari tidak mencerminkan perilaku anak-anak Kristus. Kita seringkali menyebut Dia Bapa, tetapi perilaku kita tidak mencerminkan perilaku Bapa yang penuh kasih, mau mengampuni, mau peduli. Sudahkah kita menjadi anggota keluarga Allah? Pantaskah kita disebut sebagai keluarga Allah? Menjadi keluarga Allah berarti kita harus punya iman di dalam Yesus Kristus dan mempraktekan gaya hidup Bapa yang penuh kasih (mengasihi tidak hanya orang yang kita kenal tetapi juga yang tidak kita kenal), mau mengampuni (teman/saudara yang berbuat salah kepada kita) dan peduli (berempati dengan orang lain yang menderita)



Ketika Allah Terasa Jauh

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 14)

             Menyembah Allah tidak hanya pada saat segala sesuatu berjalan baik dalam kehidupan Anda, yakni pada saat Dia menyediakan makanan, teman, keluarga, kesehatan dan situasi-situasi yang bahagia. Tetapi keadaan tidak selalu menyenangkan. Lalu bagaimana Anda menyembah Allah waktu keadaan tidak menyenangkan? Apa yang Anda lakukan ketika Allah terasa jutaan mil jauhnya?
            Tingkat penyembahan yang terdalam adalah memuji Allah meski menderita, mengucap syukur kepadaNya pada saat pencobaan, berharap kepadaNya ketika dicobai, berserah diri sementara menderita dan mengasihi Dia ketika Dia terasa jauh.
            Ketika Allah terasa jauh dari diri Anda, bukan karena Ia ingin menjauh dari Anda melainkan sebuah proses dari pengujian dan pendewasaan persahabatan Anda dengan Allah. Perasaan ditinggalkan atau dijauhkan oleh Allah ini tidak berkaitan dengan dosa. Itu merupakan ujian iman, salah satu ujian yang kita semua harus hadapi. Ketika Anda merasa ditinggalkan oleh Allah tetapi Anda tetap mempercayaiNya, Anda sedang menyembah Allah dengan cara yang terdalam.


Refleksi pribadi
            Dalam relasi persahabatan kita dengan orang lain, terkadang kita merasa bahwa sahabat-sahabat kita semakin menjauh dari kita; mungkin karena kesibukan atau karena lagi bermasalah dengan kita. Tetapi itu bukan berarti bahwa mereka melupakan kita. Sebab, sahabat sejati tidak bergantung pada waktu dan tempat, Dia selalu ada meskipun jarak memisahkan.
          Hubungan kitapun dengan Allah terkadang dirasakan bahwa Allah seolah-olah menjauh dari kita (asumsi kita adalah karena dosa kita). Sebagai seorang sahabat, kita membutuhkan Allah untuk selalu ada disamping kita dan menolong kita dalam menyelesaikan masalah-masalah kita. Tetapi ketika apa yang kita harapkan berbeda dengan kenyataan yang kita hadapi, kita tidak lagi menyembah Dia. Dan tidak sedikit dari kita yang akhirnya meninggalkan Dia. Satu hal yang perlu kita sadari adalah, sekalipun kita meninggalkan Dia, namun Dia tidak pernah meninggalkan kita. Satu hal yang harus kita lakukan adalah tetap focus pada kehadiranNya dalam hidup kita meskipun kita merasa Dia terasa jauh dari kita. Dia hanya sejauh doa. Berdoalah dan tetap percaya pada kehadiranNya.

Sabtu, 05 September 2015

STUDI GENDER DAN HERMENEUTIK FEMINIS

PEREMPUAN DAN AIDS

1.      Pendahuluan
AIDS dikenal sebagai penyakit pertama kali baru pada tahun 1981, ketika sejumlah kecil kasus muncul di Amerika Serikat.[1] Sejak itu pula pengetahuan mengenai AIDS semakin berkembang dengan pesat dan menjadi salah satu agenda penting tidak hanya dikalangan kedokteran, tetapi juga dikalangan politis, agama dan masyarakat luas. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalan tubunya dirusak oleh virus yang di sebut HIV (Human Immunodeficiency virus). HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.[2]



2.      Isi

Berbicara mengenai perempuan dan AIDS tentu tidak terlepas dari tinjauan aspek medis Namun lebih jauh, hal tersebut  dapat pula kita lihat dalam kerangka studi gender yang dapat menolong kita untuk memahami lebih jauh masalah perempuan dan AIDS.
a.      Perspektif Medis
AIDS adalah sebuah penyakit mematikan yang sampai dengan saat ini belum ditemukan vaksin atau obat penawarnya (walaupun akhir-akhir bidang kedokteran telah menemukan dan menciptakan suatu vaksin berbentuk kapsul, namun hasilnya pun belum secara nyata mampu menyembuhkan pasien penderita AIDS). Penyakit ini dapat menyerang siapa saja; laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak, lapisan atas hingga lapisan bawah, tanpa pandang bulu. Dilihat dari persentasi peluang penderita AIDS, perempuan memiliki peluang lebih besar untuk tertular HIV. Dibandingkan laki-laki, perempuan dikatakan 3 sampai 8 kali lebih rentan terhadap penularan HIV. [3] HIV merupakan virus penyebab AIDS yang dapat ditemukan terutama dalam darah, air mani, dan cairan vagina. Dalam berhubungan seks, alat reproduksi perempuan sebagai wadah air mani. Karenanya, bila air mani tersebut mengandung HIV, maka perempuan akan  terjangkit HIV. Perempuan sering tidak menyadari bahwa ia mengidap Penyakit Menular Seksual (AIDS adalah sebuah penyakit menular) atau sering menyadari kehadiran infeksi pada alat reproduksinya. Hal itu terjadi karena infeksi pada perempuan umumnya tersembunyi jauh di mulut rahim. Infeksi disertai luka. Ini juga menjadi jalur masuk bagi HIV saat seorang perempuan berhubungan seks dengan seorang laki-laki yang mengidap HIV. Bisa dilihat, ada beberapa penyebab mengapa perempuan dapat dikatakan rentan terhadap AIDS:
  • Perempuan memiliki peluang lebih besar untuk tertular HIV/AIDS dibandingkan laki-laki tertular oleh perempuan. Selain itu, gejala HIV/AIDS tidak semudah laki-laki mendeteksinya, Karena pada perempuan gejala umum tersembunyi di dalam saluran reproduksinya.
  • Kemampuan perempuan menekan kemungkinan dirinya terkena HIV/AIDS secara langsung berkaitan dengan daya yang dimiliki oleh perempuan, baik dari sudut ekonomi, sosial, informasi yang dimilikinya, maupun pendidikan, dll.  
  • Perbedaan kekuatan antara laki-laki dan perempuan sebagaimana dibentuk oleh sisitem ekonomi dan sosial budaya yang meletakkan kekuasaan ekonomi ditangan laki-laki. Ini sering berhubungan langsung dengan 'boleh tidaknya' perempuan menentukan pola dan peraturan hubungan seksual dengan pasangannya., kesulitan perempuan meminta laki-laki menggunakan kondom kesulitan mengatasi paksaan atau agresi laki-laki dalam hal seksual, dll.

*      Gejala-gejala penderita AIDS
Seseorang yang terkena HIV/AIDS, maka secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun. Dengan menurunnya kekebalan tubuh, berbagai penyakit dengan leluasa akan menyerang. Perawatan dan pengobatan yang diberikan pada dasarnya adalah untuk mengendalikan infeksi-infeksi dan penyakit opportunistic yang muncul dan bukan untuk mengobati dari AIDS itu sendiri. Pada dasarnya, perawatan yang diberikan kepada pengidap HIV adalah untuk menjaga agar ia tetap bertahan sehat lebih lama, dan bukan untuk menyembuhkannya dari AIDS itu sendiri. Adapun gejala-gejala yang nampak dari penderita HIV/AIDS yaitu :[4] 
  • Kulit: kekeringan kulit, perubahan warna kulit (menjadi lebih pucat dari biasanya), gatal-gatal atau kelainan kulit, luka terbuka atau benjolan pada kulit.
  • Mulut: lapisan putih atau kehadiran tanda-tanda putih pada mulut, gusi berdarah, rasa sakit, benjolan didalam mulut, sariawan.
  • Pencernaan: naik turunnya berat badan, selera makan menurun, mual, muntah, berubahnya rasa makanan, kesulitan menelan, sakit pada dada ketika menelan, rasa sakit pada bagian perut.
  • Buang air: diare, kesulitan buang air, rasa sakit ketika buang air, pendarahan ketika buang air, kesulitan mengendalikan buang air, perubahan dari biasanya.
  • Pernapasan: napas pendek (waktu istirahat, waktu berjalan atau waktu selepas olahraga), batuk-batuk, sulit bernapas, rasa sakit pada dada.
  • Syaraf: pusing, leher kaku, hilangnya rasa pada tangan atau kaki,, hilangnya keseimbangan tubuh, bingung atau menurunnya kemampuan mengingat, sulit berkonsentrasi, bicara menjadi tidak jelas, perubahan dalam kemampuan melihat, peka cahaya, gemetar atau kejang, kelelahan, kesedihan atau depresi mendalam.

*      Penularan  HIV/AIDS
Penularan HIV dapat melalui :[5]
§  Hubungan seksual
§ Transfusi darah; pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi/alat-alat kesehatan yang sudah tercemar virus HIV, pisau cukur yang diapaki secara bergantian dan sisir
§  Melalui ibu yang terjangkit virus HIV ke anak, selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.
*      Pencegahan
Penderita AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan pesat. Sampai dengan saat ini, AIDS memang penyakit berbahaya yang dapat menimpa siapa saja dan sejauh ini belum ditemukan vaksin yang benar-benar mampu menyembuhkan mereka yang menderita AIDS, namun kita dapat mencegah supaya penyakit tersebut jangan sampai menimpa diri kita atau keluarga kita dan masyarakat umum. Ada tiga cara yang dapat dilakukan agar HIV tidak menular pada kita maupun orang lain yang dikenal dengan prinsip ABC:[6]
  • Abstinence, yakni puasa tidak melakukan hubungan seks
  • Be Faithful, yakni tidak berganti-ganti pasangan dan saling setia kepada pasangan
  • Condom. Apabila kedua cara di atas sulit dilakukan, maka melakukan seks aman dengan menggunkanan kodom.[7]
b.      Perspektif Gender
Penggunaan perspektif gender untuk melihat persoalan HIV/AIDS kian hari kian disadari pentingnya. Kenyataan ini muncul dari fakta yang secara gamblang menujukan bagaimana infeksi virus berbahaya ini dikalangan perempuan meningkat dengan pesat. Namun pertanyaan yang paling mendasar adalah apa yang menyebabkan perempuan lebih rentan tertular HIV/AIDS?  Sejauh ini faktor utama yang mempengaruhi kerentanan perempuan tertular HIV selain faktor biologis adalah faktor sosial-ekonomi.[8]
            Sebetulnya ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk melindungi perempuan dari infeksi HIV. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain menerapkan uji saring darah untuk transfusi dan penyuluhan kesehatan mengenai HIV/AIDS. Namun sayangnya, untuk jutaan perempuan, layanan-layanan tersebut sulit dijangkau. Hal ini terutama disebabkan masih besarnya ketergantungan ekonomis perempuan terhadap laki-laki yang pada ujungnya menyebabkan posisi tawar perempuan sangat rendah dihadapan laki-laki.
            Ketakutan ditinggal suami, yang berarti kehilangan tempat bergantung, menyebabkan perempuan tidak berdaya untuk ikut menentukan kapan dan bagaimana hubungan seksual yang aman. Apalagi untuk mengontrol resiko tertular HIV. Masih berkaitan dengan masalah ekonomi, dalam masa krisis seperti sekarang ini, pelacuran merupakan kondisi berikutnya yang makin menyulitkan perempuan untuk melindungi dirinya dari infeksi HIV. Banyak perempuan miskin yang jatuh dalam prostitusi karena ingin memenuhi kebutuhan keluarga.
Di masyarakat kita pada umumnya berlaku standar ganda : perempuan yang tidak setia terhadap pasangannya dianggap memiliki perilaku menyimpang, sementara seorang laki-laki dianggap wajar mempunyai wanita lain. Hal ini menyebabkan seorang istri hampir-hampir tidak memiki daya kontrol terhadap perilaku seksual suaminya  diluar rumah.[9]  
Selain faktor ekonomi, kerentanan perempuan terhadap HIV juga disebabkan karena banyak perempuan yang pengetahuan dasarnya tentang HIV sangat minim yang disebabkan keterbatasan sistem informasi. Hal ini tidak terlepas dari akibat adanya pembagian peran yang timpang dalam masyarakat. Pembagian peran antara laki-laki dan perempuan sangat dipengaruhi oleh stereotype yang ada dimasyarakat. Pandangan umum atau stereotipe yang berlaku selama ini melihat  Perempuan sebagai makhluk yang lemah, lembut, emosional dan pasif, oleh karena itu tugas perempuan hanya terbatas pada sektor domestik atau “terkotak” pada ranah rumah tangga. Sementara laki-laki digambarkan sebagai makhluk yang kuat, perkasa, rasional, dan aktif  dan karena itu laki-laki diberikan peran yang lebih besar dari perempuan yaitu pada sektor publik. Oleh karena peren perempuan hanya pada lingkup domestik, maka perempuan tidak memiliki akses yang kuat mengenai penyakit HIV. Perempuan menjadi makhluk yang terbelakang dalam memperoleh informasi dibandingkan laki-laki. dalam pelayanan kesehatanpun nampak adanya bias gender, di mana subordinasi perempuan dalam dunia kesehatan ditandai oleh dominasi yang berlapis-lapis antara dokter-yang hamper selalu dicitrai laki-laki dengan perawat-yang dicitrakan sebagai perempuan-atau antara para medis dengan pasien yang secara structural menunjukan hubungan yang tidak seimbang. Institusi kedokteran hampir didominasi oleh laki-laki yang tentu saja akan mempengaruhi cara perempuan (pasien) ditempatkan.[10]

3.      Penutup
            Hal-hal di atas sesungguhnya merupakan refleksi dari struktur sosial yang timpang yang menempatkan perempuan sebagai subordinat. Sebagai contoh, karena posisi perempuan yang subordinat, menyebabkan perempuan berada pada posisi di mana ia tidak mampu melarang suaminya untuk tidak melakukan hubungan seks dengan perempuan lain, atau meminta suaminya memakai kondom pada saat berhubungan seks bila tahu suaminya telah terkena penyakit kelamin. Disamping itu, karena kedudukannya, perempuan juga tidak memiliki akses terhadap informasi-informasi yang ada termasuk informasi tentang penyakit AIDS maupun penyakit menular seks lainnya (terutama perempuan-perempuan yang berada di pedesaan atau kota-kota kecil). Jadi kerentanan perempuan tertular HIV/AIDS kurang lebih disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor biologis dan faktor sosial-ekonomi. Kedua faktor utama ini telah menolong kita untuk melihat masalah perempuan dan AIDS sebagai suatu masalah yang juga disebabkan adanya ketimpangan gender yang dialami perempuan dalam masyarakat.


Daftar Pustaka :
1.      Weber, Jonathan & Ferryman, Annabel, Aids & Anda , Jakarta: Arcan, 1996.
2.      Djoerban, Zubairi, Membidik AIDS,Yogyakarta: Galang Press, 1999.
3.  _____________, Perkembangan Mutakhir AIDS: Benarkah AIDS Dapat Disembuhkan? Jakarta: FKUI, 1996.
4.      Abdullah, Irwan, Seks, Gender & Reproduksi Kekuasaan, Yogyakarta: Tarawang Press, 2001.
5.   Andrews, HIV Infection: Virus Information Exchange Newsletter, Boston: National Academy Press, 1989.
  1.    http://www.aidsindonesia.or.id





[1] Jonathan Weber & Annabel Ferryman, Aids & Anda (Jakarta: Arcan, 1996), hal. 3.
[2] Zubairi Djoerban, Membidik AIDS (Yogyakarta: Galang Press, 1999), hal. 11.
[4] Ibid.
[5] Zubairi…hal. 11
[6] Ibid. hal 12.
[7] Pelindung karet yang dipasang ketat pada penis dan untuk menampung air mani.
[8] Zubairi,…ha191.
[9] Zubairi…hal.192.
[10] Irwan Abdullah, Seks, Gender & Reproduksi Kekuasaan (Yogyakarta: Tarawang Press, 2001), hal. 85. 

Jumat, 04 September 2015

Penyembahan Yang Menyenangkan Allah

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 13)



          Allah menginginkan segenap diri Anda; segenap hati Anda, segenap jiwa Anda, segenap akal budi Anda dan segenap kekuatan Anda. Allah tidak tertarik pada komitmen yang separuh hati, ketaatan sebagian dan sisa-sisa waktu dan uang Anda. Dia menginginkan pengabdian penuh Anda, bukan sedikit dari kehidupan Anda. Ini adalah penyembahan yang diinginkan Allah.
         Ada empat karakteristik penyembahan yang menyenangkan Allah yaitu penyembahan yang tepat (penyembahan harus didasarkan pada kebenaran Alkitab, bukan pendapat kita mengenai Allah), bersifat otentik (menyembah Allah di dalam kasih), melibatkan akal budi (apa yang kita pikirkan, ucapkan harus melibatkan akal budi sehingga apa yang disampaikan bermakna) dan praktis (mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup).

Refleksi pribadi
Reff :

            BagiMu Tuhan seluruh hidupku
            Pakailah Tuhan untuk kemuliaanMu
            Genapi seluruh rencanaMu
            Sampai bumi penuh kemuliaanMu

Syair di atas mungkin tidak asing lagi bagi kita karena lagu ini pernah menjadi lagu terhits di era tahun 2000an. Namun lagu ini memiliki makna yang dalam, dimana kita dituntut untuk mempersembahkan seluruh hidup kita/segenap diri kita untuk dipakai Tuhan agar rencana-rencanaNya digenapi di muka bumi. Mempersembahkan seluruh hidup kita berarti menyerahkan hidup kita sepenuhnya untuk melayani Tuhan lewat pelayanan kepada sesama. Dan pelayanan itu jangalah setengah-setengah, kalau ada waktu luang tetapi biarlah kita selalu menyediakan waktu yang khusus untuk melayani Tuhan dengan seluruh keberadaan kita.
Hal terindah dalam hidup

ketika kita mempersembahkan hidup kita untuk Tuhan

Mengembangkan Persahabatan Anda dengan Allah

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 12)


            Mengembangkan persahabatan dengan Allah, Anda harus belajar untuk dengan jujur menyampaikan perasaan-perasaan Anda kepadaNya, mempercayai Dia ketika Dia meminta Anda melakukan sesuatu, belajar untuk peduli dengan apa yang Dia peduli dan merindukan persahabatanNya lebih dari apapun. Jujur terhadap Allah adalah landasan yang utama bagi persahabatan yang lebih dalam dengan Allah dalam kejujuran sepenuhnya, baik mengenai kesalahan-kesalahan Anda maupun mengenai perasaan-perasaan Anda. Hal selanjutnya yang harus kita lakukan adalah menghargai apa yang Allah hargai. Inilah yang dikerjakan oleh sahabat Allah, mereka peduli pada apa yang penting bagi sahabatnya itu. Semakin akrab Anda sebagai sahabat Allah, Anda akan semakin peduli terhadap hal-hal yang Allah peduli, bersedih atas hal-hal yang membuat Allah sedih, dan bersukacita atas hal-hal yang mendatangkan kesenangan bagi Dia. Dalam hal ini, Paulus adalah teladan terbaik karena apa yang dia lakukan adalah dalam rencana Allah.
Tidak ada yang lebih penting dari apapun di dunia ini daripada mengembangkan persahabatan dengan Allah.

Refleksi pribadi

Hanya dekat kasihMu Bapa
Jiwakupun tentram
Engkau menerimaku
dengan sepenuhnya

            Syair lagu di atas menyiratkan sebuah kerinduan untuk hidup dekat dengan Allah yang adalah Bapa kita dan Bapa yang ingin menjadi sahabat bagi anak-anakNya. Apabila hidup kita semakin dekat denganNya, yang dilandaskan dan dibangun dalam sebuah kejujuran, keterbukaan dan sikap menghargai, maka jiwa kita akan merasakan damai sejahtera, hati kita menjadi tentram karena Allah selalu menerima kita apa adanya. Kita adalah manusia berdosa, namun Allah tetap menerima kita bahkan menjadikan kita sebagai sahabatNya.
Tidak ada yang lebih berharga

Selain menjadi sahabat Allah