Kamis, 17 Agustus 2017

MERAYAKAN HIDUP BERKEMENANGAN DI DALAM KEHIDUPAN BERIMAN DAN BERNEGARA

Image may contain: 9 people, people smiling


Fil 3:13-14 : 

"Tentunya, Saudara-saudara, saya sesungguhnya tidak* merasa bahwa saya sudah berhasil merebut hadiah itu. Akan tetapi ada satu hal yang saya perbuat, yaitu saya melupakan apa yang ada di belakang saya dan berusaha keras mencapai apa yang ada di depan.
Itu sebabnya saya berlari terus menuju tujuan akhir untuk mendapatkan kemenangan, yaitu hidup di surga; untuk itulah Allah memanggil kita melalui Kristus Yesus" (ALKITAB BIS)


Hari ini kami merayakan 72 tahun bangsa Indonesia merdeka dari tangan para penjajah. Segala sesuatu telah kami persiapkan untuk menyambut dan merayakan hari yang penuh bersejarah tersebut. Mulai dari memasang umbul-umbul, memperindah halaman rumah dengan pagar bercat merah putih bahkan mempersiapkan baju khusus bernuansa merah putih serta mengikuti upacara bendera. Tidak hanya kami yang merayakannya di Indonesia, bahkan saudara-saudari kami yang ada di luar negri juga ikut merayakan hari kemerdekaan tersebut. Hal itu nampak melalui pemberitaan di televesi maupun di sosial media. Tetapi sebagai orang beriman, apakah kita juga pernah merenungkan untuk dapat hidup berkemenangan di dalam Tuhan? Apakah kita juga mau merayakan hidup berkemenangan di dalam Tuhan? Hidup berkemenangan di dalam Tuhan berarti bahwa hidup kita tidak lagi berada di bawah kuasa dosa. Bukankah Yesus telah mati di kayu salib 2000 tahun yang lalu untuk menghapuskan dosa manusia? Ingat, ketika Yesus di salib, salah satu pernyataan terakhir-Nya dari atas kayu salib adalah "Sudah selesai" (Yoh 19:30). Dalam bahasa Yunani, kata tersebut berasal dari kata "Tetelestai" yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti "Dibayar lunas," "Dibatalkan." Berarti bahwa dosa manusia sesungguhnya telah di bayar lunas oleh Yesus pada waktu itu. Namun mengapa sampai saat ini manusia masih saja terus hidup dan berbuat dosa? Apakah karena kita adalah manusia yang lemah sehingga kita selalu beranggapan bahwa kita tidak dapat lepas dari dosa? Agar hidup kita dapat lepas dari kuasa dosa, Rasul Paulus mengingatkan kita dalam Fil 3:13-14, agar kita melupakan apa yang ada di belakang kita dan berusaha keras mencapai apa yang ada di depan kita." Melupakan apa yang ada di belakang kita berarti meninggalkan seluruh kebiasan lama kita yang hidupnya penuh dosa dan hidup baru di dalam Tuhan. Rasul Paulus juga mengingatkan kita dalam Roma 8:1-12 bahwa Roh telah memerdekakan kita dari kuasa dosa. Karena itu hendaklah kita sebagai orang beriman tidak lagi hidup di dalam dosa melainkan hidup di dalam Roh. Dan jika saat ini kita merayakan hari Kemerdekaan RI ke 72, hendaklah kita juga antusias untuk merayakan bagaimana Kristus telah memerdekakan kita dari kuasa dosa dengan melupakan apa yang ada di belakang kita, masa lalu kita yang penuh dosa, kebiasan-kebiasan kita yang buruk dan mengarahkan hidup kita ke depan sebagai manusia baru yang hidup berkenan di hadapan Tuhan. Selamat merayakan Kemerdekaan RI ke 72 dan Selamat Merayakan Hidup Berkemenangan di dalam Tuhan. Merdeka.......................................... :) 😄😄


(Refleksi pribadi penulis)
Dalam memperingati dan menyambut Hari Kemerdekaan RI ke 72

Rabu, 16 Agustus 2017

GEREJA YANG BERMAZMUR


Bacaan : Kol 3:16; Maz 105:1-2

Nats     : “Nyanyikanlah mazmur dan puji-pujian serta lagu-lagu rohani; bernyanyilah untuk Allah dengan perasaan syukur di dalam hatimu” (Kol 3:16c, ALKITAB BIS).

Image result for gks Waikabubak
Menjadi Gereja Yang Bermazmur adalah tema ibadah di minggu ini sekaligus menjadi tema penutup rangkaian Bulan Seni 2017 GKS Waikabubak. Tema ini mengingatkan sekaligus mengajak kita untuk menjadi Gereja yang terus bermazmur bagi Tuhan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Apapun tantangan dan hambatan yang kita hadapi, kita tetap bermazmur bagi Tuhan. Agar gereja Tuhan senantiasa dapat bermazmur bagi Tuhan maka Kol 3:16 bersabda “Hendaklah ajaran-ajaran Kristus yang penuh berkat meresap ke dalam hatimu. Hendaklah kalian saling mengajar dan saling memberi nasihat sebijaksana mungkin. Nyanyikanlah mazmur dan puji-pujian serta lagu-lagu rohani; bernyanyilah untuk Allah dengan perasaan syukur di dalam hatimu” (ALKITAB BIS). Ketika anggota jemaat Tuhan benar-benar memahami dan memelihara Firman Tuhan melalui perbuatan hidup sehari-baik, baik melalui pikiran, perkataan dan perbuatan serta sesama anggota gereja saling peduli maka disitulah nampak kita mau bermazmur bagi Tuhan. Sebagaimana juga pemazmur mengajak kita sekalian untuk Bersyukurlah kepada TUHAN, wartakan kebesaran-Nya, ceritakanlah perbuatan-Nya kepada bangsa-bangsa. Nyanyikanlah pujian bagi TUHAN, beritakanlah segala karya-Nya yang menakjubkan (Maz 105:1-2; ALKITAB BIS). Biarlah Tuhan Yesus Kristus menolong gereja kita agar menjadi gereja yang terus bermazmur dari sekarang sampai Tuhan datang kembali. NKB 111 : 1 “Gereja Bagai Bahtera”

Gereja bagai bahtera di laut yang seram
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Mengamuklah samudera dan badai menderu;
gelombang zaman menghempas, yang sulit ditempuh.
Penumpang  pun bertanyalah selagi berjerih:
Betapa jauh, di manakah labuhan abadi?

Refrein 
Tuhan, tolonglah! Tuhan, tolonglah!
Tanpa Dikau semua binasa kelak.
Ya Tuhan tolonglah!

Renungan  Warta Jemaat GKS Waikabubak
Minggu, 27 Agustus 2017
(Oleh Vic. Iston U.K. Lena, S.Si-Teol)



Senin, 14 Agustus 2017

BERNYANYI DAN BERSORAK DI DALAM KEMENANGAN

Image result for 72 kemerdekaan indonesia

Bacaan : Maz  77:12-21

Nats     : Aku mau merenungkan segala yang Kaulakukan, dan memikirkan karya-karya-Mu yang hebat. (Maz 77:13, ALKITAB BIS).

Tidak terasa 72 tahun sudah Bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya dari tangan para penjajah. Tentu kemerdekaan itu tidak diraih dengan mudah. Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh para pahlawan dahulu yang rela mengorbankan hidupnya demi masa depan bangsa yang lebih baik. Bahkan kita yang telah menikmati hasil perjuangan para pahlawan tersebut di masa kini tetap menghadapi yang namanya tantangan. Namun biarlah di tengah tantangan yang kita hadapi saat ini, kita dapat belajar dari Pemazmur yang walaupun hidupnya penuh dengan tantangan ia tetap “Bernyanyi dan Bersorak bagi Tuhan” karena Tuhan pasti memberikan “Kemenangan” dari setiap tantangan itu.   
Pemazmur mengajak kita untuk melihat kebelakang karya Tuhan yang luar biasa, yang telah membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir melalui perbuatan-Nya yang dahsyat di masa lampau (Ay. 12-13), sebab Ia adalah Allah yang besar dan berkuasa (Ay.14-16), yang terus berkarya melalui alam semesta (Ay. 17-20) dan melalui perantaraan para hamba-Nya (Ay. 21).
Saat ini, marilah kita juga melihat segala karya Allah bagi Bangsa Indonesia di masa lampau dan tetap berharap bahwa Allah akan terus berkarya bagi bangsa kita di masa kini dan masa depan melalui perbuatan kita yang senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan sebagai umat pilihan Tuhan, kita nyatakan rasa syukur itu dengan tulus serta menolong sesama yang menderita supaya mereka dapat hidup berkemenangan sebagai mana pujian kita dalam PKJ 264 : 1 “Apalah Arti Ibadahmu.”
  
Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,
bila tiada rela sujud dan sungkur?
Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,
bila tiada hati tulus dan syukur?

Refrein:
Ibadah sejati, jadikanlah persembahan.
Ibadah sejati: kasihilah sesamamu!
Ibadah sejati yang berkenan bagi Tuhan,
jujur dan tulus ibadah murni bagi Tuhan.


Bahan Renungan  Minggu, 20 Agustus 2017
(Oleh Vic. Iston U.K. Lena, S.Si-Teol)



Kamis, 10 Agustus 2017

BERNYANYI DAN BERSORAK DI DALAM PENCOBAAN


Image result for bernyanyi dan bersorak bagi allah
Bacaan : Maz  141:1-10
Nats     : “Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu” (Maz 141:1).

Salah satu cobaan yang dihadapi oleh manusia pada umumnya adalah “Mengendalikan diri,” terutama mengendalikan diri dari keinginan. Demi menyenangkan hati, manusia rela melakukan apa saja asalkan hatinya senang, seperti para penganut paham Hedonism (Suatu paham yang menekankan kesenangan sebagai tujuan akhir hidup). Manusia lalu sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan yang membuat akhirnya jatuh ke dalam sikap Konsumerisme. Akibatnya manusia menjadi matre (Materialism). Dan ketika manusia tidak lagi mampu untuk menghadapi cobaan tersebut, perhatian mereka senantiasa tertuju kepada persoalan tersebut, lalu menjadi putus asa dan tertekan,. Lantas bagaimana dengan kita? Cobaan apa yang saat ini kita alami dan bagaimana kita menghadapinya?

Pemazmur juga pernah mengalami yang namanya pencobaan, seperti yang ditulis dalam Firman Tuhan Maz 141:1-10. Cobaan yang dialami pemazmur yaitu godaan untuk melakukan yang jahat seperti yang dilakukan orang fasik dan menikmati hasil dari gaya hidup mereka yang fasik (Ay. 4). Lalu apa yang dilakukan pemazmur ketika menghadapi cobaan itu? Ia berseru (Ay. 1) dan berdoa kepada Allah (Ay. 2). Matanya tertuju dan terarah kepada Allah (Ay. 8) karena itu ia mampu menghadapi cobaan tersebut. Bahkan ia mampu untuk bernyanyi dan bersorak kepada Allah, sebab ia tahu bahwa orang fasik akan jatuh tetapi orang benar akan hidup berkemenangan karena Allah senantiasa memberkati hidup mereka (Ay. 10).  

Karena itu, apabila cobaan datang menghampiri kita, janganlah takut sebab Allah akan memberkati kita. Hitunglah berkat Allah dalam hidupmu dan teruslah “Bernyanyi dan bersorak di dalam pencobaan” sebagaimana pujian kita dalam KJ 439 : 1 “Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu”

Bila topan k’ras melanda hidupmu,
bila putus asa dan letih lesu
Berkat  Tuhan satu-satu hitunglah,
kau niscaya kagum oleh kasihNya

Refr:    Berkat Tuhan, mari hitunglah,
            kau kan kagum oleh kasihNya
            Berkat Tuhan ma--ri hi-tung-lah,
            kau niscaya kagum oleh kasihNya
Bahan Renungan  Minggu, 13 Agustus 2017
(Oleh Vic. Iston U.K. Lena, S.Si-Teol)


Jumat, 04 Agustus 2017

BERNYANYI DAN BERSORAK DI DALAM PENDERITAAN (MAZ 57;1-12)


Image result for menyanyi bagi Tuhan



Nats     : “Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi- Mu di antara suku-suku bangsa” (Maz 57:10).

Perjalanan hidup seseorang tidak pernah terlepas dari yang namanya persoalan, termasuk kita. Terkadang ketika persoalan menerpa hidup kita, maka penderitaanlah yang biasanya kita rasakan. Entah itu dalam kehidupan rumah tangga kita masing-masing (Misalnya relasi yang kurang harmonis di antara anggota keluarga), entah itu di tempat kita bekerja (beban kerja yang begitu padat dan melelahkan), entah itu dalam kehidupan pelayanan kita (merasa jenuh dalam pelayanan) bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Meskipun kita telah menjadi bangsa yang merdeka namun kehidupan kita tetap menderita).
Namun, biarlah kita boleh belajar seperti pemazmur, yang walaupun hidupnya penuh dengan penderitaan, ia tetap bersukacita di dalam Tuhan. Ketika pemazmur mengalami persoalan yang membuat ia menderita, oleh karena ia dikejar oleh “Musuhnya,” ia tetap datang meminta pertolongan kepada Allah dengan penuh kepercayaan (Ay. 2-5), memohon kemuliaan Allah dinyatakan (Ay. 6) dalam hidupnya. Apa yang membuat ia mau datang kepada Allah? Karena Ia yakin bahwa Allah akan membebaskan dia dari musuhnya (Ay.7). Dengan demikian, sekarang pemazmur menaikan ucapan syukur kepada Allah bahkan menjadi contoh bagi segala suku-suku bangsa (Ay.8-12). Sebab, kasih setia Allah mengalahkan segala penderitaan. Kiranya kemuliaan Allah dinyatakan.
Marilah kita terus menjalani hidup ini, sekalipun penuh dengan penderitaan, kita tetap “Bernyanyi dan Bersorak” bagi Allah dengan suatu keyakinan bahwa Kasih Allah akan terus menyertai kita, sebagaimana yang dikatakan dalam pujian NKB 170 : 1 & 3 “Jalan Hidup Tak Selalu”
Jalan hidup tak selalu tanpa kabut yang pekat,
Namun kasih Tuhan nyata pada waktu yang tepat.
Mungkin langit tak terlihat oleh awan yang tebal,
Di atasnyalah membusur p’langi kasih yang kekal.
           
            Refrein :          Habis hujan tampak p’langi bagai janji yang teguh,
                                    Di balik duka menanti p’langi kasih Tuhanmu

Jauhkan takut, putus-asa, walau jalanmu gelap,
Perteguh kepercayaan dan langkahmu pertegap.
“Tuhan itu ada kasih,” itulah penghiburmu,
Di atas duka bercahaya p’langi kasih Tuhanmu
(kembali ke refrein)


Bahan Renungan Minggu, 6 Agustus 2017 
(Oleh Vic. Iston U.K. Lena, S.Si-Teol)