Minggu, 18 Februari 2018

MENGALAHKAN PENCOBAAN DENGAN MEMBUAT PILIHAN YANG TEPAT (MARKUS 1:12-15)

Image result for yesus dicobai di padang gurun

Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan………………….,

Dalam hidup ini ada begitu banyak hal yang mendatangkan cobaan bagi kita. Disaat cobaan-cobaan itu datang, kita harus mampu bersikap yang tepat dengan membuat pilihan yang tepat pula. Menghadapi pencobaan dan bagaimana membuat piihan yang tepat juga pernah dialami oleh Yesus Kristus dalam hidupnya sebagaimana yang dikisahkan dalam perikop bacaan kita saat ini yang terambil dari Markus 1:12-15.

Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan………………….,

            Sebelum Yesus memulai seluruh pelayananNya sebagai Anak Allah, sesudah Ia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Roh membawa Yesus kepadang gurun. Apa maksud Roh membawa Yesus kepadang gurun? Untuk memperlihatkan bahwa pelayanan Yesus kedepan tidaklah mudah. Ia akan menghadapi berbagai macam cobaan yang membuat Ia harus memilih : “Apakah melakukan kehendak Allah Bapa di Sorga sekalipun Ia harus menderita ataukah memilih melakukan kehendak Iblis yang menawarkan kebahagian yang bersifat sementara?” Lalu apa pilihan Yesus pada waktu itu? 

            Selama 40 hari lamanya Yesus tinggal di padang gurun, Ia dilayani oleh malaikat-malaikat Allah. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa di padang gurun tersebut Yesus juga menghadapi berbagai macam ancaman yang datang kepadaNya seperti ancaman binatang liar yang sewaktu-waktu dapat membahayakan hidupNya, seperti digigit ular dan sebagainya. Lebih dari itu Yesus juga menghadapi pencobaan yang datang dari Ibils. Dalam Injil Mat : 1-11 dan Luk 4:1-13 lebih jelas dipaparkan tentang bagaimana Iblis mencobai Yesus dengan menyuruh Yesus merubah batu untuk menjadi roti (berbicara tentang sikap sok pamer kuasa atau kelebihan), menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah karena para malaikat pasti akan menatang Yesus sehingga Ia tidak akan celaka (berkaitan dengan mempercai pertolongan orang lain dari pada mempercayai sang penolong itu sendiri yaitu Allah) serta menawarkan kekuasaan kepada Yesus asalkan Ia mau menyembah kepadanya (berbicara tentang kepatuhan atau ketaatan kepada keinginan iblis agar menerima segala yang ditawarkan iblis)? Apakah Yesus tergoda untuk melakukan perintah iblis dan menerima tawarannya? Ternyata tidak. Yesus justru memilih untuk menolak semua permintaan dan tawaran dari iblis bahkan Yesus menegaskan bahwa : “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil (Markus 1:15).” Jadi Yesus berada pada pusaran antara menerima bantuan dari Allah dan ancaman yang datang dari Ibilis, kondisi atau keadaan yang enak dan kondisi atau keadaan yang tidak enak. Yesus telah mengalahkan pencobaan yang datang dari iblis dengan membuat suatu pilihan yang tepat. Lalu bagaimana dengan hidup kita saat ini? Bukankah kita juga sering menghadapi berbagai macam cobaan yang datang dari iblis dalam hidup ini? Bukankah terkadang kita juga diperhadapkan pada suatu situasi dan kondisi antara bersikap : Sok berkuasa/ pamer kekuatan dan kelebihan seolah-olah orang lain tidak bisa atau lebih baik dari kita dari pada dengan bersikap rendah hati (Misalnya kadang kita suka berkata : Kalau bukan saya maka ini acara atau ini kegiatan tidak akan berjalan dengan baik daripada memilih berkata semua karena Tuhan maka saya dimampukan untuk melakukan semua ini)? Bukankah terkadang dalam melakukan sesuatu hal, kita lebih suka untuk bergantung kepada orang lain atau sesama dari pada bergantung kepada pemeliharaan dan penyertaan Allah (Misalnya pada saat kita susah, kita cepat-cepat meminta tolong sesama kita dari pada lebih dulu meminta tolong kepada Allah)? Serta kadang kita juga diperhadapkan pada saat dan kondisi dimana demi mengejar kekuasaan dan kenikmatan yang ditawarkan dunia kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan dari pada memilih untuk melakukan apa yang Tuhan kehendaki (Misalnya menghalalkan segala cara sekalipun itu bertentangan dengan Firman Tuhan asalkan keinginan kita tercapai/ kekerasan, korupsi dsb atau memilih menghabiskan waktu kita dengan bekerja daripada meluangkan waktu untuk bersekutu bersama saudara seiman di rumah Tuhan)?    

Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan………………….,

Ketika kita diperhadapkan pada berbagai cobaan dalam hidup ini, terkadang kita tidak tau atau bahkan tidak sanggup untuk menghadapinya. Tetapi biarlah kita dapat memilih apa yang terbaik dengan belajar dari Tuhan Yesus melalui perikop perenungan saat ini, dengan menunjukan ketaatan kepada kehendak Allah dari pada sikap mengikuti keinginan iblis, senantiasalah hidup dalam pertobatan dan mempercayai janji Firman Tuhan dari pada menerima tawaran iblis serta Ingatlah :  

Terkadang Allah tidak menjauhkan kita dari goda,
agar kita belajar tentang kesetiaan pada jalan-Nya;
Terkadang Allah memberi kita tantangan,
agar kita belajar tentang ketekunan dan daya juang;
Terkadang Allah tidak melenyapkan derita,
agar kita belajar tentang kekuatan dan ketegaran batin.
Tetapi Allah akan terus menuntun dan memberkati hidup kita,

Selamat memasuki minggu Pra Paska 1 ini, semoga kita dapat mengalahkan berbagai macam cobaan yang datang dalam hidup kita dengan membuat pilihan yang tepat yaitu yang seturut kehendak Allah, amin.



Oleh Vicaris Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Disampaikan dalam Khotbah Minggu, 18 Feb 2018
Di GKS Pusat Parakamaru-Mamboro-Sumba Tengah 

Sabtu, 10 Februari 2018

YESUS MEMILIHKU UNTUK MENGHASILKAN BUAH DENGAN MENGASIHI SESAMA (YOH 15:9-17)

Image result for hidup menghasilkan buah   Image result for MENGASIHI SESAMA

Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan………………….,

Jika kita hendak membeli sesuatu, entah itu di toko, di pasar atau di mana saja, tentu yang harus dilakukan adalah pertama-tama adalah kita harus tahu dulu apa yang kita butuhkan, lalu memilih-milih dari sekian banyak barang yang ada tempat tersebut, kemudian menetapkan mana yang akan kita beli dan sesudah itu barulah kita kembali ke tempat atau rumah kita masing-masing. Begitupun halnya yang terjadi dalam kehidupan beriman kita saat ini.

Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan………………….,

            Membuat pilihan dan menetapkan sesuatu juga diceritakan dalam perikop bacaan kita saat ini, yang terambil dari Yoh 15:9-17. Di ayat 16 dikatakan bahwa “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu. Disini jelas bahwa Yesus telah memilih dan menetapkan kita. Dipilih dan ditetapkan untuk apa? Lebih lanjut di ayat 16 dikatakan : “Supaya kita pergi dan menghasilkan buah.” Buah yang seperti apa? Yaitu buah yang tetap, yang tidak gampang busuk sehingga akhirnya harus dibuang. Pergi dan menghasilkan buah yang dimaksudkan adalah yaitu supaya hidup kita dipakai untuk menjadi berkat bagi orang lain sehingga kehadiran kita di tengah-tengah dunia ini sungguh berdampak, tidak hanya bagi diri kita sendiri tetapi juga memiliki dampak bagi banyak orang. Buah yang dimaksudkan Yesus dalam perikop ini lebih tegas yaitu : “Supaya kita saling mengasihi” (Ay. 12) sebagaimana Yesus telah terlebih dahulu mengasihi kita. Mengasihi sesama dapat kita lakukan dengan cara mendoakan mereka yang memiliki pergumulan hidup, misalnya mendoakan yang sakit, menolong sesama yang membutuhkan bantuan kita sehingga beban mereka menjadi ringan, menghibur yang mengalami kesusahan dan masih banyak lagi yang dapat kita lakukan untuk menunjukan kasih kita kepada sesama. Dan ingatlah, ketika hidup kita telah menghasilkan buah/ menjadi berkat bagi sesama, maka Firman Tuhan mengatakan kepada kita : “Maka apa saja yang kita minta kepada Bapa di Surga dalam nama Yesus pasti akan diberikan kepada kita.”  

Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan………………….,

Melalui perikop perenungan saat ini, kita semua dingatkan kembali bahwa Yesus telah memilih dan menetapkan kita untuk menghasilkan buah yaitu dengan mengasihi sesama. Pertanyaannya adalah maukah kita hidup menghasilkan buah dengan mengasihi sesama? Jika ya, Apa yang akan kita lakukan saat ini ketika kita akan kembali dalam kehidupan kita masing-masing? Dan ingatlah ketika kita mau menjadi berkat bagi sesama dengan mengasihi mereka, maka Allah akan membalas semua yang sudah kita lakukan. Semoga Allah sumber segala berkat memampukan kita terus untuk menjalani hidup ini sehingga nama Tuhan senantiasa dipermuliakan. Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

“Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah”
(Fil 1:22a)

Oleh Vicaris Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Disampaikan dalam Khotbah Minggu, 11 Feb 2018
Di GKS Pusat Parakamaru-Mamboro-Sumba Tengah 

Minggu, 04 Februari 2018

PERUMPAMAAN TENTANG HARTA TERPENDAM DAN MUTIARA YANG BERHARGA (MATIUS 13:44-46)


Image result for HARTA YANG TERPENDAM 


            Perumpamaan tentang harta yang terpendam dan mutiara yang berharga sering dianggap sebagai “Perumpamaan-perumpamaan kembar” karena memiliki makna yang sama. Kedua perumpamaan ini berbicara tentang makna “Kerajaan Sorga.” Kerajaan Sorga yang dimaksud bukanlah suatu kerajaan yang bersifat politis-geografis, tetapi lebih menyangkut kepada suatu “Keadaan” dan tanda-tanda dari Kerajaan Sorga yaitu ketika ada “Kasih, Sukacita dan Damai Sejahtera.” Kerajaan Sorga itu sudah dekat (Mat. 4:17) bahkan berada di tengah-tengah manusia (Luk 17:21).
            Waktu berbicara dengan murid-murid-Nya, Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Sorga itu seperti harta yang terpendam di ladang (Ay. 44). Pada zaman Yesus orang-orang Yahudi lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bentuk barang berharga (seperti emas, perak dll dari pada menginvestasikan uangnya untuk membeli rumah. Di Palestina sering terjadi perang karena itu mereka sering berpindah-pindah, sehingga kurang efisien jika harus menghabiskan uang untuk membeli rumah). Barang berharga tersebut tidak di simpan di rumah karena takut ketahuan atau mudah diambil orang. Karena itu biasanya sang pemilik akan menyembunyikannya di ladang mereka, sehingga tidak mudah di ketahui atau diambil oleh orang lain. Barang-barang tersebut umumnya dimasukan di dalam sebuah gucci karena lebih aman lalu dikuburkan di dalam tanah. Pemilik tersebut akan membuat sebuah tanda dimana letak harta tersebut sehingga sewaktu-waktu apabila ia ingin mengambil atau memindahkannya ke tempat lain, ia dengan mudah menemukannya. Namun yang jadi persoalan adalah kalau sang pemilik itu akhirnya meninggal dunia, maka harta tersebut akan berada selamanya di dalam ladang tersebut, karena tidak ada seorangpun yang tahu keberadaannya. Namun suatu hari tanpa disengaja seseorang menemukan harta tersebut. Orang yang menemukan harta tersebut bukanlah pemilik ladang itu, karena itu ia mengembalikan harta tersebut ditempat semula. Mengapa ia tidak langsung membawa harta tersebut ke rumahnya? Mengapa ia kembali memendamkannya atau menguburkannya kembali? Hal ini karena adanya hukum Yahudi yang berlaku. Apabila seseorang menemukan sesuatu yang berharga di ladang orang lain, maka secara hukum ia harus menyerahkan sesuatu yang berharga itu kepada pemilik ladang atau keluarga dari pemilik ladang tersebut. Tetapi apabila ia ingin memiliki harta tersebut, maka pertama-tama yang harus dilakukannya adalah membeli ladang tersebut sehingga ia menjadi pemilik yang sah dari harta tersebut. Karena itu orang tersebut dengan hati yang penuh sukacita, ia kembali ke rumah, menjual segala sesuatu yang dimilikinya, lalu dengan uang tersebut ia membeli ladang itu. Dengan demikian dimata hukum Yahudi ia menjadi pemilik yang sah dari ladang itu, termasuk harta yang terpendam di dalamnya.
            Hal Kerajaan Sorga itu juga seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Ketika ia menemukannya, ia rela menjual segala yang dimilikinya untuk dapat membeli mutiara yang berharga itu. Pada zaman Yesus, adalah hal yang biasa jika seorang pedagang rela menjual harta miliknya demi mendapatkan sebuah mutiara yang sempurna, yang amat berharga. Karena itu perumpamaan ini juga sangat kena mengena dengan kehidupan masyarakat Palestina pada zaman Yesus.
            Lalu apa arti atau makna dari kedua perumpamaan tersebut?
Makna dari kedua perumpamaan tersebut yaitu bahwa Kerajaan Sorga itu lebih berharga dari pada segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini. Kerajaan Sorga itu patut untuk dicari, dan ketika kita menemukannya akan membawa sukacita besar bagi kita yang menemukannya.
Aplikasi :
Dalam menjalani kehidupan ini, apa yang menjadi prioritas utama kita? Banyak orang lebih senang menghabiskan hidupnya untuk mencari kesenangan duniawi, menimbun pundi-pundi kekayaannya, sibuk dengan pekerjaan dsb daripada mencari Kerajaan Allah (Baca. Mencari Tuhan dan Kebenaran FirmanNya).
Sebagai orang percaya apa yang kita cari saat ini? Firman Tuhan katakan dalam Mat 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”  Carilah Tuhan dan lakukanlah FirmanNya, jadikanlah Ia harta yang terpendam dan mutiara yang berharga dalam hidup kita.

Renungan :

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Mungkin kita masih ingat dengan sebuah lagu sekolah minggu yang berkata demikian:
Apa yang dicari orang? uang uang uang…….
Siang malam pagi petang? Uang uang uang……
Lagu ini ingin mengatakan kepada kita bahwa manusia selalu mencari uang, karena menganggap bahwa dalam hidup ini uanglah yang lebih penting dari segala yang ada, karena itu manusia mencarinya. Demi mendapatkan uang, manusia rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya bahkan menggunakan segala cara untuk mendapatkannya. Lalu bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Apa yang saat ini kita cari?  

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

            Bacaan kita saat ini bercerita tentang “Kerajaan Sorga” melalui perumpamaan harta yang terpendam dan mutiara yang berharga. Tanpa disengaja, suatu hari seseorang menemukan harta yang terpendam di sebuah ladang. Ketika ia menemukan harta tersebut, ia sangat bersukacita, tetapi ia menyadari bahwa ladang tempat harta itu berada bukanlah miliknya karena itu agar tidak menyalahi aturan yang ada, ia kembali ke rumahnya, menjual segala yang dimilikinya lalu dengan uang tersebut ia membeli ladang tersebut, sehingga di mata hukum ladang dan segala isinya, termasuk harta tersebut menjadi miliknya. Lalu ada pula seorang pedagang, yang dengan sengaja mencari mutiara yang berharga, yang amat indah dan sempurna. Ketika ia menemukan apa yang dicarinya itu, ia rela menjual segala yang menjadi milik kepunyaannya untuk membeli mutiara yang berharga itu. Akhirnya keinginannyapun tercapai. Apa makna dari kedua perumpamaaan tersebut?
Ke dua perumpamaan tersebut hendak mengingatkan kita bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah “Kerajaan Sorga,” Kerajaan Sorga yang dimaksud bukanlah sebuah kerajaan secara politis seperti yang kita pahami dalam dunia modern saat ini, dimana seorang raja memerintah rakyatnya, tetapi Kerajaan Sorga yang dimaksud di sini adalah lebih menunjuk kepada “Suatu keadaan” yang di dalamnya terdapat “Kasih, Sukacita dan Damai Sejahtera.” Kerajaan Sorga hanya dapat kita temukan di dalam diri Yesus Kristus melalui kebenaran SabdaNya. Ada orang yang tanpa segaja menemukan “Kerajaan Sorga” seperti menemukan harta yang terpendam di ladang, misalnya seseorang yang sekedar ingin coba-coba ikut persekutuan, ketika ia menemukan sukacita di dalam persekutuan tersebut, maka orang itu akhirnya rajin ikut persekutuan, ia rela meluangkan waktunya di tengah segala kesibukan untuk ambil bagian dalam setiap kegiatan persekutuan tersebut. Tetapi ada juga orang yang dengan sengaja ingin mencarinya seperti pedagang yang mencari mutiara yang berharga, misalnya orang Kristen yang karena dilingkupi perasaan haus akan kebenaran Firman Tuhan maka ia dengan sengaja datang dalam persiapan atau Pemahaman Alkitab. Ketika mereka menemukan kebenaran Firman Tuhan tersebut, mereka menjadi sadar bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah mengetahui dan melakukan kehendak Tuhan. Lalu mereka menjadi orang-orang yang diliputi perasaan sukacita sehingga mereka rela menjual harta mereka untuk mendapatkan “harta yang lebih berharga” yaitu Yesus Kristus. Harta yang mereka jual bukan lagi berbicara tentang materi tetapi lebih kepada hati mereka yang dipersembahkan sepenuhnya untuk Tuhan, waktu mereka yang utama untuk Tuhan, bahkan segala materi yang mereka miliki tanpa sungkan mereka persembahkan untuk pelayanan Tuhan di dunia dsb. Itulah ciri-ciri dari kehidupan orang percaya yang telah menemukan “Harta yang terpendam dan mutiara yang berharga.”

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,


            Sebagai anak-anak Tuhan, hidup kita seharusnya dipakai untuk mencari harta yang terpendam dan mencari mutiara yang berharga itu; hidup kita seharusnya dipakai untuk mencari Tuhan dan kebenaran FirmanNya dengan rajin membaca Alkitab setiap hari, mengikuti persekutuan-persekutuan bersama saudara seiman dan juga dalam setiap kegiatan di gereja baik itu Ibadah maupun pelayanan-pelayanan lainnya. Kita memang perlu mencari uang dsb, tapi itu semua bukanlah yang utama, karena semuanya itu hanya bersifat sementara. Marilah kita mencari Tuhan, yang jauh lebih berharga dari apapun yang ditawarkan dunia sehingga hidup kita penuh dengan damai sejahtera dan Tuhan sendirilah yang akan mencukupkan segala kebutuhan kita di dunia, amin. 

PERUMPAMAAN TENTANG BIJI SESAWI DAN RAGI (MATIUS 13:31-35)


Kembali lagi Yesus menjelaskan Hal Kerajaan Sorga kepada orang banyak dengan menggunakan perumpamaan dari Biji Sesawi dan Ragi.


Image result for POHON SESAWI


Ayat 31-32 :
Biji sesawi adalah biji yang paling kecil dari segala jenis biji-bijian yang ada; besarnya hanya 1 mm/seukuran kepala jarum pentul dan beratnya seperseribu gram. Tetapi jika benih ini tumbuh, maka ketinggiannya dapat mencapai 2m- 3m, melebihi tanaman sayuran lainnya, bahkan dapat menjadi pohon, sehingga burung-burung dapat bersarang diatasnya. Demikian pula halnya dengan Kerajaan Sorga. Yesus memulai pengajaran tentang Kerajaan Sorga dari sesuatu yang kecil/ sederhana, dimana Ia memulai pelayanan dari desa yang terpencil, metode pelayanan yang tampak sederhana (berjalan kaki dari desa yang satu ke desa yang lain), Ia berkhotbah di tengah-tengah masyarakat yang beragama Yahudi, tetapi tidak banyak orang yang percaya kepada-Nya. Murid-Nya pun hanya 12 orang. Semuanya itu kelihatan sebagai “suatu biji sesawi” saja. Tetapi pada akhirnya sekalipun pemberitaan tentang Kerajaan Sorga itu dimulai dari sesuatu yang kecil/ sederhana, dengan jumlah pengikut-Nya yang masih sedikit, namun dikemudian hari menjadi lebih besar, yang ditandai dengan semakin banyak orang-orang yang tertarik dengan pemberitaan Yesus. Bahkan pemberitaan tersebut membawa orang-orang dari segala bangsa untuk masuk/ ambil bagian dalam Kerajaan Sorga (seperti burung-burung yang datang bertengger di atas pohon sesawi). Pekerjaan Yesus yang dimulai dari pelayanan kecil di kampung Galilea, telah menyebar luas hingga ke seluruh dunia. Dari jaman Yesus hingga masa kini, pengikut Kristus semakin bertambah; sama halnya kekristenan telah berkembang dengan cukup pesat sehingga menjadi salah satu agama besar di dunia saat ini. 

Ayat 33 :           
Ragi adalah sesuatu yang sering dipakai oleh perempuan di Palestina untuk membuat roti, demikian juga perempuan dalam bacaan kita saat ini, dimana dikatakan bahwa ia memasukan sedikit ragi ke dalam 3 sukat ( 1 sukat 12 liter; 3 sukat berarti ± 36 liter) tepung sehingga adonan tersebut menjadi khamir (artinya mengembang) seluruhnya. Walaupun ragi itu sedikit saja kalau dibandingkan dengan tepung yang banyak itu, namun pada akhirnya ragi itu “menang,” sehingga adonan tersebut menjadi khamir seluruhnya. Demikian pula halnya dengan Kerajaan Sorga, sekalipun pemberitaan-Nya dimulai dari sesuatu yang kecil (dari kampung yang sederhana), namun pada akhirnya pemberitaan itu memberi dampak bagi orang banyak di Palestina bahkan hingga ke kota-kota (Galilea-Yudea dan sekitarnya). Pemberitaan tentang Kerajaan Sorga telah membawa pertobatan bagi banyak orang; ajaran Yesus telah membawa perubahan besar bagi kehidupan orang banyak pada waktu itu hingga saat ini.

Ay. 34-35 :         
Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan tentang Kerajaan Sorga? Supaya genaplah apa yang dikatakan Firman Allah melalui nabi bahwa “Yesus akan menyingkapkan apa yang tersembunyi, hal tentang Kerajaan Sorga dengan suatu perumpamaan.”

Dari perumpamaan tersebut kita diajarkan bahwa : 
1.   Sesuatu yang dimulai dari hal-hal yang kecil atau sederhana, jika dilakukan dalam terang Firman Allah, maka dikemudian hari ia akan berdampak besar (seperti biji sesawi yang kecil namun dikemudian hari ia menjadi tanaman yang lebih tinggi dari tanaman lainnya). Hal ini dapat kita mulai pertama-tama di tengah kehidupan keluarga kita masing-masing. Ketika suami mau menolong meringankan pekerjaan istri di rumah, maka pekerjaan istri di rumah tangga menjadi lebih ringan. Demikian pula sebaliknya, ketika istri dapat menggunakan uang dengan seperlunya, maka akan meringankan beban suami. Anakpun demikian. Ketika anak tidak banyak menuntut agar orang tua selalu memenuhi keinginannya, maka itu akan meringankan beban orang tua.

2.  Sesuatu yang kecil, mampu mengubahkan hal-hal disekitar. Misalnya ketika ada sesama kita yang sedang sakit atau sedang susah kita mau mendoakan atau bahkan menolong meringankan beban mereka, maka apa yang kita lakukan itu pasti akan berdampak besar dalam kehidupan mereka. 

Renungan :

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
 Suatu hari seorang Bapak mengajak anaknya ke sebuah danau yang airnya bersih dan tenang. Lalu bapak tersebut mengambil sebuah batu kecil dan melemparkannya ke air hingga menimbulkan beberapa gelombang. Anak itupun bertanya kepada bapaknya apa artinya itu bagi dirinya? Bapak itu menjelaskan kepada anaknya bahwa batu yang kecil, mampu menimbulkan gelombang yang cukup besar di danau tersebut. Demikian juga halnya dalam hidup ini, ketika kita melakukan “sesuatu yang kecil atau melakukan hal-hal yang sederhana,” maka dikemudian hari “sesuatu yang kecil” atau “sesuatu yang sederhana” itu akan menjadi besar dan memberi dampak bagi orang banyak. Inilah yang diajarkan Yesus dalam perumpamaan biji sesawi dan ragi.

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
          Biji sesawi adalah biji yang paling kecil di antara biji-biji lainnya, namun ketika ia tumbuh, ia dapat menjadi tanaman sayuran yang cukup tinggi bahkan burung-burung dapat bersarang di atasnya. Demikian pula dengan ragi. Meskipun ia di masukan ke dalam adonan tepung yang cukup banyak ( 3 sukat), namun dengan sedikit ragi, adonan tepung tersebut mampu menjadi khamir/ mengembang sehingga adonan tersebut menjadi lebih banyak. Kedua perumpamaan tersebut digunakan Yesus untuk menggambarkan tentang Kerajaan Sorga. Bahwa pemberitaan mengenai Kerajaan Sorga, sekalipun di mulai dari “sesuatu yang kecil;” dimulai dari perkampungan sederha dan di Galilea, namun dikemudian hari pemberitaan itu telah berkembang dengan pesat hingga ke kota-kota di Galilea dan Yudea hingga Palestina dan sekitarnya. Tidak hanya itu saja, pemberitaan tersebut juga telah membawa dampak atau perubahan besar bagi banyak orang yang menerima ajaran Yesus tersebut, sehingga orang banyak berbondong-bondong untuk mengikut Yesus. Biji sesawi dan ragi adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Palestina. Demikian pula halnya dengan segala ajaran Yesus mengenai Kerajaan Allah. Semuanya penting bagi kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini.  

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

          Dalam menjalani kehidupan ini, seringkali kita menganggap bahwa hidup ini hanya perlu diisi dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan mengabaikan sesuatu yang kita anggap sebagai hal-hal yang terlalu kecil atau sederhana untuk dilakukan. Kita berpikir bahwa dengan melakukan hal-hal yang besar dalam hidup ini maka hidup kita akan lebih bermakna. Misalnya seandainya saya memiliki uang yang banyak, maka akan saya gunakan untuk membuka usaha dan menolong yang kekurangan; seandainya saya punya uang yang banyak, saya akan memberikan persembahan yang besar untuk mendukung pelayanan di gereja; seandainya saya dsb. Apakah memang demikian Bpk/Ibu/Sdr/i? Menjadikan hidup ini lebih bermakna tidak selamanya diukur dari “sesuatu yang besar” tetapi juga ketika kita melakukan “hal-hal yang kecil/sederhana,” tetapi memberi dampak bagi kehidupan orang banyak. Hal ini dapat kita mulai pertama-tama di tengah kehidupan keluarga kita masing-masing. Ketika suami mau menolong meringankan pekerjaan istri di rumah, maka pekerjaan istri di rumah tangga menjadi lebih ringan. Demikian pula sebaliknya, ketika istri dapat menggunakan uang dengan seperlunya, maka akan meringankan beban suami. Anakpun demikian. Ketika anak tidak banyak menuntut agar orang tua selalu memenuhi keinginannya, maka itu akan meringankan beban orang tua. Sesuatu yang kecil, mampu mengubahkan hal-hal disekitar. Lalu Apa yang akan kita lakukan dalam hidup ini untuk menjadi berkat bagi sesama? Khususnya bagi Hormat dan Kemuliaan nama Tuhan? Misalnya ketika ada sesama kita yang sedang sakit atau sedang susah kita mau mendoakan atau bahkan menolong meringankan beban mereka, maka apa yang kita lakukan itu pasti akan berdampak besar dalam kehidupan mereka. Bahkan dalam kehidupan beriman, ketika kita melihat ada saudara-saudari kita yang sudah lama tidak ke Gereja, maka kita dapat mengingatkan mereka agar kembali dekat dengan Tuhan melalui kehidupan persekutuan bersama. Ingatlah biji sesawi dan ragi, sekalipun kecil, namun memiliki dampak yang luar biasa bagi orang banyak. Sekecil apapun perbuatan kita, selama itu berkenan di hadapan Tuhan, maka akan berdampak dan menjadi berkat bagi sesama. Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

 Bahan PART GKS Jemaat Parakamaru (Minggu ke 3 Februari 2018)
Oleh Vic. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol

PERUMPAMAAN TENTANG LALANG DI ANTARA GANDUM (MAT 13-24-30; 36-43)


Kembali lagi Yesus menggunakan sebuah perumpamaan yang kena mengena dengan kehidupan orang Galilea untuk menjelaskan tentang Kerajaan Sorga. Adapun isi dan arti dari perumpamaan tersebut adalah sebagai berikut :

No
Isi perumpamaan (ay. 24-30)
Arti dari perumpamaan tersebut (36-43)
1
Orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya yaitu benih gandum, lalu musuhnya datang pula untuk menaburkan benih lalang di ladang tersebut.

Orang yang menaburkan benih yang baik adalah Anak Manusia (Yesus Kristus), musuhnya adalah iblis dan ladang adalah dunia, Benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan Sorga/ orang baik/orang yang taat melakukan kehendak Allah dan benih lalang adalah anak-anak si jahat/ orang yang jahat/yang tidak taat perintah Allah.
2
Benih gandum itu tumbuh dan berbulir. Demikian pula halnya dengan benih lalang tersebut.

Anak-anak Kristus dan anak-anak si jahat hidup bersama-sama dalam dunia ini; di dunia ini hidup orang yang baik dan orang yang jahat/ orang yang melakukan kehendak Allah dan yang tidak melakukan kehendak Allah; orang baik akan menghasilkan buah dan menjadi teladan yang baik bagi orang sekitar namun orang jahat juga akan menghasilkan buah tetapi buahnya itu membawa dampak yang tidak baik bagi orang sekitar (baca kelakuan mereka membawa pengaruh buruk bagi orang sekitar).
3
Hamba-hamba tuan itu melaporkan kepada tuannya apa yang terjadi.

Hamba-hamba tuan itu/ para penuai itu ialah malaikat yang melaporkan apa yang sedang terjadi di dunia kepada Anak Manusia yaitu Yesus Kristus.
4
Biarkanlah keduanya tumbuh sampai pada waktu menuai. Ketika tiba waktunya menuai, lalang terlebih dahulu akan dikumpulkan untuk dibakar tetapi gandum akan dikumpulkan kemudian untuk dimasukkan ke dalam lumbung.

Waktu menuai ialah akhir zaman. Pada akhir zaman, Yesus akan menyuruh malaikatnya untuk memisahkan orang-orang yang jahat dari orang-orang yang baik. Orang jahat yang tidak mau taat kepada perintah Tuhan akan dilemparkan ke dalam api penyiksaan sedangkan orang yang baik yang senantiasa memberlakukan Firman Tuhan dalam kehidupan mereka akan masuk dalam Kerajaan Sorga.  

Jadi cukup jelas bagi kita arti dari perumpamaan Yesus tersebut. Bahwa Kerajaan Sorga itu datang secara bertahap dan bahwa penghukuman Tuhan itu bagi orang-orang jahat akan berlaku pada saat akhir zaman. Perikop ini ditutup dengan seruan “Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar.” Melalui Firman Tuhan ini, kita diajak untuk memeriksa diri kita, apakah kita merupakan gandum atau lalang? Apakah kita adalah orang-orang yang mau memberlakukan Firman Allah dalam kehidupan kita sehingga kehidupan kita menjadi berkat bagi sesama ataukah sebaliknya kita menjadi orang-orang yang jahat, yang tidak mau mentaati Firman Tuhan sehingga membawa pengaruh buruk atau menjadi batu sandungan bagi orang lain, terutama keluarga kita? Ingatlah jika tiba waktunya nanti, Tuhan akan memisahkan lalang dan gandum. Tuhan Yesus memberkati.
   

Image result for LALANG DAN GANDUM


Renungan :
Di dunia ini, kita akan menemukan orang yang baik dan orang yang berlaku jahat. Bila kita bertemu dengan orang yang baik, hati kita merasa senang dan kita akan berusaha menjalin hubungan yang baik dengan orang tersebut. Namun jika kita bertemu dengan orang yang jahat, hati kita mungkin kesal, timbul kebencian bahkan “mengutuk” perbuatan mereka. Ambil contoh dengan kasus pembunuhan di Sabu dan Sumba Tengah baru-baru ini. Tentu kita sangat membenci perilaku biadab yang dilakukan orang-orang tersebut yang dengan tega merenggut nyawa anak-anak yang tidak bersalah. Tanggapan kita mungkin berbeda-beda tetapi kita sepakat bahwa pelaku dari tindakan tersebut harus dihukum dan menerima ganjaran hukum yang sepantasnya. Yang baik dipuji dan yang jahat dikecam. Hal inipun berlaku dalam kehidupan orang percaya sebagaimana nampak dalam bacaan kita saat ini.  

Dikatakan bahwa pada suatu hari ada seorang penabur yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Penabur tersebut adalah Yesus Kristus, benih yang ditabur adalah Firman Tuhan dan ladangnya adalah dunia. Yesus memberitakan Firman Allah tentang Kerajaan Sorga kepada dunia. Namun ketika malam tiba, musuh dari penabur yaitu Iblis juga menaburkan benih lalang di ladang tersebut. Artinya bahwa di dunia ini Iblis juga sedang menaburkan benih-benih kejahatan/ yang merusak kehidupan orang baik supaya mereka menjadi jahat (kebencian, permusuhan, pembunuhan dsb). Akhirnya di ladang tersebut, benih gandum dan benih lalang tumbuh bersama-sama. Mereka sulit dibedakan hingga waktu menuai tiba. Kehidupan orang baik dan orang jahatpun demikian sulit dibedakan. Ketika hal itu dilihat oleh hamba-hamba tuannya yaitu malaikat-malaikat Allah, mereka meminta kepada tuannya untuk mencabut benih lalang tersebut sehingga tidak mengganggu pertumbuhan benih gandum. Menurut mereka orang jahat perlu dilenyapkan dari dunia ini agar di dunia ini hanya ada orang-orang yang baik saja, yang melakukan kehendak Allah. Tetapi dengan tegas tuannya menolak. Sebab akan ada waktunya nanti ketika musim menuai tiba, maka lalang tersebut yang akan diambil pertama untuk diikat dan dibakar lalu sesudah itu barulah gandum tersebut dipanen untuk dimasukkan ke dalam lumbung. Artinya jika akhir zaman itu tiba, maka Tuhan akan mengadili orang yang jahat dan membuang mereka ke dapur api (neraka) dan disanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi yang menjadi simbol dari penderitaan. Tetapi bagi orang baik, yang melakukan kehendak Allah, mereka justru akan hidup bercahaya oleh karena mereka akan tinggal bersama-sama dengan Kristus di Kerajaan-Nya. Mengapa Yesus membiarkan atau menunda-nunda penghukuman bagi orang yang jahat sampai tiba hari penghakiman? Ini menandakan bahwa Yesus sedang memberikan kesempatan kepada orang yang jahat untuk segera bertobat dan hidup seturut kehendak Allah. Sedangkan bagi kita anak-anak Terang (orang-orang yang melakukan kehendak Allah), teruslah hidup dengan menaburkan kebaikan dan memberitakan Kerajaan Allah bagi dunia ini, sehingga banyak jiwa hidup dalam pertobatan dan mereka juga turut bersama-sama dengan kita di Sorga kelak.

Lalu bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Dimanakah tempat kita? Apakah hidup kita selama ini telah menjadi benih yang baik ataukah benih yang jahat? Gandum atau ilalang? Melalui Firman Tuhan hari ini, kita diingatkan untuk hidup seperti benih yang baik, yang berbuah sehingga menjadi berkat bagi sesama.
“Lalang akan tumbuh tetapi menuju kebinasaan,
dan Gandum bertumbuh untuk menghasilkan buah dan menuju kekekalan.”

 Bahan PART GKS Jemaat Parakamaru (Minggu ke 2 Februari 2018)
Oleh Vic. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol



PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PENABUR (MATIUS 13:1-23)

Image result for perumpamaan tentang seorang penabur

Yesus senang bercerita dan perumpamaan merupakan cara yang paling disukai-Nya. Beberapa perumpamaan sangat mudah dipahami dengan pengertian yang sederhana, sehingga setiap pendengar segera menangkap maksudnya. Beberapa perumpamaan kurang dapat dipahami, hampir seperti kode, yang dimaksudkan untuk dimengerti oleh para pengikut Yesus, sementara para musuh-Nya bingung mengartikannya. Cara ini dapat mengendalikan para pengkritik-Nya, sehingga waktu Yesus tidak banyak tersita untuk berdebat dengan para lawan yang mencecar-Nya. Beberapa kisah ini begitu sulit dipahami, sehingga Yesus perlu memanggil para pengikut terdekat-Nya (ke 12 murid) untuk menjelaskan apa yang dimaksud-Nya.
Perumpamaan tentang seorang penabur adalah satu dari Sembilan perumpamaan yang disampaikan Yesus tentang Kerajaan Surga (perumpamaan tentang Benih Yang Tumbuh (Mark. 4:26-29), perumpamaan tentang Gandum dan Lalang (Mat 13:24-30; 36-43), perumpamaan tentang Biji Sesawi (Mat 13:31-32), perumpamaan tentang Ragi (Mat 13:33-35), perumpamaan tentang Harta Yang Terpendam (Mat 13:44), perumpamaan tentang Mutiara Yang Indah (Mat 13:45-46), perumpamaan tentang Jala Besar (Mat 13:47-50), perumpamaan tentang Pemilik Rumah (Mat 13:52).
Penjelasan Teks
Ay. 1-2 :  Hari semakin siang. Setelah dengan penuh semangat berjuang melawan orang-orang Farisi dan keluarga-Nya sendiri, Yesus pergi ke tepi danau Galilea (panjangnya kira-kira 21 km, lebarnya 11 km dan terletak 211 m di bawah permukaan laut) untuk mengajar. Kerumunan orang begitu banyak sehingga Dia kembali naik ke perahu untuk mengajar orang-orang yang berada di pantai.
Ay. 3 :     Sekalipun Markus adalah Injil yang tertua dari injil-injil yang lain, namun Markus hanya menceritakan 4 perumpamaan (Mar 4:1-34). Tetapi dalam Mat 13 ada 8 perumpamaan yang disampaikan Yesus, yang dikumpulkan pada waktu yang tidak bersamaan. Yesus memulai khotbahnya dengan menyampaikan sebuah perumpaan tentang “Seorang penabur yang keluar untuk menabur.” Perhatikan bahwa dalam menggunakan sebuah perumpamaan, Yesus mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari yang mudah diingat oleh orang banyak.
Ay. 4-8 :  Ketika penabur itu ke luar untuk menaburkan benih gandum di ladang (Di Palestina hanya ada ladang dan gandum adalah komoditas utama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari), dapat terjadi bahwa beberapa gandum jatuh dijalan (dikarenakan butir gandum terlempar terlalu jauh di sebelah ladang oleh penabur) dan dimakan oleh burung (ay. 4), beberapa jatuh di tanah yang berbatu (ay. 5-6).
Di Galilea kadang-kadang ada batu besar di bawah ladang yang ditutupi oleh lapisan tanah yang tipis. Karena lapisan tanahnya cukup tipis, maka benih itu cepat berkembang karena lebih banyak mendapatkan sinar matahari dibandingkan jika benih itu ditutupi tanah yang dalam. Namun ketika terkena terik matahari yang cukup menyegat, benih itupun layu dan menjadi kering karena tidak dapat membentuk akar yang dalam. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri (ay.7). Di ladang juga sering terdapat semak-semak duri oleh karena proses pembajakan ladang seringkali tidak sampai mencabut akar-akar semak yang masih tersembunyi di bawah ladang (Di Indonesia sawah dicangkul agak dalam, tetapi pada zaman Yesus bajak hanya masuk tanah kurang lebih sepuluh sentimeter dalamnya sehingga kadang-kadang bajak itu tidak sampai ke akar semak duri), sehingga ketika akar semak duri itu tumbuh maka dapat menghalangi pertumbuhan gandum. Tetapi ada sebagian benih yang jatuh di tempat yang baik lalu berbuah, bahkan satu butir gandum dapat menghasilkan tiga puluh, enam puluh atau seratus butir; hal itu tidak mustahil di Palestina (ay. 8). 

Apa arti dari perumpamaan ini?
Ay. 18-23 :  ke empat macam tanah yang disampaikan dalam perumpamaan tersebut tidak berbicara     mengenai karakter atau tabiat manusia melainkan tentang empat cara menerima Firman   Tuhan.
                        
             Cara yang pertama : benih yang ditabur dipinggir jalan;  yaitu mereka yang mendengar Firman Tuhan namun Firman Tuhan yang disampaikan itu tidak masuk ke dalam hatinya sehingga Iblis dengan mudah merampas firman Tuhan. Firman Tuhan masuk telinga kiri lalu keluar telinga kanan. Barangkali karena mereka telah mengeraskan hati atau tidak mengerti arti Firman Tuhan yang disampaikan dalam khotbah atau bahkan mereka mengganggap bahwa Firman Tuhan itu tidak penting dalam kehidupan mereka (ay. 19).

Cara yang kedua, ada juga orang yang menyerupai benih yang jatuh ke tanah yang berbatu-batu, dimana gandum bertumbuh dengan cepat tetapi juga cepat layu. Itulah orang yang menerima Firman Tuhan dengan gembira, tetapi tidak berakar artinya tidak mampu untuk memelihara Firman Tuhan dalam kehidupan mereka. Contoh ketika mereka mengalami pergumulan hidup yang begitu berat dan jiwa mereka tertekan, mereka meninggalkan Tuhan. Mereka menjadi murtad (ay. 20-21).
                      
              Cara yang ketiga : benih yang jatuh di semak duri  yaitu untuk menerangkan bahwa ada orang yang mulai mendengar Firman Tuhan dengan baik, tapi lambat laun kekuatiran dunia dan keinginan akan kekayaan sangat mempengaruhi kehidupan mereka sehingga Firman Tuhan kehilangan kekuatan dalam hidup mereka sehingga Firman itu tidak berbuah. Mereka gagal menjadi orang Kristen. Ketika manusia lebih mengejar materi dan kenikmatan yang ditawarkan dunia, maka mereka telah menjauhkan diri dari Tuhan (ay. 22).

        Cara yang keempat yaitu benih yang jatuh di tanah yang baik, untuk mengambarkan bahwa ada juga orang-orang yang seperti tanah yang baik, mendengar Firman Tuhan dan mengerti akan Firman itu, sehingga mereka menjadi orang Kristen yang berakar, bertumbuh dan pada akhirnya berbuah, meskipun buah mereka tidak semua sama banyaknya.

Demikianlah arti dari perumpamaan tersebut. Pokok utama dari perumpamaan ini : “Benih yang ditabur yaitu Kabar Sukacita yang disampaikan oleh Sang Penabur yaitu Yesus Kristus sama, namun tanggapan yang berlainan dari orang-orang yang berbeda.” Yesus ingatkan pula bahwa siapa bertelinga hendaklah ia mendengar (ay. 9).

Ay.10-12 : Cara pengajaran Yesus dengan menggunakan perumpamaan adalah sesuatu yang baru dan karena itu murid-murid-Nya bertanya kepada Yesus apa sebabnya Ia memilih untuk menyampaikan kabar baik dengan menggunakan perumpamaan. Yesuspun menjawab mereka bahwa perumpamaan-perumpamaan-Nya sukar dimengerti oleh orang yang kepadanya Allah tidak memberikan karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga tetapi kepada murid-murid Yesus Allah telah memberikan karunia untuk mengerti arti Kerajaan Surga melalui kehadiran Yesus Kristus. Betapa berbahagianya murid-murid yang oleh karena Karunia Allah mereka diberikan hikmat untuk mengerti peranan Yesus sebagai penggenapan dari Kerajaan Surga di dunia. Karena itu siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Maksud Yesus di sini, bahwa pengikut-pengikut Yesus yang mengerti hal-hal kerajaan Allah memperoleh pengertian yang semakin dalam, sedangkan orang-orang yang tertutup terhadap ajaran Yesus menjadi semakin tumpul.         

Ay. 13 :  Dalam ayat ini Yesus melukiskan keadaan orang Yahudi. Sekalipun mereka melihat namun mereka tidak melihat (Mereka telah melihat Yesus namun mereka tidak melihat bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah) dan sekalipun mereka mendengar, namun mereka tidak mendengar dan mengerti (Mereka telah mendengar dan menyaksikan karya perbuatan Yesus tapi mereka tidak mau mendengar-Nya).

Ay.14-15 : Dengan mengutip dari Yes 6:9-10, Yesus menjelaskan secara lengkap tentang kehidupan orang Yahudi pada zaman Yesus. Pada zaman Yesaya orang Israel telah menjadi buta dan tuli terhadap Firman Tuhan.
Oleh karena itu mereka tidak berbalik dan sebab mereka tidak berbalik, maka Tuhan tidak dapat menyembuhkan mereka (menyelamatkan). Kata-kata dari Yesasa tersebut dapat dikenakan juga kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Yesus. Yesus menyampaikan Firman Allah kepada mereka, tetapi banyak di antara mereka yang tertutup hatinya. Mereka tertutup dengan ajaran Yesus.

Ay. 16-17 :Di sini Yesus menyebut murid-murid-Nya berbahagia, sebab mereka itu berbeda dengan kebayakan orang Yahudi; mata dan telinga mereka betul-betul terbuka terhadap ajaran-ajaran Yesus yang benar dan segala berkat yang dibawa Yesus. Lebih dari itu, mereka juga dikatakan berbahagia oleh karena mereka boleh melihat apa yang dahulu diingini para nabi dan orang-orang benar pada zaman PL, dimana mereka ingin sekali melihat dan mengalami zaman Mesias. Murid-murid Yesus hidup setelah kedatangan Mesias, karena itu menjadi orang-orang yang berbahagia.
                       
Renungan :
                Jika saat ini saya memberikan kepada Bapak, Ibu serta anak-anak di rumah ini beberapa butir telur ayam, apa yang akan kita lakukan? Tentu kita akan mengolahnya bukan? Tetapi cara kita mengolahnya pastilah berbeda-beda. Mungkin yang ibu-ibu akan menggunakan telur tersebut untuk membuat kue supaya dapat dijual dan menghasilkan uang, yang bapak-bapak telur tersebut mungkin di rebus untuk dimakan sebagai sumber energy bagi tubuh, sedangkan yang anak-anak mungkin lebih suka menggoreng telur tersebut karena dianggap lebih enak kalau di goreng. Satu bahan dasar tapi cara kita mengolahnya berbeda-beda. Demikian pula dengan Firman Tuhan. Sekalipun kita mendengar Firman Tuhan bersama-sama dengan bacaan yang sama pula, tetapi tanggapan kita berbeda-beda. Hal inilah yang disampaikan Yesus dalam perumpaan tentang penabur.

                Dalam perumpamaan tersebut Tuhan Yesus mengatakan bahwa ada seorang Penabur, yaitu Yesus Kristus, datang untuk menyebarkan benih yang adalah Firman Tuhan di ladang, yaitu manusia. Ada benih yang jatuh di jalan lalu burung-burung datang memakannya yaitu gambaran bagi orang Kristen yang mendengarkan Firman Tuhan tetapi Firman itu tidak tinggal di dalam hatinya sehingga Iblis dengan mudah merampasnya; Ada benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, yaitu menunjuk kepada orang Kristen yang antusias mendengar Firman Tuhan tetapi Firman itu tidak berakar atau bertahan lama dalam dirinya sehingga ia menjadi layu dan kering oleh karena berbagai pergumulan hidupnya. Lalu ada benih yang jatuh di tengah semak-semak, benih itu tumbuh tetapi terhimpit oleh semak tersebut sehingga ia tidak berbuah, yaitu sama halnya dengan orang Kristen yang mendengarkan Firman Tuhan, rajin ke gereja, tetapi ia dengan mudah jatuh dalam tipu daya iblis oleh karena hidup dalam kekuatiran dunia dan mengejar kenikmatan yang ditawarkan dunia daripada mengutamakan Tuhan dalam hidupnya. Namun, ada juga benih yang jatuh di tanah yang baik yaitu orang-orang Kristen yang dengan sungguh-sungguh mendengarkan Firman Tuhan lalu memberlakukannya dalam kehidupan mereka hari lepas hari sehingga mereka menghasilkan buah, yaitu mampu menjadi teladan bagi orang sekitarnya.


                Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Bagaimana kita menanggapi Firman Tuhan yang selalu datang dalam kehidupan kita? Apakah kita sama seperti benih yang jatuh dijalan? Atau seperti benih yang jatuh di tanah berbatu? Atau mungkin kita sama seperti benih yang jatuh di semak duri? Ketika kita dengan sungguh-sungguh melakukan apa yang Tuhan katakan dalam Firman-Nya, maka kita akan dikatakan sebagai orang-orang yang berbahagia dan kita masuk dalam kategori seperti benih yang tumbuh di tanah yang baik. Kita menjadi orang yang melihat dan mendengar karya Tuhan bagi jemaat-Nya dan menjadi pelaku-pelaku Firman. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Bahan PART GKS Jemaat Parakamaru (Minggu ke 1 Februari 2018)
                                                                                                     Oleh Vic. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol