Minggu, 24 Mei 2020

BERTEKUN DAN SEHATI DALAM DOA (KIS 1:12-14)

The Spirit and Christians – Christian Publishing House Blog

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Alkisah di Timur Tengah, ada cerita mengenai orang-orang yang menanam pohon bambu Cina. Selama empat tahun terakhir mereka selalu memberi pupuk dan air meskipun tanaman tersebut belum menampakkan tanda-tanda pertumbuhan. Kemudian memasuki tahun yang kelima, mereka kembali mencoba memberikan pupuk dan air sehingga dalam waktu lima bulan tanaman tersebut akhirnya bertumbuh sembilan puluh kaki tingginya. Pertanyaannya adalah tanaman bambu Cina tersebut dapat tumbuh setelah lima bulan ataukah sesudah lima tahun? Jawabannya adalah setelah lima tahun. Seandainya orang-orang tersebut berhenti memberi pupuk dan menyiram tanaman bambu Cina itu selama lima tahun, mungkin tanaman tersebut akan mati. Namun karena ketekunan dan kesehatian orang-orang tersebut dalam waktu yang cukup lama, maka tanaman bambu Cina tersebut akhirnya dapat tumbuh.

 Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Sesudah Yesus terangkat ke sorga, dari bukit Zaitun rasul-rasul akhirnya kembali ke Yerusalem seperti yang diperintahkan Tuhan Yesus kepada mereka. Perjalanan itu mereka tempuh seperjalanan Sabat. Bagi orang Yahudi, Sabat merupakan hari istirahat total dan semua pekerjaan sama sekali terlarang. Pada hari Sabat, orang hanya diperbolehkan melakukan perjalanan sejauh 2000 cubit saja, itulah jarak yang disebut jarak sehari perjalanan Sabat. Satu cubit sama dengan 18 inci (±45m). Jadi jarak sehari seperjalanan Sabat itu kurang lebih setengah mil lebih.
Ketika rasul-rasul tiba di kota Yerusalem, mereka lalu masuk ke rumah salah seorang dari antara rasul-rasul (kemungkinan ruangan ini adalah ruangan yang dipakai untuk perjamuan terakhir (Luk 22:12) dan bisa jadi terletak di rumah Maria, ibu Markus, Kis 12:12) dan naik ke ruangan atas, tempat mereka menumpang. Mereka adalah Petrus, Yohanes, Yakobus, Andreas, Filipus, Tomas, Bartolomeus, Matius, Yakobus anak Alfeus, Simon orang Zelot dan Yudas anak Yakobus (bukan Yudas Iskariot). Yang menarik adalah saat itu yang berkumpul tidak hanya rasul-rasul saja tetapi juga ada beberapa perempuan serta Maria, Ibu Yesus dan saudara-saudara Yesus (Saudara tiri Yesus yaitu Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas, Mat 13:55). Padahal kita tahu bahwa sepanjang hidup dan pelayanan Yesus, saudara-saudara-Nya justru berada dipihak lawan-lawan-Nya (Markus 3:21). Namun kematian Yesus telah membuka hati dan pikiran mereka sehingga mereka akhirnya sadar dan menerima Yesus. Apa yang mereka lakukan saat itu? Firman Tuhan katakan mereka semua bertekun (tidak terkecuali seorangpun) sehati dan berdoa sambil menanti turunnya Roh Kudus, seperti yang dijanjikan Yesus sebelum Ia terangkat ke sorga. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, bertekun itu berarti berkeras hati atau sunggung-sungguh. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa rasul-rasul dan semua yang ada dalam ruangan tersebut sungguh-sungguh sehati (tidak saling berlawanan atau bersepakat) dalam doa secara bersama-sama. Tidak ada yang hanya duduk diam sedangkan yang lain sibuk berdoa dan berpuasa. Tetapi sebaliknya mereka semua sungguh-sungguh menyatukan hati dalam doa dan ini mereka lakukan bukan hanya sewaktu-waktu atau sampai Roh Kudus yang dijanjikan Yesus digenapi tetapi mereka lakukan itu terus menerus dalam kehidupan mereka selanjutnya. Dengan ketekunan dan kesehatian yang sungguh-sungguh dalam doa yang mereka panjatkan atau naikkan di hadapan Allah Bapa di sorga, maka mereka semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam menantikan janji Tuhan melalui Roh Kudus.  

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Apa yang dilakukan oleh para rasul dan murid-murid kiranya juga menjadi teladan dalam kehidupan kita saat ini, khususnya ketika kita sedang menghadapi pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk pulau kita tercinta Sumba. Dibutuhkan ketekunan dan kesehatian kita semua (baik itu pemerintah, masyarakat warga gereja) untuk bersama-sama memanjatkan doa setiap hari agar wabah ini segera berlalu. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam melakukan upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penyebaran covid-19 ini tanpa adanya dukungan dan kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat, terkhususnya kita sebagai warga gereja. Pemerintah telah memberikan himbauan agar sementara waktu kita menghindari kerumunan dan menjaga jarak serta menggunakan masker saat berpergian dari rumah, maka itu harus kita taati betul. Jangan diabaikan atau dianggap sepele himbaun tersebut. Ini masih saja kita kumpul-kumpul di tempat yang ramai, tidak menjaga jarak satu dengan yang lain, keluar rumah tidak pakai masker dan lain sebagainya. Sebagai warga masyarakat yang baik kita harus patuh betul pada anjuran pemerintah dan mengikuti protokol yang diterapkan. Dan sebagai warga gereja, mari setiap hari (tanpa henti-hentinya) di rumah tangga kita masing-masing memanjatkan doa bagi semua pihak (pemerintah, kepolisan, para medis, LSM) agar senantiasa diberi kekuatan dan hikmat dalam melakukan tugas dan kerja mereka dan mendoakan saudara-saudari yang sudah terkena virus ini agar memperoleh kesembuhan serta mendoakan sesama kita yang saat ini susah akibat covid-19 (petani, pedagang, buruh kasar, dan sebagainya). Selamat hari minggu Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.  



Ibadah Minggu, 24 April 2020
GKS Jemaat Puu Naga
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.SI.-Teol

Jumat, 22 Mei 2020

TUHAN AKAN DATANG KEMBALI (KIS 1:1-11)

Pesan Injil: Arti dan Pentingnya Kenaikan Yesus ke Surga


Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Dibalik setiap perjumpaan pasti akan ada yang namanya perpisahan, itulah salah satu realita kehidupan yang terjadi di tengah dunia ini. Jika perjumpaan selalu diwarnai dengan perasaan sukacita atau bahagia, maka sebaliknya perpisahan akan diwarnai dengan perasaan sedih atau perasaan duka karena kepergian orang-orang yang kita kasihi. Ketika hal itu terjadi, maka kita berharap suatu saat nanti kita akan berjumpa kembali dengan mereka yang telah pergi atau berpisah dengan kita, entah itu karena kematian, pindah kerja, studi  dsb. Karena itu orang Barat pada umumnya tidak mengucapkan kalimat “don’t say goodbye” (artinya selamat tinggal) ketika berpisah dengan seseorang, tetapi mereka selalu menggunakan kalimat “see you again” (artinya sampai berjumpa atau bertemu kembali).   

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Perikop bacaan kita hari ini bercerita tentang “Janji pencurahan Roh Kudus kepada murid-murid” (Ay.1-5) dan peristiwa tentang “Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga,” sebagaimana yang disaksikan oleh orang banyak pada waktu itu. (Ay. 6-11). Sesudah kebangkitan dan penampakan Yesus kepada murid-murid, Ia berpesan agar mereka tetap tinggal di Yerusalem guna menanti penggenapan janji Tuhan yaitu Roh Kudus yang akan dicurahkan atas mereka sehingga mereka dapat bersaksi dan melanjutkan pekerjaan Kristus di tengah dunia dalam memberitakan kabar sukacita kepada manusia. Namun sebelum janji itu digenapi, murid-murid meminta kepada Yesus agar Ia memulihkan keadaan Israel pada masa itu (Ay.6). Karena umat Tuhan pada saat itu sedang hidup dalam kesusahan dan penderitaan akibat penjajahan Romawi. Akan tetapi Yesus dengan tegas mengatakan kepada mereka bahwa pemulihan itu akan terjadi menurut ketetapan atau kehendak Allah Bapa di sorga (waktu Allah) dan karena itu mereka tidak perlu tahu kapan waktunya. Yang harus mereka lakukan adalah tetap menanti janji Tuhan itu dengan tinggal di Yerusalem (Ay. 7) sampai janji itu digenapi sehingga mereka dapat menyampaikan kabar sukacita kepada orang lain (Ay.8). Sesudah Yesus mengatakan hal itu kepada murid-murid, maka terangkatlah Ia ke sorga (Ay.9). Peristiwa kenaikan Yesus ke sorga adalah suatu perpisahan dengan murid-murid. Namun perpisahan itu bukan lagi dalam suasana yang penuh dengan kesedihan atau dalam suasana duka melainkan terjadi dalam suasana yang penuh takjub dan sukacita karena perpisahan itu hanya bersifat sementara, sebab Tuhan Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Yah benar Tuhan akan datang kembali dengan cara yang sama seperti saat Ia terangkat ke sorga (Ay.11). Sementara murid-murid merasa takjub dengan peristiwa itu, tiba-tiba berdirilah dua orang berpakaian putih (yaitu malaikat Tuhan) menegur mereka agar mereka tidak hanya berdiiri (tidak melakukan sesuatu) menatap kepergian Yesus ke sorga (Ay.10-11), melainkan mereka harus pergi melakukan apa yang Tuhan Yesus perintahkan kepada mereka.  

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Tidak terasa sudah beberapa bulan ini kita hanya bisa “berdiam diri” karena kemelut akibat pandemi covid-19. Kita dihimbau untuk melakukan “social distancing” (menghindari kerumunan orang banyak dengan berdiam diri di rumah/ stay at home) dan “physical distancing” (menjaga jarak) dengan orang di sekitar kita. Bahkan Presiden Jokowi meminta kita untuk bekerja dari rumah (work from home), belajar dari rumah (sekolah-sekolah diliburkan) dan ibadah di rumah (salah satu buktinya yaitu seperti yang kita lakukan saat ini dalam ibadah peringatan kenaikan Yesus ke sorga) demi memutus mata rantai penyebaran covid-19 ini. Lalu kitapun bertanya-tanya kapan badai ini akan berlalu dari muka bumi? Kapan kehidupan ini kembali normal seperti sebelumnya sehingga kita dapat beraktivitas seperti sediakala? Kapan kemelut ini akan berakhir? Yang terpenting saat ini adalah bukan “kapan”nya tapi “apa” yang harus kita lakukan di tengah situasi yang penuh pergumulan tersebut? Akankah kita akan terus berdiam diri tanpa melakukan sesuatu? Atau justru banyak hal yang dapat kita lakukan saat ini? Misalnya berbagi dengan orang yang susah meskipun mungkin saat ini keadaan kita juga sedang dalam kesusahan, menguatkan sesama yang sedang lemah, menghibur yang sedih dan lain sebagainya. Dan secara khusus, sebagai anak-anak Tuhan di tengah situasi saat ini bagaimana kita merayakan dan memaknai hari kenaikan Tuhan kita Yesus Kristus? Ingatlah bahwa Tuhan akan datang kembali. Hari Tuhan akan tiba dan sambil kita menanti kedatangan Tuhan kembali ke dunia, kita diajak untuk hidup dalam kesucian dan kesalehan (tekun beribadah, rajin baca Alkitab, berdoa, tetap bersyukur kepada Tuhan meskipun keadaan sedang susah dsb) seperti yang dikatakan dalam nats pembimbing kita tadi dari 2 Petrus 3:10-11. Sekalipun saat ini kita tidak beribadah di gereja, namun bukan berarti bahwa ibadah kepada Tuhan “ditiadakan” atau “diliburkan.” Sebaliknya kita dapat berjumpa dengan Tuhan bersama seluruh anggota keluarga kita melalui ibadah di rumah tangga kita masing-masing. Kita harus lebih dekat kepada Tuhan bukan justru semakin hidup jauh dari-Nya. Selamat merayakan dan memaknai kenaikan Tuhan kita Yesus Kristus dengan penuh sukacita dan takjub meskipun keadaan saat ini sedang sulit dan percayalah bahwa Tuhan akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya untuk memulihkan keadaan atau kehidupan kita saat ini, termasuk memusnahkan virus corona atau covid-19 ini dari muka bumi. Selamat merayakan kenaikan Yesus Kristus ke sorga, Tuhan memberkati kita semua, amin.

Renungan Ibadah Kenaikan Yesus Kristus, Kamis, 21 Mei 2020
GKS Jemaat Puu Naga
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol

SEBAB AKU HIDUP, KAMUPUN AKAN HIDUP (YOH 14:15-21)


Mari mewartakan Kabar Baik – Warta Paroki St. Petrus


Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Berdasarkan informasi resmi yang disampaikan oleh gugus tugas percepatan penanganan covid-19 di Indonesia, bahwa sampai dengan tanggal 15 Mei 2020 Pk. 18.02 WIB di Indonesia yang positif corona ada 16.496 orang, yang sembuh 3.803 orang dan yang meninggal ada 1.076 orang (sumber: https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/). Bahkan dari data tersebut ada 2 orang pasien yang positif berasal dari Sumba Timur (sumber dari facebook : SERGAP.ID). Artinya bahwa setiap hari selalu ada penambahan jumlah orang baik yang positif, yang sembuh maupun yang meninggal. Pemerintah dan berbagai pihak terkait memang telah melakukan upaya pencegahan dan pengobatan serta berusaha menekan agar data tersebut tidak terus bertambah setiap hari. Namun kenyataannya sampai dengan saat ini virus tersebut masih ada di muka bumi dan kita tidak tahu dengan pasti kapan virus ini akan musnah atau mungkin selamanya akan tetap ada di tengah dunia ini. Takut, cemas, kuatir, panik dan berbagai macam perasaan lainnya terus berkecamuk dalam pikiran kita. Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini, khususnya sebagai anak-anak Tuhan di tengah situasi yang demikian?

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Ketika Tuhan Yesus menyadari bahwa waktunya sudah dekat (merujuk pada penderitaan dan kematian-Nya) dan Ia harus meninggalkan murid-muridNya kembali ke sorga, Yesus memberikan nasihat-nasihat kepada mereka agar mereka senantiasa memegang dan melakukan perintahNya (Ay.15), sebagai wujud tindakan kasih mereka kepada Yesus Kristus (Ay. 21). Murid-murid harus taat dan patuh pada perintah Tuhan serta melakukannya dalam kehidupan mereka sehari-hari meskipun Tuhan Yesus tidak lagi bersama-sama dengan mereka nanti. Hal ini Yesus sampaikan kepada murid-muridNya karena Yesus sendiripun telah menunjukan ketaatan atau kepatuhanNya terhadap perintah Allah Bapa di sorga sebagai wujud nyata tindakan kasihNya kepada Bapa di sorga. Yesus tahu bahwa tidak mudah bagi murid-murid untuk melakukan apa yang Yesus perintahkan. Karena itu Yesus berjanji bahwa Ia akan meminta kepada Bapa di sorga seorang Penolong yaitu Roh Kudus (Ay. 16) untuk tinggal bersama murid-murid. Kata Penolong di sini diterjemahkan dari kata Yunani : parakletos yang artinya seseorang yang dipanggil datang untuk menolong pada saat kesulitan atau kesusahan. Ia yang akan menyertai murid-murid dalam menjalani kehidupan di tengah dunia serta memampukan (menolong) murid-murid melakukan perintah Tuhan. Roh Kudus akan diam (tinggal) dihati murid-murid sehingga murid-murid dapat menyampaikan kebenaran firman Tuhan di tengah dunia bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruslamat (Roh Kudus disebut juga Roh Kebenaran, Ay, 17).  

Mendengar perkataan Yesus tersebut, murid-murid tentu menyadari atau mungkin memiliki firasat bahwa Yesus akan segera pergi meninggalkan mereka dan karena itu mereka menjadi gelisah hati (Yoh 14:1). Akan tetapi Yesus menguatkan dan meneguhkan mereka bahwa Yesus akan datang kembali. Ia tidak akan membiarkan murid-murid menjadi yatim piatu (merasa sendirian) menjalani kehidupan di tengah dunia ini (Ay.18). Yah tidak lama lagi Yesus memang akan pergi (melalui kematian-Nya) dan dunia tidak akan melihat Dia lagi, namun murid-murid akan melihat Ia kembali (menunjuk pada kebangkitan Yesus). Murid-murid akan melihat Yesus kembali (dengan mata iman) karena Dia akan Hidup dan murid-muridpun akan hidup (artinya hidup secara rohaniah : berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Tuhan), Ay.19. Karena itu Yesus beberapa kali menampakan diri kepada murid-muridNya sebelum Ia terangkat ke sorga agar murid-murid tetap percaya dan tetap teguh dalam iman kepada Kristus Yesus. Kebangkitan Yesus memberi murid-murid keberanian untuk terus melanjutkan hidup dan bersaksi tentang kebenaran Firman Tuhan, kebangkitan Yesus memberi kepastian hidup sehingga murid-murid tidak perlu cemas dan gelisah dalam menghadapi situasi dan kondisi yang serba tidak menentu, kebangkitan Yesus memberi jaminan bagi murid-murid bahwa Ia akan selalu menyertai mereka melalui Roh Kudus sehingga murid-murid tidak perlu kuatir lagi dengan berbagai persoalan dan pergumulan hidup. Yang perlu dilakukan oleh murid-murid adalah terus berpegang pada janji Tuhan dan melakukan perintahNya sebagai wujud kasih kepada Kristus. Dengan demikian maka Kristus diam di dalam kita (Ay.20).

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Di tengah situasi dan kondisi yang kita alami saat ini, khususnya karena pandemi covid-19, kita diperhadapkan dengan berbagai macam persoalan dan pergumulan hidup yang tentunya berdampak baik itu dalam kehidupan keluarga kita (terjadi gesekan atau konflik antara sesama anggota keluarga), pekerjaan (tidak bebas beraktivitas lagi atau bahkan kehilangan pekerjaan), ekonomi (beban hidup yang terus meningkat), sosial (tidak dapat berjumpa dengan teman atau keluarga), bahkan dalam kehidupan bergereja (kita harus ibadah di rumah tangga masing-masing bukan di gereja). Namun ingatlah bahwa meskipun hidup kita saat ini penuh kesulitan dan kesusahan, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia selalu menyertai dan memampukan kita dalam menghadapi dan menjalani pergumulan itu dengan pertolongan RohNya yang Kudus. “Sebab Aku Hidup dan Kamupun Akan Hidup” Tetap taat dan lakukan perintah Tuhan serta patuh pada himbauan pemerintah. Kiranya kuasa kebangkitan Kristus terus menguatkan, memampukan, menopang dan meneguhkan kita, Tuhan memberkati kita semua amin. 


Renungan Ibadah Minggu, 17 Mei 2020
GKS Jemaat Puu Naga
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol

KEBERANIAN MENJALANI HIDUP DENGAN MENELADANI YESUS (YOH 14:1-14)


graciaministry.blogspot.com: MURID-MURID YESUS


Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Ledakan bom bunuh diri mengguncang Markas Polrestabes Medan di Jalan HM Said, Kota Medan, Sumatera Utara pada Rabu (13/11/2019), demikian headline berita yang ditulis oleh Kompas.com pada laman https://nasional.kompas.com. Dari berita ini kita dapat melihat bahwa sekarang orang tidak takut lagi menghadapi kematian dengan berbagai macam alasan yang melatar belakangi (baik itu karena kondisi fisik yang lemah/ sakit, karena ideologi, atau sentiment keagamaan dsb). Jika kematian tidak lagi menjadi suatu momok yang menakutkan bagi manusia, maka sudah seharusnya manusia juga memiliki keberanian dalam menjalani kehidupan ini (meskipun menghadapi berbagai tantangan dan pergumulan hidup). Namun kenyataannya, seringkali kita tidak memiliki cukup keberanian menjalani hidup ini dan memilih untuk lari dari kenyataan hidup (Mis dengan bunuh diri dsb). Seperti sebuah petuah yang mengatakan : “Banyak orang berani untuk mati. Tetapi hanya sedikit orang yang berani untuk hidup.”

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Perikop Firman Tuhan hari ini yang dicatat dalam Injil Yohanes 14:1-14 adalah perkataan Yesus kepada murid-murid sebelum Ia menghadapi kematian-Nya di atas kayu salib dan keberangkatan-Nya kembali ke surga. Perkataan Yesus ini selain ingin meneguhkan murid-murid agar tidak takut menghadapi kematian (siap mati untuk hidup yang kekal) juga untuk meneguhkan mereka dalam menghargai dan menjalani kehidupan itu sendiri dengan meneladani Yesus. Karena itu Yesus berkata : “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku” (Ay.1). Memang benar bahwa Yesus akan pergi atau kembali ke surga, namun Ia akan datang kembali membawa setiap orang percaya, ke tempat dimana Ia berada. Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi orang percaya di sisi Allah Bapa di surga. Sebab Yesus adalah jalan (bukan sekedar penunjuk jalan) bagi orang berdosa untuk datang kepada Allah Bapa di surga (Ay. 6). Ini adalah sabda penghiburan bagi murid-murid, supaya mereka tidak gelisah dan tetap di dalam iman kepada Kristus, sehingga mereka memiliki keberanian menjalani hidup di tengah dunia meskipun secara kasat mata Yesus tidak bersama-sama lagi dengan mereka nantinya.

Para murid menjadi bingung dan berat hati. Tomas misalnya. Ia bertanya kemana Yesus akan pergi atau Filipus yang berkata: “tunjukkanlah Bapa itu bagi kami?” (Ay. 5, 8). Bukankah terkadang kitapun bersikap sama seperti Tomas yang tidak tahu harus berbuat apa walaupun Kristus telah menunjukkan suatu teladan hidup melalui perkataan dan perbuatan-Nya, sebagaimana yang dapat kita baca dalam Firman Tuhan atau bersikap seperti Filipus yang tidak mengenal Allah dalam diri Yesus Kristus? Karena itu Yesus berkata bahwa mereka telah melihat Allah di dalam diri-Nya (dalam perbuatan-perbuatan-Nya). Sebab Yesus adalah satu dengan Allah Bapa di surga (Ay.9-11). Hal itulah yang membuat Yesus memerintahkan mereka untuk tetap melakukan pekerjaan-pekerjaan (ergon : karya Tuhan dalam setiap pekerjaan manusia) yang Yesus lakukan meskipun nanti Yesus tidak lagi bersama-sama dengan mereka (Ay.12). Mereka diajak untuk mengikuti dan meneladani gaya hidup Yesus. Mengapa? Karena suatu saat mereka akan dipercayakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang Yesus lakukan (Ay.12). Jika Yesus hanya memberitakan injil di daerah Palestina dan sekitarnya tetapi murid-murid, yaitu kita kelak akan memberitakan injil ke berbagai tempat di segala penjuru dunia. Hal ini tentu tidak mudah untuk dilakukan. Bukankah Yesus dalam hidup dan pelayanan-Nya selalu mengalami tantangan dan hambatan? Tetapi Yesus tidak pernah takut dan gentar menjalani pekerjaan-Nya. Yesus berani menjalani kehidupan-Nya di tengah dunia dan inilah yang harus kita teladani dari Yesus sebagai murid-muridNya.   

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Melalui renungan Firman Tuhan saat ini, diminggu Paskah ke 4 ini kita kembali dihibur, dikuatkan dan diteguhkan untuk tidak hanya siap (berani) menghadapi kematian kelak; sebagai pintu menuju hidup yang kekal melainkan sekaligus berani menjalani kehidupan saat ini di tengah dunia dengan meneladani Yesus. Berani menjalani hidup di tengah dunia itu berarti kita tidak mudah putus asa meskipun kesulitan demi kesulitan datang silih berganti, tidak mudah kecewa meskipun mengalami berbagai macam penolakan, mau menolong sesama meskipun saat ini kita sedang ada dalam kesulitan, tidak takut untuk terus melangkah meskipun jalan yang akan ditempuh penuh bahaya di depan, tidak gelisah dan cemas serta kuatir akan hari esok khususnya di tengah pandemi covid-19 dan sebagainya. Belajarlah dari teladan yang telah ditinggalkan Tuhan Yesus. Yesus tidak hanya berani menghadapi kematian-Nya tetapi Ia juga berani menjalani hidup di tengah dunia; melakukan pekerjaan Allah dan menjadi berkat bagi manusia, meskipun Ia tahu bahwa hal itu tidak mudah untuk dilakukan. Selamat menjalani kehidupan ini dengan suatu keberanian karena Tuhan Yesus senantiasa menyertai kita semua, amin. 


Renungan Ibadah Minggu, 10 Mei 2020
GKS Jemaat Puu Naga
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol





YA TUHANKU DAN ALLAHKU (YOH 20:24-29)



Perkataan Yesus kepada Murid-murid-Nya Setelah Kebangkitan-Nya ...

Jika Tuhan itu ada dimanakah Dia? Jika Ia berkuasa atas alam semesta, mengapa situasi dan kondisi dunia saat ini semakin memburuk bahkan banyak orang meninggal akibat covid-19? Demikian segelintir pertanyaan yang disampaikan oleh salah satu warga jemaat kepada pendetanya. Mungkin pertanyaan tersebut juga sempat terpikirkan oleh kita di tengah pandemi covid-19 saat ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu membutuhkan jawaban yang memuaskan yang disertai dengan bukti nyata mengenai kehadiran dan kuasa Tuhan atas pergumulan yang kita alami saat ini. Namun ketika kita tidak mampu “melihat” kehadiran Tuhan dan merasakan “kuasa-Nya,” maka hati kita akan dipenuhi dengan keragu-raguan. Yah itulah salah satu sikap manusia, tidak mudah percaya akan sesuatu tanpa bukti yang nyata. Inilah juga yang dialami oleh Tomas, salah seorang rasul Tuhan sebagaimana yang dikisahkan dalam bacaan kita hari ini.

Tomas adalah salah seorang dari dua belas rasul atau murid Tuhan Yesus (Mat. 10:3). Dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas), nama Tomas hanya dicantumkan dalam daftar para murid. Kita tidak dapat menemukan kisah tentang Tomas. Namun dalam Injil Yohanes ada tiga peristiwa dimana Tomas tampil yaitu yang pertama pada waktu Yesus akan berangkat ke Yudea untuk membangkitkan Lazarus, murid-murid memperingatkan Yesus bahwa di tempat itu pernah Ia nyaris dibunuh orang tetapi Tomas berkata kepada murid-murid yang lain, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia” (Yoh 11:16). Di sini kita melihat bahwa Tomas seorang yang mengasihi Yesus dan rela mati bersama-sama Dia. Yang kedua ketika Yesus berkata bahwa Ia akan pergi ke rumah Bapa-Nya untuk menyediakan tempat bagi para murid dan akan datang kembali, Tomas berkata, “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi, jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” (Yoh 14:5). Disini kita melihat sikap atau karakter Tomas yang jujur tidak seperti murid-murid Tuhan Yesus yang lain, pura-pura mengerti namun sesungguhnya tidak mengerti maksud dari perkataan atau pengajaran Yesus (Bc. Lukas 9:45) dan yang ketiga yaitu ketika para murid lain berteriak kepada Tomas, “Kami telah melihat Tuhan,” Tomaspun berkata, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya”  (Yoh 20:25). Di sini kita melihat karakter Tomas yang tidak mudah percaya sebelum ada bukti nyata. Tomas menolak percaya kepada sesuatu yang sebenarnya tidak ia percayai. Hal ini terjadi pada waktu Yesus menampakan diri kepada murid-murid sesudah kebangkitan-Nya dan pada saat itu Tomas sedang tidak berada di situ. Itulah ketiga kejadian di mana dicatat bahwa Tomas bereaksi dan mengucapkan sesuatu.

Namun delapan hari sesudah itu, ketika Yesus kembali menampakkan diri kepada murid-murid-Nya dan saat itu Tomas ada di situ, Yesus menawarkan kepada Tomas untuk mencucukan jari ke dalam lubang bekas paku, sesuai dengan syarat yang diajukan Tomas kepada murid-murid yang lain sebelumnya. Tetapi Tomas justru membuang syarat itu. Langsung ia berseru, “Ya Tuhanku dan Allahku’ (Ay. 28). Seruan Tomas ini adalah suatu pengakuan iman. Apa arti dari pengakuan iman Tomas tersebut? Bahwa ketika ia berseru “Ya Tuhanku dan Allahku,” disitulah kita melihat bahwa Tomas mengakui Yesus Kristus sebagai sosok yang berkuasa atas alam semesta; akan hidup dan kematian seluruh ciptaan di seluruh dunia; sosok yang sanggup melakukan segala sesuatu di dunia ini dan sosok penolong dan penyelamat dalam hidupnya. Dengan seruan itu, Tomas menjadi orang pertama yang secara tegas dan jelas menyatakan pengakuan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan (Yunani : Kurios) dan Allah (Theos). Pengakuan Tomas ini bukan hanya merupakan pengakuan pribadi mengenai identitas atau hakikat yang sempurna dari Yesus Kristus, melainkan juga merupakan pusat pemberitaan Gereja Tuhan di seluruh dunia saat ini.

Tidak diragukan lagi, kebangkitan Yesus dan perjumpaannya itu telah menimbulkan suatu pengaruh yang radikal dalam diri Tomas. Ia yang semula ragu-ragu diubahkan menjadi seorang yang percaya dengan sungguh-sungguh bahwa Yesus benar adalah Tuhan dan Allah. Ia harus mempunyai kepastian untuk menyakini apa yang ia yakini dan ketika kepastian itu telah ia temukan, ia menjadi salah seorang dari antara rasul-rasul yang merintis pekabaran Injil ke kerajaan Partia (kini wilayah Iran dan Irak) bahkan menurut tradisi Gereja di India, Tomaslah yang pertama kali membawa berita Injil ke India Selatan (wilayah Malabar dan Travancore), sehingga lahirlah gereja Mar Thoma di India yang berkembang hingga kini. 

Pengakuan Tomas itu dipakai Yesus untuk menyatakan bahwa percaya tidak perlu didahului oleh karena melihat (Ay. 29). Percaya bukan buah dari bukti melainkan sesuatu yang timbul meskipun tidak ada bukti. Karena itu Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Perjumpaan antara Tomas dengan Kristus yang telah bangkit dan hidup itu, biarlah menjadi pengalaman iman bagi kita saat ini, khususnya di tengah situasi dan kondisi dunia yang dilanda pandemi covid-19. Bahwa Dia adalah Tuhan dan Allah kita, yang berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya, yang sanggup menyingkirkan wabah covid-19 dari muka bumi ini, Sang Penolong dan Juruslamat kita. Menjawab pertanyaan di awal tadi, apakah Tuhan ada dan jika Ia ada dimanakah Ia? Maka kita dapat menjawab yah, Dia sungguh ada dalam kehidupan kita. Kita tidak dapat melihat Ia dengan mata jasmani namun dengan mata iman yang tertuju kepada Yesus Kristus yang telah bangkit itu, kita dapat merasakan kehadiraNya dalam seluruh kehidupan kita. Ia tidak pernah meninggalkan kita. Ia berkuasa atas segala sesuatu di dunia, termasuk berkuasa untuk menyingkirkan wabah covid-19 ini dari muka bumi. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah berjumpa secara pribadi dengan Dia. Sudahkah kita mengalami perjumpaan dengan Kristus yang telah bangkit dan hidup itu? Selamat memasuki minggu ke tiga sesudah Paskah. Tuhan Yesus kiranya terus menopang, menyertai, menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita, amin.

Renungan Ibadah Minggu, 03 Mei 2020
GKS Puu Naga - Waikabubak
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol