Jumat, 22 Mei 2020

KEBERANIAN MENJALANI HIDUP DENGAN MENELADANI YESUS (YOH 14:1-14)


graciaministry.blogspot.com: MURID-MURID YESUS


Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Ledakan bom bunuh diri mengguncang Markas Polrestabes Medan di Jalan HM Said, Kota Medan, Sumatera Utara pada Rabu (13/11/2019), demikian headline berita yang ditulis oleh Kompas.com pada laman https://nasional.kompas.com. Dari berita ini kita dapat melihat bahwa sekarang orang tidak takut lagi menghadapi kematian dengan berbagai macam alasan yang melatar belakangi (baik itu karena kondisi fisik yang lemah/ sakit, karena ideologi, atau sentiment keagamaan dsb). Jika kematian tidak lagi menjadi suatu momok yang menakutkan bagi manusia, maka sudah seharusnya manusia juga memiliki keberanian dalam menjalani kehidupan ini (meskipun menghadapi berbagai tantangan dan pergumulan hidup). Namun kenyataannya, seringkali kita tidak memiliki cukup keberanian menjalani hidup ini dan memilih untuk lari dari kenyataan hidup (Mis dengan bunuh diri dsb). Seperti sebuah petuah yang mengatakan : “Banyak orang berani untuk mati. Tetapi hanya sedikit orang yang berani untuk hidup.”

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Perikop Firman Tuhan hari ini yang dicatat dalam Injil Yohanes 14:1-14 adalah perkataan Yesus kepada murid-murid sebelum Ia menghadapi kematian-Nya di atas kayu salib dan keberangkatan-Nya kembali ke surga. Perkataan Yesus ini selain ingin meneguhkan murid-murid agar tidak takut menghadapi kematian (siap mati untuk hidup yang kekal) juga untuk meneguhkan mereka dalam menghargai dan menjalani kehidupan itu sendiri dengan meneladani Yesus. Karena itu Yesus berkata : “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku” (Ay.1). Memang benar bahwa Yesus akan pergi atau kembali ke surga, namun Ia akan datang kembali membawa setiap orang percaya, ke tempat dimana Ia berada. Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi orang percaya di sisi Allah Bapa di surga. Sebab Yesus adalah jalan (bukan sekedar penunjuk jalan) bagi orang berdosa untuk datang kepada Allah Bapa di surga (Ay. 6). Ini adalah sabda penghiburan bagi murid-murid, supaya mereka tidak gelisah dan tetap di dalam iman kepada Kristus, sehingga mereka memiliki keberanian menjalani hidup di tengah dunia meskipun secara kasat mata Yesus tidak bersama-sama lagi dengan mereka nantinya.

Para murid menjadi bingung dan berat hati. Tomas misalnya. Ia bertanya kemana Yesus akan pergi atau Filipus yang berkata: “tunjukkanlah Bapa itu bagi kami?” (Ay. 5, 8). Bukankah terkadang kitapun bersikap sama seperti Tomas yang tidak tahu harus berbuat apa walaupun Kristus telah menunjukkan suatu teladan hidup melalui perkataan dan perbuatan-Nya, sebagaimana yang dapat kita baca dalam Firman Tuhan atau bersikap seperti Filipus yang tidak mengenal Allah dalam diri Yesus Kristus? Karena itu Yesus berkata bahwa mereka telah melihat Allah di dalam diri-Nya (dalam perbuatan-perbuatan-Nya). Sebab Yesus adalah satu dengan Allah Bapa di surga (Ay.9-11). Hal itulah yang membuat Yesus memerintahkan mereka untuk tetap melakukan pekerjaan-pekerjaan (ergon : karya Tuhan dalam setiap pekerjaan manusia) yang Yesus lakukan meskipun nanti Yesus tidak lagi bersama-sama dengan mereka (Ay.12). Mereka diajak untuk mengikuti dan meneladani gaya hidup Yesus. Mengapa? Karena suatu saat mereka akan dipercayakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang Yesus lakukan (Ay.12). Jika Yesus hanya memberitakan injil di daerah Palestina dan sekitarnya tetapi murid-murid, yaitu kita kelak akan memberitakan injil ke berbagai tempat di segala penjuru dunia. Hal ini tentu tidak mudah untuk dilakukan. Bukankah Yesus dalam hidup dan pelayanan-Nya selalu mengalami tantangan dan hambatan? Tetapi Yesus tidak pernah takut dan gentar menjalani pekerjaan-Nya. Yesus berani menjalani kehidupan-Nya di tengah dunia dan inilah yang harus kita teladani dari Yesus sebagai murid-muridNya.   

Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Melalui renungan Firman Tuhan saat ini, diminggu Paskah ke 4 ini kita kembali dihibur, dikuatkan dan diteguhkan untuk tidak hanya siap (berani) menghadapi kematian kelak; sebagai pintu menuju hidup yang kekal melainkan sekaligus berani menjalani kehidupan saat ini di tengah dunia dengan meneladani Yesus. Berani menjalani hidup di tengah dunia itu berarti kita tidak mudah putus asa meskipun kesulitan demi kesulitan datang silih berganti, tidak mudah kecewa meskipun mengalami berbagai macam penolakan, mau menolong sesama meskipun saat ini kita sedang ada dalam kesulitan, tidak takut untuk terus melangkah meskipun jalan yang akan ditempuh penuh bahaya di depan, tidak gelisah dan cemas serta kuatir akan hari esok khususnya di tengah pandemi covid-19 dan sebagainya. Belajarlah dari teladan yang telah ditinggalkan Tuhan Yesus. Yesus tidak hanya berani menghadapi kematian-Nya tetapi Ia juga berani menjalani hidup di tengah dunia; melakukan pekerjaan Allah dan menjadi berkat bagi manusia, meskipun Ia tahu bahwa hal itu tidak mudah untuk dilakukan. Selamat menjalani kehidupan ini dengan suatu keberanian karena Tuhan Yesus senantiasa menyertai kita semua, amin. 


Renungan Ibadah Minggu, 10 Mei 2020
GKS Jemaat Puu Naga
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.