Selasa, 17 Januari 2017

Bahan PKS GKS Pusat Waikabubak Selasa 17 Januari 2017


Yesus Hamba Tuhan (Matius 12:15b-21)

Oleh Vic. Iston Umbu Kura Lena, S. Si. Teol

Image result for Yesus hamba Tuhan



Tak diragukan lagi bahwa Yesus Kristus adalah tokoh terbesar sepanjang sejarah, khususnya dalam sejarah kekristenan. Kehadiran-Nya 2000 tahun yang lalu, melalui karya dan pelayanan telah memberi dampak yang begitu besar bagi umat manusia yang mengharapkan kedatangan “Mesias” yang menyelamatkan. Jutaan orang kemudian menyatakan iman percaya mereka dalam suatu bentuk organisasi keagamaan yang menyandang nama-Nya (Kristen : pengikut Kristus). Bahkan bagi kita yang hidup setelah itu, masih terus merasakan dampaknya hingga kini. Tetapi siapa persisnya Yesus ini? Seorang Guru agama yang popular? Penunjuk jalan dan teladan bagi banyak orang? Seorang Tabib oleh karena Ia banyak menyembuhkan orang dari sakit? Seorang nabi bagi bangsa yang membutuhkan pemulihan? Ataukah Ia adalah Mesias, Anak Allah Yang Hidup? Menurut Anda, siapakah sebenarnya Yesus ini? Untuk menjawab pertanyaan tersebut marilah kita melihat dan mendalami Matius 12:15b-21.

Latar Belakang Injil Matius
Berbicara mengenai latar belakang sebuah kitab, maka kita perlu mengetahui siapa penulis kitab ini, dimana kitab ini ditulis, kapan kitab ini ditulis, kepada siapa kitab ini mula-mula ditujukan dan apa maksud atau tujuan dari penulisan kitab ini. Dengan demikian kita dapat memahami sejarah kitab tersebut dan mampu merefleksikannya dalam kehidupan kita saat ini.
Injil Matius, meskipun ditempatkan dibagian awal perjanjian baru namun bukan berarti bahwa ia merupakan injil atau kitab yang tertua dalam perjanjian baru. Dari ke 4 Injil yang ada dalam PB, Injil Markuslah yang paling tertua yang ditulis sekitar tahun 60/65 SM sedangkan injil Matius baru ditulis sekitar tahun 80an SM, setelah Bait Allah dibakar habis oleh tentara Romawi pada tahun 70an (Mat 22:7). Penulis kitab ini bukanlah Rasul Matius sendiri melainkan “seseorang/ orang Kristen generasi ke 2” yang mungkin telah dipengaruhi oleh cara mengajar Rasul Matius. Para ahli perjanjian baru seperti Groenen, John Drane dll mengatakan bahwa kitab ini di tulis di kota Antiokhia, di bagian utara Siria (Mat 4:24), meskipun beberapa ahli lain seperti Prof W. Grundmann mengatakan bahwa kemungkinan di tulis di sebelah selatan Siria yaitu Kaisarea. Namun saya lebih sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Groenan bahwa kitab ini ditulis di Antiokhia, mengingat jemaat yang menjadi tujuan penulisan kitab ini adalah orang-orang Yahudi yang mahir dalam bahasa Yunani dan Aram. Secara umum, ada tiga maksud tujuan penulisan kitab injil Matius ini yaitu :
  1. Maksud apologetis (Mat 8:17) yang ingin memperlihatkan nubuat-nubuat/ janji-janji para nabi dalam PL telah terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Dengan maksud ini, penulis injil Matius memberi pegangan bagi orang Kristen untuk membela imannya di hadapan orang Yahudi yang menolak Yesus sebagai Mesias.
  2. Maksud kateketis, yaitu untuk memberi pengetahuan tentang pokok-pokok agama Kristen secara teratur (Mis. dalam Mat 1).
  3. Maksud Parenetis, yang berarti nasihat atau teguran. Pengarang injil Matius ingin menekankan bahwa dengan menjadi Kristen saja belum cukup bagi seseorang untuk diselamatkan. Orang Kristen harus mau untuk dinasehati atau ditegur sehingga mereka layak di hadapan Tuhan. Karena itu dalam pasal 25, ada banyak macam peringatan-peringatan bagi orang Kristen untuk hidup seperti yang diinginkan Tuhan.   
Dari ke tiga maksud atau tujuan penulisan tersebut, maka tujuan dari Mat 12:15b-21 dapat kita masukan dalam tujuan yang bersifat apologetis, dimana penulis ingin menekankan kepada jemaat Kristen pada waktu itu dan jemaat Kristen pada masa kini, bahwa Yesus adalah “Hamba Tuhan” sebagaimana yang telah dinubuatkan dalam kitab Yesaya 42:1-4, sebagai penggenapan Janji Allah melalui nabi-nabi bagi umat kepunyaan Tuhan.
Matius 12:15b-21 merupakan bagian firman Tuhan yang menceritakan pelayanan ke dua Yesus / Fase pelayanan ke dua Yesus di Galilea (Fase pelayanan Yesus yang pertama di Galiliea Mat 4: 12-16; Markus 1:14-15; Luk 4:14-15). Mat 12:15B-21 sejajar dengan kisah dalam Markus 3:7. Hal itu mungkin terjadi pada musim panas tahun 31 M. Setelah nyawa Yesus terancam, Ia menarik diri ke wilayah tepi pantai Galilea untuk sementara waktu.
Ay. 15b-16 :    Orang-orang dari seluruh negri sekarang mengenal Dia dan datang untuk mendengar-Nya. Meskipun Ia telah menyingkir dari kerumunan banyak orang, namun banyak orang masih terus mengikut-Nya. Bahkan banyak pula yang datang untuk disembuhkan dari berbagai sakit penyakit yang mereka alami dengan kuasa Tuhan. Hal yang menarik adalah meskipun Yesus telah menyembuhkan banyak orang dan pengajaran-Nya telah membawa sukacita bagi banyak orang, namun dengan keras Ia melarang mereka untuk menceritakan hal tersebut kepada orang lain. Mengapa? Boleh jadi Yesus melarang mujizat-mujizatNya diumumkan, supaya jangan Ia dikenal hanya sebagai “tabib ajaib atau tukang pembuat mujizat” saja, sehingga hanya orang-orang sakit saja yang datang menemuinya, melainkan Ia mau dikenal sebagai pembawa “kabar Baik/ Injil” bagi orang banyak, karena itulah tujuan utama Ia datang ke dunia. Jika Yesus hanya didatangi oleh orang-orang yang hanya mencari kesembuhan, maka hal ini dapat menghalangi tugas utama Yesus untuk memberitakan “Injil” kepada orang banyak. Alasan lain juga mungkin Yesus ingin bersembunyi dari musuh-musuh-Nya (Lihat ay. 15a). Lebih jauh alasan Yesus melarang mereka menceritakan hal tersebut nampak dalam ayat yang ke 17-21.
 Ay. 17-21 :    Dengan mengutip dari Yes 42:1-4 (dalam bentuk yang sedikit bebas), Matius ingin memperlihatkan bahwa Yesus adalah Hamba Tuhan, yang telah dinubuatkan sebelumnya melalui nabi-nabi dalam perjanjian lama. Dan sebagai Hamba Tuhan, Ia memiliki karakter-karakter yang berkenan di hadapan Allah. Karakter seperti apakah yang dikehendaki Allah dalam diri Yesus? Yesus senang dengan cara kerja yang tenang dan kadang-kadang agak tersembunyi. Hal ini sesuai dengan apa yang dinubuatkan dalam perjanjian lama (Yes 42:2).
                            Yesus adalah seorang yang dengan tenang menggenapi panggilan-Nya meskipun Dia mendapat banyak tantangan. Dalam Yes 40:1-41:20 ada penghiburan besar bagi bangsa-bangsa lain. Allah telah memikirkan seorang Juruselamat yang akan mendatangkan berkat bagi bangsa-bangsa. Dia dipilih oleh Allah. Dia memiliki kuasa Roh Kudus. Dia adalah alat pilihan Allah untuk membawa kebenaran Allah yang menyelamatkan seluruh dunia. Hamba Allah tidak tertarik pada sikap suka pamer atau menonjolkan diri sendiri. Pekerjaan-Nya dilakukan dengan iman yang teguh, bukan dengan penonjolan diri sendiri yang mencolok. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang-orang tidak akan mendengar suara-Nya dijalan-jalan. Hamba Tuhan tidak akan tampil ke muka umum dengan kekerasan. Hamba Tuhan adalah pemelihara dan pemberi dorongan. Ia adalah orang yang penuh kasih; Orang yang lemah akan dikuatkan dan dihiburkan; orang yang kehilangan pengharapan akan diberi kepastian dan semangat hidup (Seperti buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya dan sumbu yang pudar tidak akan dipadamkan-Nya). Dan Dia sendiri tidak akan merasa kecil hati sampai-sampai meninggalkan pelayanan yang Dia peroleh dari Allah. Dia akan terus bertekun sampai seluruh dunia terjangkau oleh pemberitaan Injil, bahkan ancaman kematian dari orang-orang Farisi yang patuh hukum tidak akan menghentikan pekerjaan-Nya. Kepada Yesuslah bangsa-bangsa akan berharap kepada-Nya.

Pokok-Pokok Teologis :
Ketika orang-orang menolak Yesus sebagai Mesias, maka Firman Tuhan melalui Matius 12:15b-21 memberikan kita pesan :
  1. Yesus adalah orang yang dipilih Allah untuk menjadi ‘Hamba-Nya” memberitakan kabar sukacita bagi orang banyak. Yesus adalah penggenapan/pemenuhan janji Allah melalui para nabi dalam Perjanjian Lama.
  2. Sebagai Hamba Tuhan, Yesus telah memberikan teladan bagi kita yaitu :
a.      Yesus mau menjadi Hamba Tuhan/ Hamba Allah
b.      Sebagai Hamba Tuhan Yesus memiliki sifat yang rendah hati/ tidak suka pamer, sebagai sosok yang membawa pengharapan dimana terdapat ketidakpastian, membawa kekuatan bagi mereka yang tidak berdaya dan membawa sukacita bagi mereka yang membutuhkannya.
Pesan Firman Tuhan  :
  1. Bagi Majelis Jemaat         :
a.   Majelis Jemaat adalah orang-orang yang telah dipilih Tuhan untuk menjadi “Hamba Tuhan.” Karena itu berilah diri kita baik itu pikiran, materi dan waktu kita bahkan hidup kita untuk melakukan perintah Tuhan.
b.  Sebagai hamba Tuhan, Majelis Jemaat mau terus dipakai Tuhan yang dapat kita nyatakan melalui kesetiaan kita untuk melayani Tuhan baik itu di Gereja maupun dalam kehidupan sesama dan keluarga 
c.     Dalam setiap tugas dan pelayanan kita, hendaklah kita selalu rendah hati dan peduli dengan kehidupan sesama yang membutuhkan pertolongan kita.  

  1. Bagi Jemaat Yang Dilayani       :
a.    Jemaat menyadari bahwa tugas sebagai hamba Tuhan itu tidak hanya dipercayakan kepada Majelis Jemaat semata (Pdt, Vic., GI, KA, Penatua dan diaken), tetapi juga kepada setiap anak-anak Tuhan, termasuk jemaat. Karena itu jemaat Tuhan juga mau memberi diri untuk dipakai Tuhan menjadi alat-Nya, yaitu menjadi pembawa kabar sukacita bagi sesama. Membawa kabar sukacita tidak hanya dalam bentuk berbagi Firman Tuhan atau pengalaman iman kepada sesama melainkan juga melalui perbuatan sehari-hari yang membawa berkat bagi sesama.
b.    Jemaat mau rendah hati terhadap sesama, mau peduli dengan kehidupan orang lain terutama mereka yang membutuhkan pertolongan kita.



Belajar Berjalan Dengan Iman melalui Karya Allah Dalam Kehidupan Sehari-Hari

BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB APRIL 2017
Oleh Vic. Iston Umbu Kura Lena, S. SI-Teol[1]

Pengantar Bahan April :
Memasuki bulan April, Gereja akan merayakan Paskah sebagai peristiwa Iman yang membawa kepastian hidup bagi umat percaya di segala tempat. Oleh karena itu, tema pemahaman Alkitab yang akan dibahas secara umum adalah “Belajar berjalan dengan Iman” melalui “Karya Allah dalam kehidupan sehari-hari.” Dalam hal ini kita akan belajar dari seorang tokoh wanita yang bernama Rut yang terdapat dalam Rut Pasal 1-4. Setiap pasal dibahas setiap minggu atau ke empat pasal tersebut dapat dirangkum dalam sebuah drama Paskah yang dipentaskan sesudah paskah atau pada akhir bulan. Selamat merayakan Paskah 2017 Tuhan Yesus memberkati.  
Minggu 1 : BAGAIMANA MELIHAT ALLAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI – RUT 1:1-22 (Bagian 1)
Image result for Rut Orpa dan naomi
Babak Pertama
Ketika tirai dibuka dalam babak pertama, kita melihat seorang wanita tua yang mengalami kepahitan hati di tengah panggung. Ketika kita mendengarkan wanita itu, jelas bahwa sang Sutradara Panggung tampaknya tidak mengetahui apa yang ia perbuat. Namun sebelum sampai ke sana, mari mulai dengan penggambaran waktu, tempat dan keadaan dari kisah itu seperti yang kita baca dalam Rut 1:1-5.
1Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing. 2Nama orang itu ialah Elimelekh, nama isterinya Naomi dan nama kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, semuanya orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda; dan setelah sampai ke daerah Moab, diamlah mereka di sana. 3Kemudian matilah Elimelekh, suami Naomi, sehingga perempuan itu tertinggal dengan kedua anaknya. 4Keduanya mengambil perempuan Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka diam di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya. 5Lalu matilah juga keduanya, yakni Mahlon dan Kilyon, sehingga perempuan itu kehilangan kedua anaknya dan suaminya.
Kisah ini terjadi pada masa para hakim berkuasa. Dalam sejarah bangsa Isarel, periode tersebut merupakan masa penindasan yang biadab dan penuh pertumpahan darah. Hidup di tengah-tengah penyerbuan kejam, peperangan antar suku dan pelanggaran hukum yang tak terkendali, bangsa Yahudi harus menghadapi persoalan yang tiada henti-hentinya. Sekarang bencana kelaparan menambah daftar penderitaan mereka. Di Betlehem-yang dikenal dengan sebutan Rumah Roti-tidak terdapat roti lagi. Elimelekh memilih untuk membawa keluarganya ke Moab, negeri tetangga Israel.
Perjalanan menuju Moab, tidaklah jauh-tidak lebih dari 48 km di sebelah timur Betlehem-namun, jarak di dalam Alkitab, menurut H. W. Morton, seringkali diukur bukan dalam hitungan berapa kilometer, tetapi berdasarkan seberapa dekat hubungan kita dengan Allah. Orang Moab menyembah dewa Kamos bukan Allah Israel. Elimelekh dan keluarganya meninggalkan sesuatu yang sudah dikenal (yaitu Allah Israel) untuk sesuatu yang belum dikenal (Dewa Kamos), sesuatu yang diketahui untuk sesuatu yang tidak diketahui.
            Ketika tiba di Moab, keluarga tersebut mengalami terlebih dahulu kematian sang ayah, Elimelekh. Kemudian kedua anak lelaki yang telah menikahi wanita Moab juga meninggal. Drama dimulai dengan tiga orang janda yang bermuram durja dan tanpa harapan. Naomi, di tengah panggung, mendengar bahwa Betlehem telah kembali menjadi Rumah Roti. Bencana kelaparan telah usai. Makanan tersedia melimpah di Yudea. Ia dan kedua menantunya bersiap untuk pindah ke Betlehem. Percakapan dalam drama kita mulai pada ayat 8-9:
“Berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: “Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; Tuhan kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; 9kiranya atas karunia Tuhan kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.” Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras.”
            Naomi mengetahui bahwa Orpa dan Rut akan menghadapi masa depan yang suram dan tidak pasti jika mereka kembali ke Betlehem bersamanya. Mereka harus tetap tinggal di Moab. Ia mencium mereka-sebuah tanda dari pembebasan kewajiban terhadapnya. Mereka telah secara sukarela tinggal bersama Naomi setelah suami mereka meninggal. Namun, sekarang mereka tidak dapat mengorbankan kebahagian mereka hanya untuk menjaga Naomi. Merasa putus asa dan tidak berdaya untuk melakukan apa pun bagi mereka, Naomi berdoa agar Allah menjaga mereka dan memberikan suami yang akan memelihara hidup mereka.
            Namun, simak apa yang dikatakan Orpa dan Rut: “Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu.” Entah karena kesetiaan kepada mendiang suami mereka atau karena kasih kepada ibu mertua mereka, Rut dan Orpa bersedia pergi ke Betlehem. Naomi pun membujuk mereka lagi :

“Tetapi Naomi berkata: “Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? 12Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, 13masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan Tuhan teracung terhadap aku?” (1:11-13)
Apakah inti dari perkataan yang disampaikan Naomi kepada Orpa dan Rut? Hal itu bukan hanya sekedar usaha untuk membujuk mereka agar tidak ikut bersama dengannya. Itu juga merupakan suatu ratapan yang menuduh bahwa Allah telah menghancurkan hidupnya. Kata-kata Naomi menegaskan keterlibatan Allah secara langsung dalam hidupnya dan pertanggungjawaban-Nya atas situasi yang dialaminya. Pada dasarnya Naomi memberitahu Orpa dan Rut bahwa jika Allah sedang “mengejar” dirinya, tinggal bersamanya hanya akan mendatangkan bencana. 
            Upaya kedua untuk membujuk menantunya itu telah mempengaruhi Orpa. Ia mencium mertuanya dan pulang ke Moab. Namun, Rut masih belum terbujuk. Di ayat berikutnya, kita mendengar keputusan Rut yang tak tergoyahkan untuk tinggal bersama Naomi :
“Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; 17di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” (1:16-17)

            Dapatkah kita menyalahkan Orpa karena ia kembali ke Moab? Tidak sama sekali. Orpa melakukan hal yang diharapkan, sedangkan Rut melakukan hal yang tidak terduga. Kita dapat memahami keputusan masuk akal yang diambil Orpa. Kita tidak memahami kesetiaan luar biasa yang diperlihatkan Rut. Tindakan yang dilakukan Rut dalam bahasa Ibrani disebut hesed.
            Hesed adalah kata Ibrani yang dapat diterjemahkan menjadi “kasih yang setia.” Kasih ini melakukan sesuatu jauh melebihi dari apa yang diharapkan. Beberapa ratus tahun kemudian, para pengikut setia Daud menunjukan hesed kepada pemimpinnya tercinta. Mereka meninggalkan padang belantara, berjuang untuk memasuki dan keluar dari Betlehem, demi membawakan air minum yang diambil dari perigi (sumur) Betlehem untuk Daud. Allah menunjukan hesed kepada kita dengan mengorbankan Anak-Nya sendiri untuk membebaskan kita, untuk menebus kita dari dosa. Rut adalah sebuah contoh istimewa dari hesed ketika ia berdiri dipersimpangan antara Moab yang sudah dikenalnya dengan Yudea (Betlehem) yang asing baginya.
            Kasihnya yang setia telah membuat keputusan-memilih bangsa dan Allahnya Naomi. Kita melihat bahwa Rut mengambil keputusan tersebut tanpa suami dan tanpa harapan akan menikah lagi. Ia mengabdikan dirinya kepada seorang wanita tua. Ia dapat saja berharap akan adanya sebuah bola Kristal yang akan memberitahukan tentang masa depannya pada saat itu. Akan sangat menyenangkan jika ia dapat melihat apakah pilihannya itu benar. Namun, ia tidak memiliki hal semacam itu. Ia harus memilih Allah dan Naomi tanpa jaminan apa pun.
            Adegan berlanjut. Dalam ayat 19 kita melihat kedatangan kedua wanita tersebut di Betlehem dan seluruh kota datang menyambut mereka. “Naomikah itu?” Sudah lebih dari 10 tahun sejak ia pergi dari Betlehem. Seketika mendengar namanya disebut, Naomi, wanita tua itu teringat akan ironi yang muncul dari nama itu. Arti nama Naomi yaitu “menyenangkan” atau “elok.” Elok? Dia berkata. “janganlah sebutkan aku Naomi (Elok)….tetapi sebutlah aku Mara (artinya Pahit)” (ay. 20).   
            Saat Naomi meneruskan kata-katanya, kemarahannya kepada Allah meluap sekali lagi. Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong Tuhan memulangkan aku (ay.20-21).
            Sepanjang babak pertama ini kita mendengar Naomi berbicara tentang Allah. Dia sadar akan pekerjaan tangan Allah atas alam semesta dan dalam hidupnya. Namun, saat ia berbicara tentang Allah, kita melihat bahwa ia telah salah menilai-Nya dan salah menilai hidupnya. Naomi mengatakan bahwa ia pergi meninggalkan Yudea dengan tangan penuh. Benarkah itu? Bukankah hal mendasar yang menyebabkan keluarganya pindah ke Moab adalah bencana kelaparan? Mereka keluar dari Yudea dengan tangan hampa. Hidup sangatlah sulit saat itu, sebab jika tidak, mereka tentu tidak akan meninggalkan Betlehem.
            Naomi juga mengatakan bahwa Allah memulangkannya dengan tangan kosong. Benarkah demikian? Memang benar bahwa Naomi telah kehilangan suami dan kedua anak laki-lakinya. Namun, sebagai pengganti tempat mereka, Allah telah memberikan kesetiaan Rut yang luar biasa kepada Naomi. Rut telah bersumpah untuk bersama dengannya sampai kematian memisahkan mereka.
            Naomi salah menilai situasi yang dihadapinya ketika ia salah menilai Allah. Ia memfokuskan kepada hal-hal yang negative dan menjadi penuh dengan kepahitan. Dengan menyebut dirinya sendiri Mara (pahit), ia memandang Allah dan memandang kehidupan melalui kacamata yang buram.
            Seperti Naomi, kita dapat menjadi seorang yang sangat rohani. Kita berbicara tentang Allah. Kita menaikkan doa-doa kita kepada-Nya. Namun, ketika kita salah menilai Allah dan pekerjaan-Nya di dalam kehidupan kita, kita dapat dengan mudah salah menilai segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita.
            Saat babak pertama dan pasal pertama berakhir, tirai perlahan-lahan diturunkan dan menutupi dua wanita di panggung: Rut yang setia dan Naomi yang penuh dengan kepahitan. Kata-kata dari ayat terakhir dalam pasal ini memberikan petunjuk tentang apa yang akan terjadi di babak selanjutnya. Rut dan Naomi telah tiba di Betlehem pada permulaan musim menuai jelai. Adakah hal ini membawa sebuah pertanda bagi kedua janda miskin yang baru saja tiba di kota itu? Silahkan dilanjutkan pada babak ke dua J  
Pertanyaan Diskusi :
1.      Kita telah diperkenalkan dengan istilah bahasa Ibrani, hesed yang berarti “kasih yang setia.” Bagaimana Rut menunjukan kasih seperti ini? Dalam hubungan seperti apa di dalam kehidupan ini kita seharusnya menunjukan hesed?
2.      Mengapa Naomi merasa bahwa tangan Tuhan (ay. 13) teracung terhadapnya? Apakah pemahamannya itu benar? Mengapa benar atau mengapa tidak?
3.      Dalam tanggapan Rut terhadap Naomi (ay. 16-17), ia menunjukan pengabdian kepada mertuanya. Sebagai seorang Moab, apakah yang telah ditinggalkan Rut untuk hidup dengan Naomi yang merupakan orang Yahudi?
4.      Mengapa kata-kata Rut ini menjadi suatu pernyataan iman yang teguh? Bagaimana ia mengungkapkan kedalaman komitmennya?
5.      Pikirkan tentang pilihan Rut dan pengaruhnya yang mengubah hidup. Pernahkah Anda mencapai tingkat kesetiaan seperti itu terhadap seseorang atau sesuatu? Jika ya, seperti apakah itu. Jika tidak, mengapa?
6.      Siapa yang pernah menjadi seorang Rut di saat Anda membutuhkan? Bagaimana kehadiran pribadi tersebut dapat membantu Anda untuk mempercayai Allah bahkan di tengah keadaan yang sulit? Bagaimana caranya agar Anda dapat menjadi seperti Rut kepada mereka yang membutuhkan?
7.      Bagaimana Anda melihat pekerjaan Allah dalam kisah tersebut? Ceritakanlah secara singkat! 





Minggu 2 :
BAGAIMANA MELIHAT ALLAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI – RUT 2:1-23 (Bagian 2)
Image result for Rut Orpa dan naomi
Babak Kedua
Saat tirai terangkat pada babak kedua, kita menemukan bahwa Naomi mempunyai seorang kerabat di kota itu yang kaya raya dan berpengaruh. Apakah ia ditakdirkan untuk memainkan peran penting dalam drama kita?
            Sementara itu, Naomi dan Rut tidak memiliki makanan. Rut memutuskan untuk mengumpulkan bulir-bulir jelai, dengan cara mengikuti para penuai selama proses panen dan mengambil sisa bulir-bulir jelai yang jatuh di tanah. Dalam babak ini, focus utama kita beralih dari Naomi kepada Rut.
            Dalam Rut 2:3 kita membaca bahwa “Kebetulan ia berada di tanah milik Boas.” Kalimat tersebut seolah-olah menyatakan bahwa yang terjadi adalah sebuah ketidaksengajaan belaka. Namun, sang penulis sebenarnya memberi petunjuk tentang penyebab terjadinya “kebetulan” itu. Dibalik apa yang dianggap sebagai suatu kebetulan bagi manusia, ada tujuan Allah yang mulia. Bahkan di setiap “ketidaksengajaan” dalam kehidupan, tangan Allah sedang bekerja bagi kebaikan kita.
            Sekarang lihat ayat 4: “Lalu datanglah Boas dari Betlehem.”
            Kejutan! Sebuah kebetulan lagi! Seorang kerabat Naomi yang kaya dan berpengaruh adalah pemilik ladang itu dan secara kebetulan ia ada saat Rut bekerja di ladangnya!
            Setelah memperhatikan Rut, Boas menanyakan tentang dirinya dan mengetahui bahwa Rut berasal dari Moab dan telah kembali bersama Naomi. Sekarang tiba saatnya untuk mengungkapkan kebenaran. “Kebetulan” telah membuat Rut dan Boas berada di ladang yang sama. Lalu apa yang selanjutnya dilakukan Boas?
            Jelas sekali, keadaan membaik. Singkat cerita, Boas memberi Rut status sebagai “Pengumpul jelai yang paling disukai” di ladangnya. Dengan mengikuti secara cermat perintah yang diberikan Boas, Rut berlindung dari para pria yang mungkin akan mengganggunya. Ia juga dapat mengumpulkan jelai lebih banyak daripada yang dikumpulkan orang pada umumnya.
            Selain mempermudah pekerjaan Rut dalam mengumpulkan jelai, Boas juga mengundangnya untuk makan bersama para penyabit lain dan memastikan bahwa Rut mendapat makanan yang cukup. Di akhir hari pertamanya memungut bulir-bulir jelai, Rut kembali kepada Naomi dengan membawa kain yang telah dipenuhi dengan jelai gandum yang sudah ditampi/dibersihkan. Alkitab mengatakan bahwa Rut membawa pulang kira-kira seefa jelai-sekitar 14,5 kg bulir gandum. Keberhasilan Rut di hari pertamanya dalam mengumpulkan jelai melebihi perkiraannya saat ia mulai bekerja pada pagi itu.
            Apa yang terjadi ketika Rut kembali kepada Naomi sore itu? Tentunya, wanita tua tersebut menginginkan sebuah cerita yang lengkap mengenai apa saja yang dialami Rut sepanjang hari. Jelai yang melimpah itu menunjukan bahwa Rut mengumpulkan jelai di tempat yang baik. Ke mana ia telah pergi? Di ladang manakah ia mengumpukan jelai-jelai tersebut?
            Perhatikan rekasi Naomi ketika Rut menjawab pertanyaannya. Setelah mendengar tentang Boas, Naomi berkata, “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN!... Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita” (ay. 20).
            Apakah artinya? Mengapa hal itu sangat penting? Tirai diturunkan dengan perlahan dan mengakhiri babak kedua dari drama kita ini. Namun, ucapan Naomi tentang kaum kerabat yang wajib menebus mereka memberikan tanda bahwa drama ini belum berakhir J
Pertanyaan Diskusi :
1.      Apa yang dilakukan Rut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama Naomi ketika mereka tiba di Betlehem?
2.      Ceritakanlah bagaimana Rut bertemu dengan Boas?
3.      Apa reaksi Naomi ketika mengetahui bahwa Boas adalah kaum kerabatnya?
4.      Bagaimana Anda melihat pekerjaan Allah dalam kisah tersebut? Percayakah Anda bahwa Rut dan Boas bertemu karena faktor kebetulan? Berikan tanggapan Anda!
5.      Pernahkan Anda mengalami suatu kondisi dimana Anda merasa itu terjadi secara kebetulan? Apakah semata-mata karena faktor kebetulan ataukah ada campur tangan Allah? (bdkn Roma 8:28). Ceritakanlah pengalaman Anda secara singkat.










Minggu 3 :
BAGAIMANA MELIHAT ALLAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI – RUT 3:1-18 (Bagian 3)
Image result for Rut dan BoasImage result for Rut dan Boas
Babak Ketiga
Babak ketiga akan dimulai. Babak ini menjadi titik penting dalam drama kita. Allah telah menyediakan makanan bagi kedua janda itu. Namun, itu hanyalah solusi jangka pendek untuk mencukupi kebutuhan mereka. Rut memerlukan seorang suami. Naomi membutuhkan seorang anak laki-laki untuk meneruskan keturunannya dan membawa nama keluarga. Seiring dengan berakhirnya masa panen, Naomi memikirkan sebuah rencana yang berani, agresif dan sedikit berbahaya bagi Rut. Baca rencana yang dimiliki Naomi dalam ay 1-4:
Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: “Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia? 2Maka sekarang, bukankah Boas, yang pengerja-pengerjanya perempuan telah kautemani itu, adalah sanak kita? Dia pada malam ini menampi jelai di tempat pengirikan; 3maka mandilah dan beruraplah, pakailah pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat pengirikan itu. Tetapi janganlah engkau ketahuan kepada orang itu, sebelum ia selesai makan dan minum. 4Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.”
Dengan demikian Naomi mulai menjawab doanya sendiri bagi Rut seperti yang tertulis di Rut 1:9, “Kiranya atas karunia Tuhan kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.” Di satu sisi Naomi mencontohkan kepada kita cara Allah bekerja melalui tindakan manusia. Kita tidak seharusnya menunggu secara pasif agar hal-hal yang kita inginkan terjadi. Ketika muncul sebuah kesempatan, kita perlu mengambil inisiatif. Naomi melakukan hal itu. Namun, kita juga menyadari bahwa di dalam rencana Naomi terdapat sebuah resiko besar yang ditanggung Rut.
Boas dan Rut akan berbicara di bagian sepi, tempat mereka berbicara empat mata. Namun, di masa Perjanjian Lama, tempat pengirikan sering dihubungkan dengan sesuatu yang sifatnya asusila atau kurang senonoh. Naomi berandai-andai dengan karakter Boas, merasa bahwa Boas tidak akan memanfaatkan situasi ini dengan Rut. Naomi meminta Rut untuk memasuki suatu situasi yang penuh dengan kompromi dan ketidakpastian. Hal apakah yang belum pasti? Apakah Rut diminta untuk merayu Boas di tempat pengirikan itu?
Hukum imamat menyatakan bahwa jika seorang pria meninggal tanpa keturunan, saudara lelakinya harus menikahi janda tersebut. Kemudian putra pertama mereka akan menjadi pewaris sah dari suami yang telah meninggal tersebut dan melanjutkan namanya, serta mewarisi kepemilikannya. Jika tidak ada saudara lelaki yang dapat menikahi janda tersebut, ia dapat meminta seorang kerabat keluarga jauh untuk menikah dengannya. Di sini kita melihat bahwa Rut menggunakan adat kuno yang tidak lazim untuk menawarkan pernikahan kepada Boas. Maksud dari tindakannya adalah meminta perlindungan penuh dari Boas.
Apakah Boas melakukannya? Ya dan tidak. Ia menjawab, “Hmmm, ya. Aku mau melakukannya, tetapi aku bukan penebusmu yang terdekat. Masih ada satu orang lagi penebus yang punya hubungan keluarga lebih dekat dengan Naomi. Ia harus memilih terlebih dahulu. Hal itu terserah padanya” (ay. 12-13).
Jadi mereka tidak bertunangan malam itu. Namun, Rut mengetahui bahwa Boas akan menikahinya jika penebus terdekat itu mangkir dari kewajibannya. Boas akan membereskan segala sesuatu sebagaimana mestinya dan mempercayakan hasilnya kepada Allah.
Rut tetap berbaring tertidur di sebelah kaki Boas sepanjang malam dan dengan diam-diam pulang kembali ke Betlehem sebelum subuh. Tirai pun diturunkan, menutup babak ketiga ini, seiring dengan saat Rut menceritakan kepada Naomi semua hal yang telah terjadi.
Bahkan rencana yang dirancang oleh manusia dapat digunakan Allah untuk menggenapi tujuan-Nya. Rencana Naomi tidak berubah menjadi sesuatu yang buruk, bukan karena situasi yang tidak mendukung mereka untuk berbuat macam-macam, tetapi karena karakter Rut dan Boas. Boas sungguh peduli dengan reputasi Rut. Rut pun aman. Naomi mempertaruhkan rencananya pada integritas Boas. Ia terbukti sebagai seorang pria yang terhormat. Namun yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah pria manakah yang akan mendapatkan sang wanita?
 Pertanyaan Diskusi :
1.      Kita telah mendengar mengenai “Hukum Imamat” dalam tradisi Yahudi. Apakah isi dari hukum tersebut dan bagaimana hukum tersebut dijalankan?
2.      Percayakah Anda bahwa Naomi sedang mencarikan perlindungan bagi Rut, dirinya atau bagi mereka berdua? Mengapa?
3.      Bagaimana Anda melihat pekerjaan Allah dalam kisah tersebut? Ceritakanlah secara singkat dan jelas!



Minggu 4 :
BAGAIMANA MELIHAT ALLAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI – RUT 4:1-22 (Bagian 4)
Image result for Rut Naomi anak
Babak Keempat
Tirai diangkat ketika babak ke empat dimulai. Kita melihat Boas di pintu gerbang kota, tempat ia dapat bertemu dengan kerabat terdekat Naomi. Satu hal yang pasti adalah bahwa Rut akan segera memiliki seoarang suami. Yang belum dapat dipastikan adalah siapa yang akan menjadi suaminya. Sesuatu yang sampai saat ini menjadi urusan pribadi antara Naomi, Rut, dan Boas sekarang harus diketahui masyarakat umum. Masalah tersebut merupakan urusan keluarga yang harus diselesaikan antar sanak saudara di depan khalayak ramai.  
            Setelah mengumpulkan sepuluh orang saksi, Boas menyampaikan kepada kerabat terdekat itu mengenai penebusan tanah milik Elimelekh. Kerabatnya itu pasti berpikir, tentu saja, hal itu tampaknya gampang, jadi ia menjawab, “Aku akan menebusnya (ay. 4). Ia tahu ia harus menikahi sang janda untuk melakukan hal tersebut, akan tetapi ia menganggap bahwa Naomi sudah terlampau tua untuk melahirkan anak dan ia akan memiliki tanah tersebut tanpa seorang keturunanpun yang akan menuntut balik kepemilikan tanah itu. Secara financial, investasi yang ditawarkan ini adalah sebuah kesempatan tanpa resiko. Bukankah tidak ada ruginya?
            Boas kemudian mengatakan hal yang paling menentukan: Rut menjadi bagian dari perjanjian. Jika kerabat terdekat tersebut membeli tanah itu, ia membeli Rut juga. Ia kemudian wajib memberi anak laki-laki bagi Rut untuk meneruskan hak kepemilikan Elimelekh atas milik pusakanya. Dengan kata lain, kerabat tersebut tidak diperkenankan untuk memiliki tanah itu ketika anak laki-lakinya telah cukup umur untuk meminta apa yang menjadi warisannya.
            Tiba-tiba kerabat terdekat itu berubah pikiran. Ia dengan cepat melepaskan haknya untuk menebus tanah Elimelekh. Boas akhirnya mendapatkan Rut. Orang banyakpun bersorak gembira dan Boas membawa pengantinnya pulang.
            Babak ini membawa kesimpulan bagi cerita kita. Tidaklah cukup hanya dengan sang lelaki mendapatkan sang wanita atau sang wanita mendapatkan sang lelaki. Keseluruhan peristiwa tersebut adalah demi sebuah tujuan yang lebih besar.
            Salah satu tujuannya adalah untuk meneruskan hak Elimelekh atas tanah pusakanya. Untuk itu, Naomi harus memiliki seorang anak laki-laki, tetapi ia terlalu tua untuk itu! Namun, hal itu tidak berlaku bagi hukum Yahudi. Ketika kerabatnya Boas dan menantunya Rut, melahirkan seorang anak laki-laki, kita melihat prosesi menarik yang terjadi disepanjang jalan Betlehem. Para wanita di Betlehem membawa bayi mungil itu dan meletakkannya dipangkuan Naomi. Ia sekarang memiliki seorang anak laki-laki. Wanita yang pada babak pertama (Pasal 1) penuh dengan kepahitan dan mengeluh tentang tangannya yang kosong, sekarang telah memiliki tangan yang penuh. Tidak hanya memiliki makanan yang cukup, Naomi juga memiliki seorang anak laki-laki yang mewarisi nama suaminya. Anak laki-laki tersebut adalah pewaris sah dari Elimelekh.
Allah telah memakai kesetiaan dari orang-orang biasa
untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.

            Apakah cerita kita berakhir sampai di sini? Tidak. Kita masih memiliki silsilah keturunan yang membingungkan sebagai puncak dari cerita kita. Apa yang kita pelajari dari silsilah tersebut? Mari kita lanjutkan pembacaan yang tertunda. Di ay 21-22 dikatakan bahwa “Salmon memperanakan Boas, Boas memperanakan Obed, Obed memperanakan Isai dan Isai memperanakan Daud.” Tiba-tiba nama Daud disebutkan dibagian akhir kitab, yang merupakan raja Israel dan berasal dari garis keturunan dua janda yang hidupnya penuh dengan perjuangan; wanita tua yang penuh dengan kepahitan dan wanita asing dari Moab. Naomi dan Rut telah menjadi perempuan yang daripadanya berasal seorang raja bagi umat Israel.

            Allah menyediakan roti melalui pengumpulan jelai yang dilakukan Rut. Allah menyediakan perlindungan melalui pernakahan Rut dengan Boas. Allah menyediakan keturunan bagi Elimelekh dan Naomi. Bahkan lebih lagi, Allah menyediakan seorang raja besar bagi bangsa Israel melalui seorang wanita asing. Allah memakai kesetiaan dari orang-orang biasa untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.
Kita menemukan silsilah yang sama di Matius 1:3-6a :

“Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, 4Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, 5Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, 6Isai memperanakkan raja Daud”

Silsilah ini tidak berhenti sampai Daud. Setelah banyak nama lain yang sulit diucapkan, kita membaca di ayat 16:
“… Yakub memperanakan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.”

Bukan saja Rut yang setia dan Boas yang tulus menjadi buyut dari raja terhebat Israel. Mereka juga berada dalam barisan dari orang-orang yang dipilih Allah dan melalui mereka Allah telah mengutus Anak-Nya ke dunia untuk membawa keselamatan bagi manusia.


Refleksi Iman Dari Babak Kesatu – Babak Keempat:  

Seringkali ketika hidup kita penuh dengan tantangan dan hambatan, kita menjadi sulit untuk percaya bahwa Allah sanggup bekerja dalam hidup kita. Allah tampaknya bersembunyi dari kita. Seperti Naomi di babak pertama, kita dapat salah menilai kehidupan karena kita tidak yakin bahwa Allah secara aktif terlibat dalam hidup kita.

Banyak hal dalam hidup ini yang terjadi tampaknya seperti sebuah kebetulan-contohnya Rut yang mengumpulkan jelai di lahan Boas (babak kedua). Hidup dapat berjalan seperti biasa dan penuh dengan kebetulan. Namun, di tengah segala hal yang tampaknya seperti kebetulan dalam hidup kita, Allah sedang bekerja, menggenapi perencanaan mulia dengan kita melalui berbagai hal yang kita alami. Allah adalah sutradara yang mengatur setiap pemain di atas panggung kehidupan. Di tengah-tengah sesuatu yang tampaknya sangat biasa, Allah sedang melakukan sesuatu yang luar biasa.

Seperti Rut dan Boas yang mau menjaga integritas, meskipun berada dalam situasi dan kondisi yang membuat mereka dapat melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Allah dan sesama (Babk 3), biarlah itu juga menjadi sikap dan gaya hidup yang harus kita miliki ketika dunia dan sekitarnya kehilangan integritas.
Ada pepatah mengatakan bahwa diri kita menentukan apa yang kita lihat. Kita mungkin mencari Allah dan merasa tidak mendapatkan-Nya karena kita keliru membayangkan Dia dengan segala sesuatu yang sifatnya mencengangkan. Allah ditemukan bukan hanya dalam hal-hal yang ajaib dan luar biasa. Dia bekerja dalam diri kita dan melalui kita dalam kehidupan sehari-hari. Di hari-hari yang melelahkan, kita dapat saja mempunyai anggapan bahwa hidup ini bergantung pada diri kita sendiri. Namun, jika kita adalah milik Allah, bahkan ketika kita tidak melihat-Nya bekerja, kita dapat percaya bahwa Allah menggerakan berbagai peristiwa yang terjadi demi kebaikan kita.
Rut telah membuat sebuah keputusan di jalan berdebu antara Moab dan Betlehem. Ia memilih untuk memberikan kesetiaannya kepada Allah dan umat-Nya. Pilihan itu mungkin tampaknya tidak berarti, akan tetapi pilihan yang dibuat Rut telah mengubah Naomi dan mengubah sejarah (Babak 4).
Yesus juga telah menunjukan kesetiaan-Nya terhadap Allah dan umat-Nya, dimana Ia rela mati di kayu salib untuk menghapuskan dosa manusia dan karena kesetiaan dan kuasa yang diberikan Allah kepada-Nya, pada hari yang ketiga Ia bangkit. Selamat merayakan Paskah 2017. Kiranya iman percaya kita semakin dikuatkan dan disegarkan.




[1] Penulis adalah Vicaris di GKS Waikabubak