Minggu, 05 September 2021

TABAH DALAM MENDERITA (MARKUS 7:24-30)

 

 

     Bapak/ ibu/ Sdr./I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Menjalani kehidupan yang masih Tuhan percayakan hingga saat ini di tengah dunia yang penuh dengan berbagai tantangan dan hambatan yang datang silih berganti tentu tidaklah mudah. Kesulitan, tekanan hidup serta pergumulan yang tak kunjung berakhir membuat hidup yang dijalani penuh dengan penderitaan. Ketika penderitaan tersebut menerpa hidup kita ataupun orang-orang terdekat kita atau orang-orang yang kita kasihi, bagaimana respon atau tanggapan kita? Akankah kita tetap tabah (tetap kuat) menghadapinya atau malah sebaliknya kita memilih untuk menyerah yang membuat kita akhirnya putus asa dan tidak berdaya lagi menjalani hidup ini? Perikop Firman Tuhan hari ini, akan menolong kita bagaimana menyikapi penderitaan yang melanda hidup kita, termasuk sebagai anak-anak Tuhan tanpa harus kehilangan pengharapan dan iman kepada Kristus.

Bapak/ ibu/ Sdr./I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

       Dari Genesaret, Yesus lalu menyingkir ke daerah Tirus, suatu kota yang terletak di sekitar Laut Tengah, yaitu negeri orang non Yahudi (Kanaan). Apa yang mendorong Yesus pergi ke kota tersebut? Jika kita membaca perikop sebelumnya yaitu Markus 7:1-23, rupa-rupanya kita menemukan bahwa telah terjadi perdebatan sengit antara Yesus dengan para pemuka agama Yahudi (sekelompok orang Farisi dan beberapa ahli Taurat) tentang adat istiadat Yahudi, dimana para pemuka agama Yahudi lebih berpegang teguh pada adat istiadat orang Yahudi daripada memiliki iman yang benar terhadap Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perginya Yesus ke daerah Tirus adalah untuk menghindar dari perdebatan dengan para pemuka agama Yahudi tersebut. Tetapi lebih jauh kita juga menemukan bahwa kepergian Yesus ke daerah Tirus semata-mata bukan karena alasan tersebut melainkan Yesus memiliki alasan lain yaitu Ia hendak menunjukan kepada para pengikutNya pada saat itu dan kita di masa kini, apa yang lebih penting dari pada sekedar berpegang teguh pada adat istiadat nenek moyang lewat perjumpaan-Nya dengan seorang perempuan Siro Fenisia.

       Semula Yesus berharap bahwa kedatanganNya ke Tirus tidak diketahui oleh banyak orang. Namun ternyata keberadaan-Nya di sana tidak dapat dirahasiakan. Berita kedatangan Yesus telah tersebar ke seluruh penjuru kota, termasuk sampai kepada seorang perempuan Siro Fenisia, yaitu seorang perempuan non Yahudi berkebangsaan Yunani. Mendengar tentang kedatangan Yesus di kota tersebut, perempuan itu lalu segera datang menemui Yesus. Tentu ia telah mendengar sebelumnya tentang karya dan perbuatan Yesus yang luar biasa, mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus termasuk salah satunya yaitu menyembuhkan orang sakit. Karena itu perempuan tersebut segera bergegas menemui Yesus dengan harapan Yesus mau menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan roh jahat. Perempuan itu datang dengan pengharapan dan iman yang sungguh bahwa Yesus mau dan sanggup menolong anaknya karena itu dengan tersungkur (merendahkan diri) ia memohon kepada Yesus agar Yesus menyembuhkan anaknya yang sakit dengan mengusir roh jahat tersebut yang telah membuat anaknya menderita sekian lamanya. Penderitaan yang dialami anak tersebut akibat sakit yang diderita, tentu juga membawa penderitaan bagi ibunya. Karena itu, sekalipun ia adalah orang kafir, namun karena kasihnya kepada anaknya tersebut dan karena kepercayaannya kepada Yesus, ia datang menemui Yesus. Lalu apa tanggapan Yesus? Sekalipun perempuan tersebut telah memohon kepada Yesus, namun Yesus tidak serta merta menjawab permohonannya. Yesus malah berkata, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Apa maksud dari ucapan Yesus tersebut? Dalam konteks kita dimasa kini, mungkin ungkapan tersebut terdengar kasar dan seperti merendahkan pihak yang lain. Namun dalam konteks saat itu, ungkapan Yesus tersebut tidaklah bermakna demikian. Yang Yesus maksudkan adalah bahwa Ia datang pertama-tama untuk orang Israel (bdk. Mat 15:24). Karena itu biarlah orang-orang Yahudi terlebih dahulu yang mengalami karya dan mujizat Kristus baru sesudah itu bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi. Mendengar jawaban Yesus tersebut, apa sikap dari perempuan tersebut? Ia tidak marah ataupun tersinggung. Sebaliknya ia berkata bahwa : “Benar, Tuhan tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Artinya, benar bahwa Yesus diutus pertama-tama untuk orang-orang Yahudi atau Israel terlebih dahulu tetapi jika Yesus ada di kota orang non Yahudi, yaitu kota Tirus, bukankah tidak ada salahnya jika Yesus juga menyatakan karya dan mujizatNya bagi orang-orang non Yahudi, seperti remah-remah yang dijatuhkan anak-anak (orang Israel yang telah menolak Yesus)? Melihat ketabahan dalam tindakan perempuan tersebut yang penuh pengharapan dan iman, maka Yesus lalu berkata bahwa anaknya telah sembuh. Sehingga perempuan tersebut kembali ke rumahnya dan menemukan bahwa setan itu sudah keluar dari tubuh anaknya.

Bapak/ ibu/ Sdr./I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Kisah perjumpaan Yesus dan perempuan Siro Fenisia tersebut mengajarkan kepada kita tentang pentingnya memiliki ketabahan yang sungguh (tidak mudah menyerah) dalam menghadapi penderitaan hidup. Ketabahan seorang ibu yang ditunjukan dalam pengharapan (tetap berjuang meskipun sulit) dan keteguhan iman (sekalipun tidak langsung mendapatkan jawaban yang diharapkan) kepada Kristus, sekalipun ia adalah orang non Yahudi untuk memperoleh kesembuhan bagi anaknya telah mendorong ia untuk datang kepada Yesus, tetap berjuang memohon kesembuhan bagi anaknya sehingga akhirnya anaknya pun sembuh.

            Bapak/ ibu/ Sdr./I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Mungkin saat ini kita sedang menghadapi penderitaan hidup, entah itu karena tekanan ekonomi, khususnya akibat wabah pandemi covid-19 yang berdampak pada kesejahteraan hidup, masalah rumah tangga yang kurang harmonis, sakit penyakit yang telah diderita sekian lamanya, tantangan dalam pelayanan dan lain sebagainya. Jangan pernah berhenti berjuang dalam menghadapi kesulitan hidup tersebut. Tetaplah tabah dalam menjalani penderitaan tersebut dan datanglah kepada Kristus yang adalah sumber pertolongan kita. Jika perempuan Siro Fenisia yang notabene saat itu bukanlah umat pilihan Tuhan memiliki ketabahan yang sungguh kepada Kristus dalam menjalani penderitaan hidupnya, apalagi kita saat ini yang adalah umat pilihan Tuhan? Jangan tawar hati, kuatkanlah hatimu dan janganlah takut menjalani penderitaan hidup ini. Selamat memasuki minggu yang baru di bulan September 2021, Tuhan memberkati dan memampukan kita menapaki kehidupan hari ini dan selanjutnya. Amin.

 

 

  

(Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol),
Minggu, 05 September 2021,
GKS Jemaat Puu Naga – Waikabubak.