Senin, 31 Agustus 2015

Memandang Kehidupan Dari Sudut Pandang Al

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 5)




Cara Anda memandang kehidupan Anda membentuk kehidupan Anda. Bagaimana Anda mendefinisikan kehidupan menentukan masa depan Anda. Perspektif Anda akan mempengaruhi cara Anda memanfaatkan waktu Anda, menggunakan talenta Anda dan menilai hubungan Anda. Bagaimana Anda menggambarkan kehidupan Anda? Metafora kehidupan Anda akan sangat menentukan harapan-harapan Anda, nilai-nilai Anda, hubungan-hubungan Anda, sasaran-sasaran Anda dan proiritas-prioritas Anda.

Anda mungkin mendasarkan kehidupan Anda pada suatu metafora kehidupan yang keliru. Untuk itu Anda harus menggantinya dengan metafora Alkitab tentang kehidupan. Alkitab memberikan tiga metafora yang mengajarkan kepada kita pandangan Allah tentang kehidupan yaitu :
1.  Kehidupan adalah sebuah ujian
Hal ini dapat dilihat dalam kisah-kisah di seluruh Alkitab dimana Allah terus menerus menguji karakter, iman, ketaatan, kasih, integritas dan kesetiaan manusia, seperti Allah menguji Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya, Yakub, Yusuf dan masih banyak lagi. Namun ada juga yang gagal dalam ujian tersebut seperti Adam dan Hawa. Hidup adalah sebuah ujian. Ketika Anda memahami bahwa kehidupan adalah sebuah ujian, Anda menyadari bahwa tidak ada hal yang tidak penting di dalam kehidupan Anda. Allah menginginkan Anda agar lulus dalam ujian ini sehingga Dia tidak pernah membiarkan ujian-ujian yang Anda hadapi melampau kasih karunia yang Dia berikan kepada Anda untuk menghadapinya.    
2.  Kehidupan adalah sebuah kepercayaan
Waktu yang kita miliki di bumi serta tenaga, kepandaian, kesempatan, hubungan dan kekayaan kita, semuanya adalah pemberian Allah yang telah Dia percayakan dalam pemeliharaan dan pengelolaan kita. Jika Anda memperlakukan segala sesuatu sebagai suatu kepercayaan, Allah menjanjikan tiga imbalan dalam kekekalan, yaitu peneguhan Allah, promosi dan diberi tanggung jawab yang besar dan Anda akan dihormati dengan suatu perayaan besar. Kehidupan merupakan ujian dan kepercayaan, dan semakin banyak Allah memberi kepada Anda, semakin banyak tanggung jawab yang Dia harapkan dari Anda.  
3.  Kehidupan adalah sebuah penugasan sementara.

Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil,
ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Luk. 16:10a

Refleksi pribadi
            Perjalanan hidup manusia penuh dengan tantangan dan ujian yang harus dihadapi dan dilewati. Ujian-ujian itu dapat berupa pengalaman pahit, perasaan kecewa, kehilangan orang yang terkasih, diabaikan, apa yang kita inginkan belum dikabulkan dan lain sebagainya, yang mana kita dituntut untuk mampu menghadapinya dengan satu keyakinan bahwa apapun yang kita alami dalam hidup ini, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita menanggung seorang diri. Tangan Tuhan selalu terulur untuk menopang kita sehingga kita dapat memenangkan ujian itu. Apabila kita memandang hidup ini sebagai ujian dari Tuhan, maka kita harus siap untuk menghadapinya bukan lari dari kenyataan hidup.
            Hidup yang kita jalani di dunia tidak sekedar hanya sebagai ujian semata, tetapi juga sebagai sebuah kepercayaan yang Allah berikan untuk kita pergunakan sebaik-baiknya demi hormat dan kemuliaanNya. Menjadi pelayan Tuhan, kususnya sebagai Tenaga Kategorial Anak, adalah sebuah kepercayaan yang Tuhan berikan, dimana lewat pelayanan ini, anak-anak Tuhan, kususnya Anak sekolah Minggu semakin mengenal dan lebih dekat lagi kepada Tuhan. Banyak tantangan dan ujian yang harus dihadapi (masalah-masalah di Komisi Anak), namun hal ini tidak menyurutkan bahkan mematahkan semangat saya untuk melayani Tuhan, malah justru sebagai sebuah pembentukan karakter yang semakin bertumbuh dalam kedewasan Iman.  

Hidup adalah tantangan, hadapilah
Hidup adalah sebuah ujian, menangkanlah
Hidup adalah sebuah kepercayaan, pakailah

Diciptakan Untuk Kekekalan

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 4)



          Kehidupan ini bukan hanya yang ada sekarang, sebab kehidupan di bumi hanyalah sebuah persiapan bagi kehidupan Anda di kekekalan. Kehidupan di bumi menawarkan banyak pilihan, kekekalan hanya menawarkan dua pilihan : surga atau neraka. Hubungan Anda dengan Allah di bumi akan menentukan hubungan Anda dengan-Nya di dalam kekekalan. Jika Anda belajar mengasihi dan mempercayai Anak Allah, Yesus, Anda akan ikut dalam kekekalan bersama-Nya sebaliknya jika Anda menolak, maka Anda akan terpisah dari Allah selamanya.
            Apabila Anda sepenuhnya menyadari bahwa kehidupan ini bukan sekedar yang ada sekarang, dan Anda memahami bahwa kehidupan hanyalah persiapan menuju kekekalan, Anda mulai hidup dengan berbeda. Segala sesuatu yang dulu Anda anggap penting menjadi kurang penting selain memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Soal mengikuti trend, model pakaian dan nilai-nilai popular tidaklah penting lagi. Seperti yang dikatakan Paulus dalam Filipi 3:5 (AITB) “Aku pernah menganggap semua hal ini sangat penting, tetapi sekarang aku menganggap semua itu tidak berharga karena apa yang telah Kristus lakukan.”
            Satu-satunya waktu dimana orang memikirkan tentang kekekalan adalah pada saat pemakaman. Jika Anda memiliki suatu hubungan dengan Allah melalui Yesus, Anda tidak perlu takut untuk menghadapi kematian. Kematian adalah pintu menuju kekekalan. Kematian adalah akhir dari hidup Anda di dunia, tetapi bukan akhir dari hidup Anda.

“Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya,
 tetapi orang yang melakukan kehendak Allah
 tetap hidup selama-lamanya” 1 Yoh 2:17

Refleksi pribadi
            Allah menciptakan manusia untuk kekekalan. Kekekalan itu tidak dapat kita temukan di bumi ini, melainkan hidup bersama Allah di tempat-Nya yang Kudus. Kehidupan bukanlah sekedar yang ada sekarang, kehidupan yang tampak di depan mata jasmani kita, melainkan hanya sebagai sebuah persiapan menuju kehidupan yang lain. Oleh karena itu apa yang kita lakukan di bumi akan menentukan hidup kita di dalam kekekalan. Untuk mencapai kekelan itu, maka kita harus hidup dalam terang kasih Kristus, memiliki hubungan yang dekat dengan Allah sehingga tujuan hidup kita dapat tercapai. Satu hal yang harus kita lakukan untuk mencapai kekekalan itu adalah dengan menjauhkan diri kita dari dosa, sebab dosalah penyebab utama kita semakin jauh dari Allah. Dan saat kita menjauhkan diri kita dari Allah, maka kita telah mempersiapkan diri untuk berpisah selama-lamanya dari kekekalan bersama Allah.
            Seringkali manusia merasa takut menghadapi kematiannya. Kematian dianggap sebagai akhir dari segala-galanya. Padahal, kematian sesungguhnya adalah sebuah pintu yang harus kita lalui menuju kekekalan. Oleh karena itu, kita tidak boleh merasa takut menghadapi kematian itu, sebab Tuhan akan menyambut kita di dalam kekekalanNya.


 Ada kehidupan, adapula kematian
Ada perjumpaan, adapula perpisahan,
Ada sukacita, adapula dukacita,
seolah-olah menjadi bagian yang tak terpisahkan,
Namun kita diciptakan untuk sebuah kekekalan.

Apa Yang Menggerakan Kehidupan Anda?

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 3)


         Kehidupan setiap orang digerakan oleh sesuatu. Apa yang menjadi daya penggerak di dalam kehidupan Anda? Secara umum ada 5 daya penggerak dalam hidup manusia yaitu :

  1.  Hidup yang digerakan oleh rasa bersalah.
Hidup mereka penuh dengan rasa penyesalan dan rasa malu, yang mana perasaan-perasaan ini pernah terjadi di masa lampau, tetapi terus saja masih diingat-ingat di masa kini, rasa penyesalan itu masih terus ada bahkan menguasai pikiran mereka. Hidup mereka dikendalikan oleh masa lampau sehingga mereka tidak dapat melihat masa depan dengan lebih cerah. Hidup Anda di masa kini adalah produk dari masa lampau, tetapi Anda tidak perlu menjadi tawanan masa lampau.

  1.  Hidup yang digerakan oleh kebencian dan kemarahan
   Setiap orang ingin disayang dan dicintai bukan untuk disakiti atau menyakiti hati orang lain. Namun tidak dapat kita pungkiri bahwa anda pasti pernah disakiti orang lain. Sekalipun hal ini terjadi di masa lalu, namun rasa sakit ini masih terus ada dalam hati Anda sehingga menimbulkan kebencian dan kemarahan kepada orang tersebut. Hal ini kemudian menjadi akar pahit yang lambat laun akan membuat hidup Anda semakin menderita. Masa lalu adalah masa lalu, dan ketika Anda memasuki kehidupan di masa kini, berilah pengampunan kepada mereka yang menyakiti Anda.  

  1.  Hidup yang digerakan oleh rasa takut
Banyak orang hidup dalam rasa takut. Rasa takut itu bisa saja akibat dari adanya pengalaman traumatis, harapan yang tidak masuk akal, bertumbuh dalam keluarga yang keras atau karena kecenderungan genetik dan masih banyak lagi penyebab-penyebabnya. Mereka seringkali tidak mau mengambil resiko dan memilih aman dari persoalan-persoalan yang dihadapi sehingga mereka seringkali kehilangan kesempatan-kesempatan besar dalam hidup mereka. Ketakutan adalah penjara yang dapat menghalangi Anda untuk menjadi apa yang Allah maksudkan bagi hidup Anda.

  1.   Hidup yang digerakan oleh materialisme
Sasaran kehidupan mereka adalah hidup untuk “memiliki,” dengan asumsi bahwa memiliki lebih banyak akan membuat hidup orang lebih bahagia, lebih penting dan aman. Misalnya dengan memiliki uang yang banyak, maka hidup kita akan bahagia. Kebahagian ditentukan oleh materi bukan pada hubungan yang baik antara Anda dan Allah. Hal ini tentu saja keliru, sebab apa yang Anda miliki di dunia tidak dapat menjamin bahwa Anda akan bahagia selamanya (kebahagiaan yang bersifat sementara), tetapi kebahagiaan itu terletak pada apa yang tidak bisa diambil oleh siapapun dari hidup Anda, yaitu relasi Anda dengan Allah.   

  1.   Hidup yang digerakan oleh kebutuhan akan pengakuan
Hidup Anda dikendalikan oleh harapan-harapan orang disekitar Anda, termasuk orang tua ataupun pasangan hidup Anda. Anda hanya ingin memuaskan keinginan mereka supaya Anda mendapat pengakuan dari mereka. Dikendalikan oleh pendapat dan harapan orang lain adalah cara yang pasti untuk kehilangan tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan Anda. Kunci menuju kegagalan adalah ketika Anda berusaha menyenangkan semua orang.

Ada lima manfaat besar dari kehidupan yang memiliki tujuan :
  1. Memberi makna bagi kehidupan Anda. Tanpa Allah, kehidupan Anda tidak memiliki tujuan dan tanpa tujuan, kehidupan Anda tidak memiliki makna. Tanpa makna, kehidupan Anda tidak memiliki arti atau harapan.
  2. Memudahkan kehidupan Anda. Tujuan hidup menetapkan mana yang harus Anda kerjakan dan apa yang tidak Anda kerjakan. Dengan demikian, Anda tidak disibukan oleh hal-hal yang seharusnya tidak Anda lakukan karena itu belum tentu penting untuk Anda lakukan sehingga Anda tidak merasa tertekan, kelelahan dan hidup dalam konflik.
  3. Hidup lebih Fokus. Tujuan itu akan memusatkan usaha dan energi Anda pada apa yang penting. Anda menjadi efektif, karena bersikap selektif.
  4. Memotivasi kehidupan Anda. Tujuan selalu menghasilkan keinginan yang kuat. Keinginan yang kuat akan memudar bila Anda tidak mempunyai tujuan.
  5. Mempersiapkan Anda menghadapi kekekalan. Banyak orang berupaya meninggalkan warisan di dunia supaya dikenang. Hidup untuk menghasilkan warisan dunia adalah sasaran yang dangkal. Adalah lebih bijaksana kalau Anda menggunakan dan menghabiskan waktunya untuk membangun suatu warisan yang kekal. Anda tidak ditempatkan di bumi untuk diingat, tetapi Anda ditempatkan di sini untuk menghadapi kekekalan. Namun sebelum Anda memasuki kekelalan itu, ada dua pertanyaan penting yang harus Anda gumuli yaitu : Apa yang telah Anda lakukan untuk Yesus Kristus (hal ini untuk menentukan di mana Anda menghabiskan kekekalan) dan apa yang telah Anda lakukan terhadap apa yang telah Aku berikan (talenta, karunia, kesempatan, kekayaan dll)? menentukan apa yang Anda lakukan di dalam kekekalan.
Engkau Tuhan, memberikan damai sejahtera yang sempurna
kepada orang-orang yang dengan teguh memelihara tujuan mereka
dan percaya kepadaMu.” Yes 26:3 (TEV)


Refleksi pribadi
            Sebuah mobil dapat bergerak maju atau mundur karena ada daya penggeraknya, buah jatuh dari pohon ke tanah (atas ke bawah) karena ada gaya gravitasi bumi. Demikian halnya dengan hidup manusia. Harus ada yang menggerakan hidupnya supaya dia dapat menjalani dan melalui hidup ini sampai pada kekekalan. Daya penggerak itu adalah Allah sendiri yang mau hadir dalam hidup kita melalui relasi yang intim, antara Pencipta dan ciptaanNya. Daya penggerak inilah yang akan menolong kita untuk tetap eksis di dunia ini dan dalam kekekalanNya.


Hidup berdasarkan tujuan adalah jalan menuju damai sejahtera"



Sabtu, 29 Agustus 2015

Anda Ada Bukan Karena Kebetulan

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 2)


            Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak terlepas dari rencana Allah, termasuk kelahiran Anda. Anda bukan ada karena kebetulan. Anda lahir bukan karena kesalahan atau kesialan, atau karena perencanaan manusia, tetapi karena Allah sendirilah yang merencanakan untuk Anda ada. Anda diciptakan bukan karena nasib, bukan karena kesempatan, bukan karena keberuntungan, juga bukan karena kebetulan. Anda hidup karena Allah ingin menciptakan Anda.


            Allah sendirilah yang merancang hidup Anda, mulai dari bagian tubuh Anda, ras Anda, warna kulit Anda, rambut Anda dan setiap karakteristik lainnya. Dia juga memutuskan kapan Anda akan lahir dan berapa lama Anda akan hidup. Dia tahu waktu yang tepat bagi Anda untuk hidup di dunia dan kapan Anda harus kembali padaNya. Allah sungguh mengenal Anda seperti yang diungkapkan pemazmur dalam Maz 139:16 Engkau melihat aku waktu aku masih dalam kandungan; semuanya tercatat di dalam buku-Mu; hari-harinya sudah ditentukan sebelum satu pun mulai.”
            Allah merencanakan semuanya itu untuk tujuanNya. Allah tidak pernah melakukan apapun secara kebetulan dan Dia tidak pernah membuat kesalahan. Dia memiliki alasan untuk segala sesuatu yang diciptakan dengan sebuah motivasi yaitu Kasih, sebab Allah kita adalah Allah yang penuh kasih (1 Yoh 4:8). Dia menciptakan Anda untuk menyatakan kasihNya.
            Seandainya Allah tidak ada, maka hidup Anda hanyalah sebuah kebetulan. Untunglah, ada Allah yang menjadikan Anda untuk suatu alasan dan kehidupan Anda akan memiliki makna yang luar biasa. Anda akan menemukan makna dan tujuan tersebut hanya apabila Anda menjadikan Allah sebagai acuan hidup Anda.   
                    
“Akulah TUHAN yang menjadikan engkau,
 yang membentuk engkau sejak dari kandungan,
dan yang menolong engkau.
Jangan takut, engkaulah hamba-Ku,
umat pilihan-Ku yang Kukasihi ,” Yes 44: 2 (BIS).

Refleksi pribadi

            Manusia seringkali tidak bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah dalam hidupnya. Baik itu karena bentuk fisik tubuhnya (hidung kurang mancung, dianggap jelek sehingga perlu dioperasi atau suntik silicon, dll) maupun keadaan social ekonominya, sehingga manusia mulai menyalahkan Tuhan, menganggap Tuhan tidak adil, menganggap Tuhan pilih kasih, kenapa si A ganteng/cantik kenapa saya tidak, kenapa si B kaya, saya kok miskin, mengapa si C sukses, saya selalu gagal dan sebagainya.  Padahal segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak terlepas dari campur tangan Tuhan, tidak terjadi secara kebetulan tetapi karena Allah sendirilah yang menghendaki dan tahu betul apa yang baik bagi ciptaanNya, termasuk hidup kita. Allah lebih mengenal dan tahu persis apa yang harus Dia lakukan untuk menciptakan kita. Oleh karena itu, kita harus bersyukur untuk hidup kita melalui penerimaan diri bukan penolakan. Menerima diri kita apa adanya membuat kita mampu melihat rencana Tuhan yang indah dalam setiap lembaran hidup kita.

Kebahagian hidup tidak terletak pada apa yang kita miliki,
tetapi pada setiap penerimaan akan hidup kita,
 dengan berlandaskan suatu keyakinan bahwa
kita ada bukan karena kebetulan,

melainkan karena Allahlah yang merencanakan kita untuk ada.

Semuanya Diawali Dengan Allah

Ringkasan Buku “The Purpose Driven Life” Rick Warren (Bab 1)

            Hidup tanpa tujuan yang jelas ibarat berpergian tanpa arah yang jelas. Artinya bahwa hidup kita di dunia tidak akan ada artinya kalau kita tidak mengetahui untuk apa kita ada di dunia dan apa yang harus kita lakukan di dunia. Oleh karena itu, agar hidup kita tidak sia-sia dan kehilangan arah di dunia ini, maka kita perlu tahu tujuan hidup kita.  
Dan untuk mengetahui tujuan hidup kita, maka kita harus bertanya kepada sang pencipta kita bukan pada diri kita sendiri (seperti yang dilakukan orang banyak selama ini). Sebab Allahlah yang telah menciptakan kita dan kita ini adalah ciptaanNya, jadi segala sesuatu harus dimulai dari Allah karena Dialah yang lebih mengenal siapakah kita sesungguhnya. Oleh karena Dia dan untuk tujuanNyalah kita diciptakan.



            Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menemukan tujuan Allah menciptakan kita? Ada dua pilihan, yang mana pilihan pertama berdasarkan pada spekulasi (kita menebak-nebak, menduga-duga, berteori; menurut pendapat kita yang kita anggap paling baik dan benar) sedangkan pilihan yang kedua melalui penyataan (melihat pada apa yang telah Allah nyatakan di dalam FirmanNya). Pilihan yang kedua inilah yang harus menjadi dasar bagi kita untuk dapat menemukan tujuan hidup. Alkitab sebagai Firman Tuhan yang akan menjelaskan mengapa kita hidup, bagaimana kehidupan dapat berjalan dengan baik, apa yang harus dihindari dan apa yang bisa terjadi pada masa depan. Jadi, menemukan tujuan hidup haruslah kita pandang dalam terang Firman Tuhan, bukan pada hasil spekulasi manusia, pada buku-buku atau kisah-kisah yang memberi inspirasi dan teori-teori psikologi. Dan Alkitab sendiri berkata bahwa “Di dalam Kristuslah kita menemukan siapa kita dan untuk apa kita hidup. Jauh sebelum kita mendengar tentang Kristus untuk pertama kali, dan membangkitkan harapan-harapan kita, Dia telah melihat kita, merancang kita bagi kehidupan yang penuh kemuliaan, bagian dari keseluruhan tujuan yang Dia kerjakan di dalam segala sesuatu dan semua orang (Efes. 6b:11).” Ada tiga hal yang dapat kita renungkan dari ayat ini yaitu : menemukan identitas dan tujuan hidup kita melalui hubungan dengan Yesus, jauh sebelum kita diciptakan, Allah telah menentukan tujuan hidup kita dan tujuan hidup yang telah ditetapkan Allah bagi kita jauh lebih besar dari apa yang ada di dunia yaitu kekelalan.

Refleksi pribadi

            Kehidupan manusia seringkali tanpa memiliki tujuan hidup. Sehingga hari-harinya dilalui dengan aktivitas dan rutinitas yang terkadang membosankan, melelahkan, karena tidak tahu lagi apa yang sebaiknya harus dilakukan. Bahkan tidak sedikit diantara kita yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidup di dunia. “Tidak ada artinya lagi aku hidup di dunia ini, lebih baik aku mati saja.” (biasanya orang yang berkata demikian karena tidak mampu lagi menghadapi hidup yang penuh tekanan, tantangan dan cobaan serta yang tidak memiliki tujuan hidup).
            Karena Allah sudah menciptakan kita, maka hidup ini harus kita jalani dengan baik dan benar. Untuk itu, kita perlu tahu sebenarnya apa sich tujuan hidup kita di dunia? Untuk apa sich Allah menciptakan dan menempatkan saya di dunia ini? Kalau kita dapat menemukan tujuan hidup kita, maka hidup kita di dunia akan bermakna tidak saja bagi diri kita pribadi, tetapi juga bagi orang lain. Mulailah bertanya kepada Allah bukan pada diri sendiri.

Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia
Kolose 1:16b

Rabu, 26 Agustus 2015

Bukan Nabi Tapi Menyuarakan Suara Kenabian

Amos 7 : 10-17

Ayat 14 : Jawab Amos kepada Amazia: "Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.

Ayat 15: Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.

Sahabat Kristus......
Martin Luther King, Jr, mungkin kita pernah mendengar nama tersebut atau mungkin pernah melihat fotonya!! Ia adalah seorang pendeta di Montgomery, Alabama yang berjuang keras melawan diskriminasi ras yang terjadi di negaranya, yaitu di Amerika. Ia lahir di Atlanta, Georgia dari keluarga Martin Luther King, Sr dan Alberta Williams King.
            Semasa hidupnya, ia menyaksikan adanya ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintahnya, yaitu diskriminasi orang kulit putih terhadap orang kulit hitam (Afro). Diskriminasi tersebut nampak dalam perlakuan pemerintah yang memberikan hak-hak istimewa terhadap orang kulit putih, sedangkan orang kulit hitam selalu mendapat kesulitan baik dalam bidang politik, ekonomi, social maupun budaya ( Ex : orang kulit hitam tidak dapat duduk di kursi parlamen, orang kulit hitam dijadikan budak, kalau menumpang bus umum, orang kulit hitam harus duduk dibagian belakang, dll). Hal ini juga telah disahkan dalam undang-undang pemisah atau segregation law. Melihat kenyataan ini, King lalu mengambil sikap tegas untuk memperjuangkan keadilan bagi orang banyak, terutama mereka yang tertindas.

      Pada tanggal 4 April 1968, Martin Luther King, jr. meninggal dunia dalam upayanya untuk memperjuangkan hak yang sama bagi semua manusia, yaitu memperjuangkan orang kulit hitam dinegaranya yang saat itu selalu didiskriminasi. Ia ditembak mati di Memphis, Tennesee. Salah satu pidatonya yang terkenal berjudul “I Have a Dream” yang diucapkan pada tanggal 28 Agustus 1963. Pidato tersebut telah mendorong dikeluarkannya Undang-Undang Hak Asasi Manusia oleh pemerintah Amerika pada tanggal 2 Juli 1964, yang menghapuskan diskriminasi dalam bentuk apapun dan dalam alasan apapun. Inti pidatonya adalah :
Aku punya satu impian
Aku punya satu impian bahwa pada suatu hari,
Negara ini akan bertumbuh dan melakukan kebenaran iman yang sesungguhnya: “kita pegang kebenaran ini sebagai sesuatu yang sangat jelas,
                      bahwa semua manusia diciptakan dengan hak yang sama”……………
aku punya satu impian bahwa keempat anakku yang masih kecil,
suatu saat akan hidup di suatu negara
di mana mereka tidak didili berdasarkan warna kulit mereka
tetapi berdasarkan karakter mereka.

Martin Luther king, jr telah meninggal dunia, tetapi impiannya untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi terus berlanjut sampai hari ini di seluruh dunia. Ia adalah seorang pahlawan, pencipta perdamaian dan martir oleh orang banyak diseluruh dunia.
           
Sahabat Kristus......
Ketidakadilan sosial yang terjadi pada masa Martin luther King, jr. rupanya juga pernah dialami oleh bangsa Israel di Utara, terutama orang-orang miskin yang dilakukan oleh para penguasa atau para elit pada masa itu. Melihat ketidakadilan yang terjadi di sana, Allah lalu memanggil Amos, untuk memberikan peringatan kepada mereka bahwa mereka akan mengalami kehancuran akibat perbuatannya, yang hidup di luar kehendak Allah.
Amos bekerja sebagai nabi dan bernubuat di Israel Utara, menjelang akhir pemerintahan raja Yerobeam II (786-746). Mengenai dirinya, dalam Amos I :1 dikatakan bahwa : Ia adalah seorang peternak (yang juga "pemungut buah ara hutan",lih. Am 7:14) dari Tekoa, sebuah desa Yehuda sekitar 20 km, di sebelah selatan Yerusalem. Ia muncul sebagai seorang nabi yang dipanggil Allah untuk menjadi nabi di Kerajaan Utara pada masa pemerintahan raja Yerobeam II raja Israel (786-746). Di situ ia memberitahukan bahwa keraaan Israel Utara akan hancur bersama dengan seluruh istana Raja ( Amos 7;7-9). Kehancuran itu akan merupakan akhir dari Kerajaan Utara ( Amos 8:2) yang akan terjadi dalam bentuk kekalahan militer yang disusul oleh pembuangan seluruh penduduk negeri ( Amos 4:2-4; 6:7-8 ). Kehancuran itu ditegaskan lagi melalui lima penglihatan yang diterima Amos ( Amos 7:1-3; 4-6, 7-9; 8:1-3; 9:1-4).
            Ketika Amos bernubuat kepada Kerajaan Utara pada pertengahan abad ke-8 SM, bangsa itu secara lahiriah berada di puncak perluasan wilayah, stabilitas politik dan kemakmuran nasional, tetapi secara batiniah sudah bobrok ( mereka sedang menikmati masa-masa kejayaannya, terutama dibidang ekonomi. Juga bidang politik dan militer, mereka mencapai kemajuan yang pesat). Kemunafikan dan penyembahan berhala sudah merata, masyarakat hidup mewah secara berlebihan, kebejatan merajalela, sistem peradilan rusak dan penindasan orang miskin merupakan kebiasaan umum. Akan tetapi mereka melupakan satu hal, yaitu keadilan sosial. Di Israel terjadi ketidakadilan sosial yang tinggi dikalangan rakyat (orang miskin) sebagai akibat kekuasaan elit dikalangan istana. Amos lalu mengkritik pemerintahan Yerobeam II yang mendatangkan penderitaan bagi rakyat terutama kaum miskin. Pada masa itu terjadi berbagai kekerasan, ketidakadilan sosial yang menyebabkan Amos menyampaikan nubuatannya kepada para elit atau penguasa di sana, bahwa Allah akan mengadakan peperangan dan pembalasan atas mereka sebagai akibat dari tindakan penindasan yang mereka lakukan terhadap masyarakat miskin dan mengubah semua pesta pora mereka menjadi ratapan kematian.
             Dalam rangka mengikuti panggilan Allah, Amos pergi ke Betel, tempat tinggal raja Yerobeam II dan pusat agama yang dibanjiri para penyembah. Di sanalah Amos dengan berani memberitakan berita keadilan, kebenaran dan hukuman ilahi karena dosa kepada umat yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan Tuhan kepada mereka. Hal ini supaya mereka dapat sadar kembali akan apa yang telah mereka lakukan.
            Amos memberitakan sesuatu yang baru bagi Israel, yaitu Allah akan menghukum bangsaNya; hari Tuhan bukanlah suatu hari keselamatan bagi Israel, melainkan hari pengadilan dan penghukuman. Namun ia malah diusir dari Betel, karena dianggap sebagai “pelihat’ yang mau mencari keuntungan atau bayaran dengan cara bernubuat. Apa yang dinubuatkan Amos, memang benar-benar terjadi. Dua tahun sesudah nubuatannya terjadi gempa bumi dan beberapa tahun kemudian, pada thn 722 BCE Israel Utara benar-benar hancur ditangan penguasa Assyria dibawah pemerintahan Sargon II.
Ditengah masyarakat yang seperti itulah Amos harus menyampaikan kebenaran firman Allah bahkan keadilan Allah.

             Sahabat Kristus......
Setiap kita, sadar atau tidak sadar bahwa kita mempunyai suatu tugas dan tanggungjawab yang besar, yang diberikan Tuhan kepada kita. Tugas dan tanggungjawab tersebut adalah kita dipanggil atau dituntut untuk menjadi orang Kristen yang mau menyuarakan suara “kenabian” di tengah-tengah kehidupan bersama atau masyarakat, seperti yang dilakukan Amos dan Martin Luther King, jr.
Menyuarakan suara “kenabian” berarti kita menyuarakan apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Menyampaikan suara “kenabian” kita tidak harus menjadi seorang hamba Tuhan, pendeta, pekabar injil atau seorang nabi, seorang yang pandai bernubuat, fasih berkhotbah dan sebagainya, baru kita mau menyuarakan suara “kenabian.” Suara “kenabian” tersebut dapat kita sampaikan lewat perbuatan dan pekerjaan kita sehari-hari yang mendatangkan berkat bagi orang lain, artinya kita bukan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ketika kita menciptakan keadilan, ketika kita mengasihi orang lain, ketika kita berbuat benar, ketika kita menghargai orang dan lain sebagainya, maka kita telah menyerukan suara “kenabian.”
            Suara kenabian tidak hanya kita sampaikan  bagi orang lain saja, tetapi suara kenabian itu juga diarahkan bagi diri kita sendiri. Misalnya, ketika kita melakukan sesuatu dan membuat kesalahan pada orang lain dan kita menyadari hal itu serta kita mau merubahnya, maka saat itu kita telah mendengarkan suara “kenabian” bagi diri pribadi kita.
            Suara kenabian juga tidak hanya bagi diri kita sendiri saja, tetapi bagi orang lain. Hal ini dapat kita lakukan pertama-tama dalam keluarga kita; ketika dalam keluarga kita terjadi ketidakadilan seperti orang tua yang terlalu otoriter, pilih kasih dalam memberikan kasih sayang kepada anak, kekerasan dalam rumah tangga (suami yang kurang menghargai istri atau sebaliknya), anak yang kurang mendengarkan nasihat orang tua, sesama saudara yang kurang menghargai atau saling mengasihi dan lain sebagainya, maka kita harus berani untuk menyampaikan suara kenabian sehingga kita dapat hidup dalam damai sejahtera Allah. Baru setelah itu, kita dapat menyampaikan suara kenabian itu dalam kehidupan bermasyarakat atau orang lain.
  
Sahabat Kristus......
Lewat pembacaan kita hari ini, kita dingatkan kembali oleh Tuhan supaya kita mau menerima dan melaksanakan panggilan kita (sama seperti Amos & Martin luther king, jr.) yaitu menyerukan suara “kenabian”dan jangan takut untuk melakukan  hal tersebut, sebab Tuhan, Dia yang memberikan tugas dan tanggungjawab tersebut akan senantiasa menyertai kita, sehingga kita dimampukan untuk melakukan hal tersebut. Kalau kita dipanggil untuk memberitakan kebenaran Allah bagi sesama kita, maka kita harus melakukannya. Panggilan itu harus kita terima dan kita lakukan sebagai rasa syukur kita atas anugrah keselamatan yang telah diberikan Tuhan kepada kita.
Pertanyaan bagi kita semua, apakah kita mau menerima panggilan Allah untuk menyampaikan suara “kenabian” di tengah kehidupan kita? Allah memakai kita bukan karena kemampuan yang kita miliki, tetapi Allah mau memakai setiap kita yang mau bersedia memberikan dirinya dipakai sebagai penyambung lidah Allah.
     Selamat berkarya dan biarkanlah Allah memakai kita semua untuk menyampaikan suara kenabianNya. Tuhan Memberkati kita semua….




           

















Selasa, 25 Agustus 2015

Memuliakan Tuhan Dengan Hidup Berkenan Kepada-Nya

Kolose 3:12-17

Ayat 12 :
"Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran."

Ayat 17 :
"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita."

1.      Pendahuluan
J     Apa yang terlintas dipikiran kita ketika mendengar kata ”memuliakan Tuhan?” Biasanya memuliakan Tuhan itu berarti memuji kebesaran Tuhan/ mengagungkan Tuhan melalui puji-pujian yang kita dendangkan (kalau orang bernyanyi dianggap dia sedang memuliakan Tuhan), ungkapan syukur ( tak kala orang tak henti-hentinya mengalami & mengagumi karya Tuhan dalam hidupnya). Hal ini tentu saja benar. Namun, Firman Tuhan hari ini lebih jauh bersabda kepada kita sekalian, dalam memuliakan Tuhan, yang harus kita lakukan adalah hidup berkenan di hadapanNya . Ini yang paling penting dan utama.

J      Mengapa kita harus memuliakan Tuhan dengan hidup berkenan di hadapanNya?

2.      Isi
J    Firman Tuhan berkata dengan tegas di ayat yang ke 12 : “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah  yang dikuduskan dan dikasihiNya.”
Sebagai orang-orang yang telah dipilih Allah, yang kemudian dikuduskan (karena kita adalah orang-orang berdosa) oleh karena Dia begitu mengasihi kita, maka yang menjadi tujuan hidup, tidak hanya bagi jemaat di kota Kolose pada waktu, tetapi bagi kita saat ini adalah hidup untuk memuliakan Tuhan.

J   Sejujurnya kita sangat menyadari diri sebagai umat yang terpilih, tetapi pada sisi lain ternyata kita tidak selalu mampu menghargai keterpilihan kita dengan pola hidup yang berkenan kepada Allah.
Lebih lanjut, rasul Paulus mengingatkan setiap orang percaya, dalam 1 Kor 6:20 yang bersabda “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas di bayar: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.“

J      Hidup memuliakan Tuhan! Kita harus hidup memuliakan Tuhan! Adalah slogan-slogan yang sering tercetus dari bibir orang Kristen. Ada banyak diantaranya yang berpikir bahwa itu dilaksanakan hanya melalui nyanyian. Sesungguhnya ini hanyalah salah satu cara kita memuliakan Tuhan, karena yang Tuhan inginkan bukanlah sekedar kata-kata yang keluar dari bibir mulut, namun seluruh tubuh kita (keberadaan kita) yang memberlakukan kehendak Tuhan yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui pikiran, tutur kata dan perbuatan kita.

J    Tuhan menciptakan manusia bukan supaya manusia hidup dan berbuat sekehendak hatinya. Tuhan menciptakan manusia supaya manusia tahu, ia harus memuliakan Allah Pencipta. Inilah tujuan kita diciptakan

J     Arti memuliakan Tuhan dengan hidup berkenan kepadaNya merupakan tujuan hidup yang paling asasi. Memuliakan Tuhan berarti umat percaya mampu meninggalkan segala kepentingan, kecenderungan dan motivasi untuk mempermuliakan diri sendiri.

J     Tindakan memuliakan Allah berkaitan dengan perubahan karakter. Selama karakter kita masih mengenakan pola dan sistem yang duniawi, yang berorientasi pada diri kita; pada kehendak kita, maka kita akan sulit untuk melakukan kehendak Tuhan. Itu sebabnya di Kol. 3:12 rasul Paulus memanggil agar setiap umat percaya bersedia mengenakan pola hidup yang baru sebagaimana yang telah dilakukan oleh Kristus, yaitu: kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.  Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian”.


v   Hidup berkenan di hadapan Tuhan berarti :

                                i.      Berbelas kasihan.
Satu hal yang dibutuhkan oleh dunia kuno pada waktu itu adalah belas kasihan. Penderitaan binatang tidak ada bandingannya dengan penderitaan manusia pada zaman itu. Orang lumpuh dan orang sakit disingkirkan begitu saja. Orang yang lanjut usia sama sekali tidak mendapatkan perawatan. Orang bodoh dan miskin diperlakukan sewenang-wenang. Namun kekristenan membawa belas kasihan ke dalam dunia ini.
Aplikasi :
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga telah menunjukan belas kasihan kepada mereka yang terluput dari perhatian dan terasing dari kehidupan kita? Misalnya mengunjungi orang tua yang kesepian di panti jompo, melakukan tindakan kemanusian melalui pendampingan terhadap mereka yang di rehabilitasi oleh karena penggunaan obat terlarang atau penderita HIV? Atau menolong mereka yang sangat membutuhkan bantuan kita meskipun orang lain tidak peduli dengan hidup mereka?  

                             ii.       Kemurahan (khrestotes)
Para pujangga kuno mendefinisikan hal ini sebagai kebajikan manusia yang menganggap milik sesamanya sama pentingnya seperti miliknya sendiri.
Aplikasi :
Menganggap orang lain menjadi bagian yang patut mendapatkan apa yang baik sebagaimana kita juga mengharapkan yang terbaik untuk diri kita. Ketika ada teman atau rekan kerja yang meminta bantuan kita, kita dengan suka rela menolongnya semaksimal mungkin tanpa menuntut imbalan atau memikirkan apa yang bakalan kita dapat nanti.

                           iii.       Kerendahan hati
Rendah hati didasarkan atas dua hal. Pertama, pada sisi ilahi, sikap rendah hati di dasarkan atas keberadaan diri manusia sebagai makhluk ciptaan dan Allah adalah sang pencipta. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk mengandalkan apa yang ada pada diri kita karena semuanya itu tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan. Kedua, pada sisi manusiawi, sikap rendah hati didasarkan atas keyakinan bahwa semua manusia adalah anak-anak Allah, sehingga tidak ada lagi kesombongan ketika kita hidup berdampingan dengan mereka.
Aplikasi :
Hendaklah kita senantiasa mau hidup rendah hati dengan memperlakukan orang lain dengan penuh rasa hormat, tidak menganggap diri kita lebih baik dari orang lain sehingga kita pantas untuk mengatakan hal-hal yang dapat menyinggung perasaan orang tersebut dsb.

                            iv.       Kelemahlembutan
Orang yang lemah lembut adalah orang yang dapat mengendalikan diri, tahu kapan ia harus marah dan kapan ia tidak boleh marah.
Aplikasi :
Seringkali kita sulit untuk bersikap lemah lembut apalagi jika tutur kata dan perbuatan kita sehari-hari selalu di warnai dengan nada tinggi (faktor budaya, dsb), kasar bahkan gampang naik tangan. Oleh karena itu kita harus belajar untuk lebih mengendalikan sikap kita sehingga tidak melukai perasaan orang lain. Berpikirlah sebelum bertindak.

                               v.      Kesabaran
Ini adalah semangat yang tak pernah kehilangan kesabarannya terhadap sesama manusia. Orang yang memilikinya tak pernah sinis ataupun putus asa walaupun menghadapi situasi/ kondisi yang sulit serta orang-orang yang membuat kita kadangkala kehilangan kesabaran; sikap yang menyakiti dan perbuatan jahat mereka tidak akan pernah mendorong orang yang sabar untuk terluka dan marah. Kesabaran manusia adalah pantulan/ pancaran dari kesabaran ilahi, yang mau mengampuni dosa kita tanpa memperhitungkan ataupun mengingat2 kesalahan kita.
Aplikasi :
Meskipun orang di luar sana seringkali membuat kita marah dsb, tapi biarlah kita tetap sabar menghadapinya bahkan tetap menampilkan senyuman yang indah sehingga mampu membuat orang lain merasakan kedamaian di hatinya.

                            vi.      Mengampuni
Mengampuni adalah sikap yang dasarnya adalah karena Allah telah memberi pengampunan kepada kita, maka sudah sepantasnyalah kita juga mau untuk mengampuni orang lain yang berbuat kesalahan kepada kita.
Aplikasi :
                            Mau mengampuni orang lain yang pernah menyakiti kita, meskipun kita benar
                             
J       Kasih yang menjadi dasar dari semua yang kita lakukan
Memuliakan Tuhan harus kita dasari dengan kasih sehingga kita melakukannya bukan dengan terpaksa namun dengan sepenuh hati karena kita mengasihi Tuhan yang sudah memilih dan menguduskan kita

J     Biarlah perkataan Kristus tinggal di dalam kita, maka damai sejahtera yang dari Tuhan kita Yesus Kristus senantiasa tinggal di dalam kita.
           

3.      Penutup
            
J     Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Apakah hidup kita sudah memuliakan Tuhan dengan hidup berkenan di hadapannya? Tuhan ingin kita menjalankan kehidupan ini dengan merujuk kepada kehendakNya bukan pada kehendak kita. 
J      Biarlah kita senantiasa memuliakan Tuhan dengan hidup penuh belas kasih, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran dan pengampunan sehingga hidup kitapun berkenan di hadapanNya. Tuhan memberkati kita semua. Amin