Minggu, 26 Juli 2020

HIDUP SEBAGAI WARGA KERAJAAN SORGA (MAT 13:31-33, 44-52)

Kerajaan Allah Sudah Ada Di Antara Kita (Siraman Rohani, 10/11 ...


Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Kita adalah orang-orang yang berkewarganegaraan rangkap (bipatride) atau dwi kewarganegaraan. Seseorang dikatakan memiliki kewarganegaraan rangkap oleh karena ia memiliki status yang sah secara hukum atau aturan di dua negara atau lebih. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita adalah warga negara Indonesia yang sah dibuktikan melalui akta kelahiran dan kartu tanda penduduk. Tetapi dalam kehidupan beriman atau bergereja, kita juga adalah warga Kerajaan Sorga atau Allah yang disahkan melalui baptisan Kudus dan Akta Baptisan. Sebagai warga negara Indonesia, ada sejumlah aturan-aturan dan prinsip hidup yang harus kita taati bersama sehingga kita dikatakan sebagai warga negara yang baik. Demikianpula halnya kita sebagai warga Kerajaan Sorga ada sejumlah aturan-aturan dan prinsip-prinsip hidup yang harus kita lakukan atau terapkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah dunia ini sehingga kita dapat dikatakan sebagai warga Kerajaan Allah yang sungguh berkenan di hadapanNya. Berbicara tentang status kita sebagai warga Kerajaan Sorga bukan semata-mata berbicara tentang nanti atau yang akan datang, sehingga kitapun lalu menerapkan standar hidup yang berlaku di dunia ini melainkan hal itu juga sudah datang atau dinyatakan dalam kehidupan kita saat ini (Mat. 12:28). Karena itu apa yang menjadi aturan dan prinsip hidup sebagai warga Kerajaan Sorga harus dilakukan saat ini di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu apa aturan dan prinsip hidup yang harus kita lakukan dan terapkan di tengah kehidupan kita saat ini sebagai warga Kerajaan Sorga? Hal ini dapat kita temukan melalui perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 13:31-33, 44-52.


Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………

1.       Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi (Ay. 31-34).
                   

 Ayat 31-32 : 
Biji sesawi adalah biji yang paling kecil dari segala jenis biji-bijian yang ada; besarnya hanya 1      mm/seukuran kepala jarum pentul dan beratnya seperseribu gram. Tetapi jika benih ini tumbuh, maka ketinggiannya dapat mencapai 2m- 3m, melebihi tanaman sayuran lainnya, bahkan dapat menjadi pohon, sehingga burung-burung dapat bersarang diatasnya. Demikian pula halnya dengan Kerajaan Sorga. Yesus memulai pemberitaan dan pengajaran tentang Kerajaan Sorga dari sesuatu yang kecil/ sederhana, dimana Ia memulai pelayanan dari desa yang terpencil, dari perkampungan di Galilea, metode pelayanan yang tampak sederhana (berjalan kaki dari kampung yang satu ke kampung yang lain), Ia berkhotbah di kepada orang banyak, murid-Nya pun hanya 12 orang. Semuanya itu kelihatan sebagai “suatu biji sesawi” saja. Tetapi pada akhirnya sekalipun pemberitaan tentang Kerajaan Sorga itu dimulai dari sesuatu yang kecil/ sederhana, dengan jumlah pengikut-Nya yang masih sedikit, namun dikemudian hari menjadi lebih besar, yang ditandai dengan semakin banyak orang-orang yang tertarik dengan pemberitaan Yesus. Bahkan pemberitaan tersebut membawa orang-orang dari segala penjuru dunia untuk masuk/ ambil bagian dalam Kerajaan Sorga (seperti burung-burung yang datang bertengger di atas pohon sesawi). Pekerjaan Yesus yang dimulai dari pelayanan kecil di kampung Galilea, telah menyebar luas hingga ke seluruh dunia. Dari jaman Yesus hingga masa kini, pengikut Kristus semakin bertambah; kekristenan telah berkembang dengan cukup pesat sehingga menjadi salah satu agama besar di dunia. 

Ayat 33 :   
Ragi adalah sesuatu yang sering dipakai oleh perempuan di Palestina untuk membuat roti, demikian juga perempuan dalam bacaan kita saat ini, dimana dikatakan bahwa ia memasukan sedikit ragi ke dalam 3 sukat ( 1 sukat 12 liter; 3 sukat berarti ± 36 liter) tepung sehingga adonan tersebut menjadi khamir (artinya mengembang) seluruhnya. Walaupun ragi itu sedikit saja kalau dibandingkan dengan tepung yang banyak itu, namun pada akhirnya ragi itu “menang,” sehingga adonan tersebut menjadi khamir seluruhnya. Demikian pula halnya dengan Kerajaan Sorga, sekalipun pemberitaan-Nya dimulai dari sesuatu yang kecil (dari kampung yang sederhana), namun pada akhirnya pemberitaan itu memberi dampak bagi orang banyak di Palestina bahkan hingga ke kota-kota (Galilea-Yudea dan sekitarnya). Pemberitaan tentang Kerajaan Sorga telah membawa pertobatan dan sukacita bagi banyak orang; ajaran Yesus telah membawa perubahan besar bagi kehidupan orang banyak pada waktu itu hingga saat ini.

Ay. 34-35 : 
Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan tentang Kerajaan Sorga? Supaya genaplah apa yang dikatakan Firman melalui nabi bahwa “Yesus akan menyingkapkan apa yang tersembunyi, hal tentang Kerajaan Sorga dengan suatu perumpamaan.”

Dari perumpamaan tersebut kita diajarkan bahwa : 
a.   Sesuatu yang dimulai dari hal-hal yang kecil atau sederhana, jika dilakukan dalam terang Firman Allah, maka dikemudian hari ia akan berdampak besar. Misalnya di rumah, seorang anak yang sudah diberi tanggung jawab kecil membantu pekerjaan orang tua (sapu rumah, pel, cuci piring dll), maka ketika kelak ia dewasa ia menjadi seorang anak yang mandiri.
b.   Sesuatu yang kecil, mampu mengubahkan hal-hal disekitar; pemberitaan tentang Firman/ ajaran Kristus kepada orang lain, mampu mengubahkan hidup orang-orang yang mendengarkannya. Misalnya kita mendengar renungan, lalu kita bagikan renungan itu melalui sosial media (wall di FB dsb) atau pesan singkat (sms, whatsapp dsb), sehingga orang yang membacanya semakin dikuatkan, diteguhkan dan diberkati Tuhan.

Ingatlah seperti biji sesawi dan ragi, sekalipun kecil, namun memiliki dampak yang luar biasa bagi banyak orang. Sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan, selama itu berkenan dan menyenangkan hati Tuhan, lakukanlah itu agar banyak orang yang merasa diberkati hidupnya.

2.       Perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga (Ay. 44-46).
Perumpamaan tentang harta yang terpendam dan mutiara yang berharga sering dianggap sebagai “Perumpamaan-perumpamaan kembar” karena memiliki makna yang sama. Kedua perumpamaan ini berbicara tentang “makna” Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga yang dimaksud bukanlah suatu kerajaan yang bersifat politis-geografis, tetapi lebih menyangkut kepada suatu “Keadaan” dan tanda-tanda dari Kerajaan Sorga yaitu ketika ada “Kasih, Sukacita dan Damai Sejahtera.” Kerajaan Sorga itu sudah dekat (Mat. 4:17) bahkan berada di tengah-tengah manusia (Luk 17:21).

Waktu berbicara dengan murid-murid-Nya, Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Sorga itu seperti harta yang terpendam di ladang (Ay. 44). Pada zaman Yesus orang-orang Yahudi lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bentuk barang berharga (seperti emas, perak dll dari pada menginvestasikan uangnya untuk membeli rumah. Di Palestina sering terjadi perang karena itu mereka sering berpindah-pindah, sehingga kurang efisien jika harus menghabiskan uang untuk membeli rumah). Barang berharga tersebut tidak di simpan di rumah karena takut ketahuan atau mudah diambil orang. Karena itu biasanya sang pemilik akan menyembunyikannya di ladang mereka, sehingga tidak mudah diketahui atau diambil oleh orang lain. Barang-barang tersebut umumnya dimasukan di dalam sebuah gucci karena lebih aman lalu dikuburkan di dalam tanah. Pemilik tersebut akan membuat sebuah tanda dimana letak harta tersebut sehingga sewaktu-waktu apabila ia ingin mengambil atau memindahkannya ke tempat lain, ia dengan mudah menemukannya. Namun yang jadi persoalan adalah kalau sang pemilik itu akhirnya meninggal dunia, maka harta tersebut akan berada selamanya di dalam ladang tersebut, karena tidak ada seorangpun yang tahu keberadaannya. Namun suatu hari tanpa disengaja seseorang menemukan harta tersebut. Orang yang menemukan harta tersebut bukanlah pemilik ladang itu, karena itu ia mengembalikan harta tersebut ditempat semula. Mengapa ia tidak langsung membawa harta tersebut ke rumahnya? Mengapa ia kembali memendamkannya atau menguburkannya kembali? Hal ini karena adanya hukum Yahudi yang berlaku. Apabila seseorang menemukan sesuatu yang berharga di ladang orang lain, maka secara hukum ia harus menyerahkan sesuatu yang berharga itu kepada pemilik ladang atau keluarga dari pemilik ladang tersebut. Tetapi apabila ia ingin memiliki harta tersebut, maka pertama-tama yang harus dilakukannya adalah membeli ladang tersebut sehingga ia menjadi pemilik yang sah dari harta tersebut. Karena itu orang tersebut dengan hati yang penuh sukacita, ia kembali ke rumah, menjual segala sesuatu yang dimilikinya, lalu dengan uang tersebut ia membeli ladang itu, sesuatu yang jauh lebih berharga dari apa yang semula dimilikinya. Dengan demikian dimata hukum Yahudi ia menjadi pemilik yang sah dari ladang itu, termasuk harta yang terpendam di dalamnya.
     
Hal Kerajaan Sorga itu juga seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Ketika ia menemukannya, ia rela menjual segala yang dimilikinya untuk dapat membeli mutiara yang berharga itu. Pada zaman Yesus, adalah hal yang biasa jika seorang pedagang rela menjual harta miliknya demi mendapatkan sebuah mutiara yang sempurna, yang amat berharga. Karena itu perumpamaan ini juga sangat kena mengena dengan kehidupan masyarakat Palestina pada zaman Yesus.

      Lalu apa arti atau makna dari kedua perumpamaan tersebut?
Makna dari kedua perumpamaan tersebut yaitu bahwa Kerajaan Sorga itu lebih berharga dari pada segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini. Kerajaan Sorga itu patut untuk dicari, dan ketika kita menemukannya akan membawa sukacita besar bagi kita yang menemukannya. Tidak hanya itu, kita juga bahkan bersukacita untuk melepaskan sesuatu yang selama ini kita anggap berharga untuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga dan tentunya kita harus memiliki daya juang atau semangat yang sungguh-sungguh untuk menemukan sesuatu yang berharga itu.

Dalam menjalani kehidupan ini, apa yang menjadi prioritas utama kita? Banyak orang lebih senang menghabiskan hidupnya untuk mencari kesenangan duniawi, menimbun pundi-pundi kekayaannya, sibuk dengan pekerjaan dsb daripada mencari Kerajaan Allah (Baca. Mencari Tuhan dan Kebenaran FirmanNya). Sebagai orang percaya apa yang kita cari saat ini? Firman Tuhan katakan dalam Mat 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”  Carilah Tuhan dan lakukanlah FirmanNya, jadikanlah Ia harta yang terpendam dan mutiara yang berharga dalam hidup kita. Teruslah berjuang dalam kesungguhan hati dan kesetiaan untuk menemukan Kerajaan Sorga itu.

3.       Perumpamaan tentang pukat (Ay. 47-52).
Hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat (jala besar) yang dilabuhkan nelayan di laut (danau Galilea) sampai akhirnya penuh ikan. Para nelayan menyeret jala yang penuh ikan tersebut ke pantai dan memilih ikan-ikan itu. Mereka memilih ikan-ikan yang baik lalu diletakan dalam pasu (bak/tempayan penyimpanan ikan) dan membuang ikan-ikan yang tidak baik kembali ke danau, misalnya ikan-ikan yang tidak bersisik seperti ikan lendong, yang menurut hukum Taurat, tidak boleh dimakan.

Perumpamaan tersebut menggambarkan tentang tugas dari murid-murid Yesus di tengah dunia. Dalam Mat 4:19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Sekarang murid-murid telah menjadi penjala manusia. Sebagai penjala manusia, mereka hendak “menangkap” orang-orang bagi Kerajaan Sorga/ Kerajaan Allah lewat pelayanan di tengah dunia dan gereja. Ketika mereka melakukan tugas dan pelayanannya, mereka tidak boleh berpikir bahwa mereka hanya akan menangkap “ikan-ikan yang baik saja” yang menunjuk kepada orang-orang yang mau menerima dan taat kepada Kristus saja, tetapi juga mereka harus sadar bahwa di dalam pelayanan ini ada juga “ikan-ikan yang tidak baik atau yang tidak berguna,” yang menunjuk kepada orang-orang yang tidak baik atau yang jahat, yang menolak Injil Kerajaan Sorga. Mereka harus sadar bahwa di dunia ini ada orang yang baik dan ada orang yang jahat. Di gerejapun demikian, ada orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan dan ada juga yang acuh tak acuh dengan kehidupan bergereja. Dan tidak ada seorangpun diantara kita yang selalu dapat menentukan dengan pasti siapa anggota jemaat yang sungguh-sungguh taat terhadap perintah Tuhan dan juga siapa yang tidak. Tetapi apabila hari penghakiman itu tiba, yaitu pada akhir zaman, maka para malaikat Tuhan akan memisahkan orang-orang benar dan orang-orang yang jahat; orang-orang yang baik akan dikumpulkan dalam Kerajaan Sorga sedangkan orang-orang yang jahat akan dicampakkan ke dalam dapur api yaitu neraka. Di tempat itu akan terdapat banyak sekali ratapan dan kesengsaraan (bdkn. dengan perumpamaan lalang di antara gandum). Karena itu kita yang hidup pada masa kini, tidak perlu mencemaskan diri dengan berusaha mengetahui siapa yang baik dan siapa yang tidak baik karena Allah sendirilah yang akan mengadili manusia. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah teruslah hidup seturut dengan kehendak Tuhan sehingga kita menjadi “ikan-ikan yang baik.”

Setelah menyampaikan perumpamaan tersebut Yesus bertanya kepada murid-muridNya apakah mereka telah mengerti semua perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Sorga, yang telah Yesus sampaikan yang terdapat dalam Mat pasal 13. Merekapun menjawab “Ya, kami mengerti.” Sesudah mereka menjawab bahwa mereka telah mengerti, maka Yesus berkenan memberi kepada mereka sebuah gelar yang indah; Ia menyebut mereka “Ahli-ahli Taurat,” yang telah menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga.” Pada zaman itu, “Ahli Taurat” adalah gelar yang dipakai bagi para pengajar agama/ guru agama (Yunani : grammateus), yang berarti ahli dalam Kitab Suci. Murid-murid Yesus adalah pengajar agama, malahan menjadi pengajar agama yang lebih pandai daripada ahli Taurat Yahudi, karena murid-murid itu sudah menerima pengajaran langsung dari Yesus sendiri.

Yesus memperbandingkan murid-muridNya dengan “seorang tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” Perbendaharaan berarti tempat menyimpan persediaan. Di sini persediaan yang lama menunjuk kepada “Penyataan Allah yang telah diberikan dalam Perjanjian Lama” dan persediaan yang baru menunjuk kepada “Penyataan Allah yang baru, yang dibawa oleh Yesus Kristus.” Jadi murid-murid Yesus dalam tugas dan pelayanannya untuk mengajar agama atau menyampaikan kabar baik, tidak boleh melupakan ajaran yang ada di dalam Perjanjian Lama dan juga tidak boleh melupakan ajaran di dalam Perjanjian Baru yang telah diajarkan Yesus. Sebagai Sang Guru, Yesus juga tidak pernah melupakan ajaran-ajaran yang terdapat di dalam perjanjian lama. Sebaliknya Ia justru menggenapinya (baca Mat 5:17).

     Perumpamaan diatas mengingatkan kepada kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan dan Gereja Tuhan, bahwa dalam melayani Tuhan, kita akan menemukan orang yang mau menerima Firman Tuhan serta melakukannya dan orang yang menolak Firman Tuhan atau yang berlaku jahat. Jangan pernah merasa putus asa, kecewa, lelah dan berhenti untuk mewartakan sabda Tuhan, tetapi teruslah berkarya bagi Tuhan sampai akhir zaman. Dan jika saat ini “Penjala-penjala manusia” itu sedang datang menjala kita (melalui ibadah rumah tangga/ PART dll), sudah siapkah kita menjadi ikan-ikan yang baik, yaitu ikan-ikan yang menjadi berkat bagi seluruh umat manusia?


Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
   Melalui Firman Tuhan yang disampaikan kepada kita hari ini, maka sebagai warga Kerajaan Sorga/ Kerajaan Allah, maka marilah kita hidup sesuai aturan-aturan dan prinsip-prinsip hidup yang telah disampaikan Yesus kepada murid-murid pada waktu itu dan kepada kita saat ini. Aturan-aturan dan prinsip-prinsip hidup itu harus kita nyatakan atau terapkan saat ini di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga kita menjadi alat Tuhan yang senantiasa menghadirkan tanda-tanda kerajaan Alah di tengah dunia ini. Tuhan memberkati. 

Bahan Khotbah GKS Jemaat Puu Naga
Minggu, 26 Juli 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol 

ALLAH MEMBERI TULAH : AIR MENJADI DARAH (KEL 7:14-25)

Komik Alkitab Anak: 10 Tulah


           Salah satu tindakan Allah ketika manusia menolak untuk mengikuti perintah dan kehendak-Nya adalah Ia menurunkan tulah (hukuman) dan air menjadi darah adalah salah satu dari sepuluh tulah yang ditimpakan Allah kepada orang Mesir oleh karena mereka tidak mau mendengarkan dan mengikuti Firman Allah. 

           Pada waktu itu berfirmanlah Allah kepada Musa agar ia pergi menemui Firaun. Pertemuan itu tidak lagi terjadi di istana raja melainkan di dekat sungai Nil. Mengapa Allah menyuruh Musa untuk pergi menemui Firaun di sungai Nil? Sebab Allah akan menurunkan tulah kepada orang Mesir dimana air yang ada di sungai Nil akan berubah menjadi darah sehingga Firaun dan seluruh penduduk Mesir melihat dan mengakui bahwa Dialah Allah yang berkuasa (Ay.17). Maka pada waktu pagi Musapun bersama-sama dengan Harun kakaknya pergi ke sungai Nil dan menunggu Firaun di sana. Seperti biasa Firaun pun pergi berjalan-jalan ke sungai Nil atau bahkan mungkin Firaun pada saat itu hendak mandi di sungai Nil (seperti yang dilakukan oleh puteri-puteri Firaun lainnya). Ketika Musa dan Harun melihat bahwa Firaun ada di sungai Nil, maka Harunpun mengangkat tongkatnya (tongkat ini yang semula juga dibawa ketika bertemu dengan Firaun di istananya, yang mana tongkat ini berubah menjadi ular) dan memukul air yang ada di sungai Nil. Maka air yang ada di sungai Nil bahkan yang mengalir ke seluruh negri Mesir berubah menjadi darah (berwarna keruh kecoklatan) sehingga menimbulkan bau busuk di seluruh negri Mesir dan ikan-ikan yang ada di sanapun mati. Akibatnya orang Mesir tidak lagi dapat meminum air yang mengalir dari sungai Nil sebab air itu telah berbau busuk. Hal ini terjadi seperti yang difirmankan Allah kepada Musa dan Harun. Tetapi para ahli Mesir juga membuat hal yang demikian dengan ilmu-ilmu mereka sehingga hati Firaunpun tetap tidak mau mendengarkan Firman Allah untuk melepaskan umat Israel keluar dari tanah Mesir. Hati Firaun berkeras untuk tidak menuruti perintah dan kehendak Allah tersebut. Maka Allah membiarkan hal ini terjadi selama tujuh hari atau seminggu penuh. Dengan adanya tulah ini, orang Mesir menderita oleh karena sumber air yang selama ini mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari untuk sementara waktu tidak dapat mereka gunakan. Pertanyaannya adalah mengapa Allah mengubah dan menempatkan : Air menjadi darah sebagai tulah yang pertama daripada tulah-tulah yang lain? Air adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia dan sangat penting bagi keberlangsungan hidup. Demikian pula halnya bagi orang Mesir. Dengan adanya tulah ini, Allah hendak menunjukan kuasa-Nya yang hebat dalam kehidupan orang Mesir dan menjadikan apa yang penting bagi mereka dijadikan Allah sebagai salah satu sarana untuk “mendidik” mereka agar mau mendengar dan melakukan kehendak Allah.    

            Seringkali dalam kehidupan yang kita jalani, kita bertindak seperti yang dilakukan oleh Firaun. Tidak mau mendengar dan melakukan kehendak Allah. Hati kita dikeraskan sehingga kita tidak mau lagi memberi ruang bagi Allah untuk tinggal dalam diri kita. Alih-alih melakukan kehendak Allah, kita bahkan tidak mampu untuk mendengar suara-Nya yang datang dalam hidup kita karena kita disibukkan dengan hal-hal yang menurut kita lebih penting daripada mencari Allah. Ingatlah bahwa Allah juga dapat menurunkan “tulah” bagi kita (meskipun tidak sama seperti yang dialami oleh bangsa Mesir pada waktu itu) ketika kita tidak lagi mau mendengar dan melakukan kehendakNya.
Liturgi Ibadah

1.       Sapaan Majelis jemaat
2.       Nyanyian Pembukaan KJ 17 : 1 “Tuhan Allah Hadir”
3.       Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.       Nyanyian respon KJ 33 : 1 “SuaraMu Kudengar”
5.       Doa pelayanan Firman Tuhan
6.       Pembacaan Alkitab Rumah Tangga : Kel 7:14-25

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
       Sebagai orang tua, seringkali jika kita dapati anak-anak kita tidak mau mendengar dan melakukan perintah kita, tindakan apa yang biasanya kita lakukan terhadap mereka? Tentu kita akan menegur mereka bukan? Atau bahkan tidak hanya berupa teguran melainkan juga disertai dengan hukuman ringan misalnya anak dicubit atau bahkan dipukul. Akan tetapi sebagai orang tua perbuatan tersebut dilakukan bukan karena kita membenci anak-anak kita melainkan kita mau mendidik mereka supaya senantiasa mendengar dan mau melakukan perintah orang tua bukan? Inilah yang dilakukan Allah kepada orang Mesir ketika mereka tidak mau mendengar dan melakukan perintah Allah

         Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
       Kembali lagi Musa pergi menghadap Firaun untuk menyampaikan Firman Allah agar Firaun membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir. Allah menyuruh Musa untuk pergi menemui Firaun di sungai Nil. Maka Musa dan Harunpun pergi ke sana dan menunggu Firaun di dekat sungai Nil. Seperti biasa, Firaun pergi ke sungai Nil untuk berjalan-jalan atau bahkan mandi di sungai Nil. Pada saat itulah Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar mereka memukul air yang ada di sungai Nil tersebut dengan menggunakan tongkat yang ada. Seketika air yang ada di sungai Nil berubah menjadi darah (berwarna kecoklat-coklatan atau keruh) dan menebarkan aroma yang busuk sehingga ikan-ikan yang ada di sungai Nil semuanya mati. Bahkan orang-orang di Mesir tidak lagi dapat menggunakan air yang berasal dari sungai Nil oleh karena Allah telah menulahi mereka dengan merubah air menjadi darah. Para ahli-ahli Mesir juga dipanggil oleh Firaun dan melakukan hal itu nanun mereka tidak dapat menghindari tulah tersebut. Selama tujuh hari Tuhan menulahi orang Israel dengan tulah tersebut sehingga mereka dapat melihat dan menyaksikan bahwa Allah Israel adalah Allah yang berkuasa dan ketika manusia tidak mau mendengar dan melakukan perintahNya, maka Allah tidak segan-segan untuk menulahi mereka. Namun, meskipun Allah telah menurunkan tulah tersebut, Firaun tetap berkeras hati dengan tidak membiarkan umat Israel pergi dari negri Mesir. Kekerasan hati Firaun ini membuat bangsa Mesir harus mengalami banyak tulah (ada 10 tulah).
    (Pada bagian ini, kita dapat memperkaya penjelasan Firman Tuhan dengan melihat penjelasan perikop)

          Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
 Ketika kita tidak mau mendengar dan melakukan kehendak Allah yang datang dalam hidup kita, maka Allah tidak segan-segan untuk “mendidik” kita dengan memberikan tulah. Bahkan apa yang selama ini sangat berarti atau penting dalam hidup kita dapat dipakai Allah untuk mendidik kita agar kita lebih mementingkan kehendak Allah. Contohnya jika selama ini kita lebih mementingkan pekerjaan kita atau usaha kita daripada mencari dan melakukan kehendak Tuhan, maka Tuhan dapat memakai hal itu untuk mendidik kita dimana kita bisa saja kehilangan pekerjaan atau bahkan usaha kita bangkrut. Atau saat ini, di tengah pandemi covid-19, sesungguhnya Allah ijinkan ini semua terjadi supaya kita lebih bergantung kepada Allah bukan kepada kekuatan dan kehebatan kita. Lihat saja, meskipun kita hidup di dunia yang sudah modern dan maju ini, namun kita belum mampu untuk menyelesaikan persoalan ini bukan? Karena itu milikilah hidup yang mau selalu mendengar dan melakukan kehendak Allah di atas segala-galanya agar kita tidak mengalami yang namanya “tulah-tulah” dalam kehidupan kita saat ini, seperti yang dialami oleh bangsa Mesir beberapa ribu tahun yang lalu. Jangan sampai kita ditimpa tulah dulu baru ingat Tuhan tetapi selalu ingatlah Tuhan dalam seluruh kehidupan kita.

7.       Persembahan diiringi KJ 403 : 1 “Hujan Berkat ‘Kan Tercurah ”
8.       Doa syukur (persembahan) dan syafaat.
9.       Nyanyian penutup  KJ 417 : 1 “Serahkan Pada Tuhan”
10.   Berkat : “Semoga Allah yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan menuju terang, terus berjuang dan menyertai hidup kita, dalam pengasihan anakNya Tuhan kita Yesus Kristus serta dalam naungan dan bimbingan Roh-Nya yang Kudus tetap menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita dari saat ini sampai selama-lamanya.                                 (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)


Bahan Pembacaan Alkitab Rumah Tangga
GKS Jemaat Puu Naga
Rabu - Jumat, 29-30 Juli 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol


MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH (KEL 6:27-7:13)

Article | HM MINISTRY

           Dalam menjalani kehidupan ini, ada banyak hal yang dapat membuat kita merasa kuatir, cemas, bimbang, takut, merasa tidak berdaya, putus asa dan bahkan kehilangan keberanian untuk menghadapi atau melakukan hal tersebut. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketika kita merasa tidak mampu dan bahkan tidak berdaya menghadapinya. Alih-alih lari dari semua hal itu, kita justru seolah-olah “dipaksa” untuk harus menghadapinya. Apalagi jika kita tahu bahwa apa yang akan kita lakukan atau kerjakan tersebut ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang kita harapkan atau yang kita inginkan. Inilah yang dihadapi Musa pada waktu itu, ketika Allah memanggil dan menyuruh dia untuk pergi kepada bangsa Israel dan bertemu dengan Firaun, menyampaikan Firman Allah agar Firaun membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir.

            Ketika Allah berfirman kepada Musa agar ia pergi dan bertemu dengan Firaun menyampaikan Firman Allah, bahwa : “Akulah TUHAN; yang akan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, Musa merasa bahwa ia tidak mampu memenuhi tugas dan panggilan Allah tersebut. Musa merasa bahwa Firaun pasti tidak akan mendengarkan apa yang akan ia sampaikan meskipun hal itu datangnya dari Allah sendiri. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Musa adalah bahwa ia seorang yang tidak petah lidahnya (tidak pandai berbicara). Hal ini kembali kita temukan di ayat 27-29. Di sini kita melihat bahwa Musa lebih fokus melihat kekurangan dirinya daripada fokus pada Allah yang berkuasa. Bukankah terkadang kitapun melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Musa? Kita lebih fokus melihat kekurangan pada diri kita daripada memaksimalkan potensi yang kita miliki? Lalu Allah menguatkan dan meneguhkan Musa, bahwa Allah telah mengangkat dia sebagai Allah bagi Firaun (artinya Musa mewakili Allah untuk memaksa Firaun menghadapi kehendak Allah dan menantang dia supaya menaatinya) dan menjadikan Harun, kakak Musa sebagai nabi bagi Musa (yaitu penyambung lidah. Di sini kata “nabi” berarti “juru bicara.” Sama seperti seorang nabi ialah juru bicara untuk Allah, demikian pula Harun akan menjadi juru bicara Musa), Ay. 1-2. Akan tetapi Allah akan mengeraskan hati Firaun sehingga ia tidak akan mendengarkan Musa dan Harun (Ay. 3) dan hal itu terbukti benar seperti yang dikatakan di Ay. 13. Mengapa Allah melakukan hal itu? Supaya Allah dapat menyatakan mujizat-mujizatNya di hadapan Firaun (hal ini dapat kita temukan dalam 10 tulah, Pasal 7:14 sampai Pasal 11) sehingga Firaun dan juga orang Mesir dapat melihat dan mengakui bahwa hanya Dialah TUHAN, ALLAH yang berkuasa, yang membawa umatNya keluar dari perbudakan di Mesir. Dengan tangan yang teracung (kuat) Allah akan membawa mereka ke negri yang telah dijanjikan Allah kepada nenek moyang Israel (Ay. 4-5). Lalu Musa dan Harunpun akhirnya melakukan apa yang dikehendaki Allah (Ay. 6). Mereka berdua pergi menghadap Firaun dan melakukan tepat seperti apa yang dikehendaki Allah. Sebagai salah satu bukti bahwa Musa dan Harun benar adalah utusan Allah, mereka melakukan mujizat di depan Firaun, dimana Harun melempar tongkatnya dan tongkat itupun berubah menjadi ular. Firaunpun tidak mau tinggal diam. Dia lalu memanggil orang-orang berilmu di Mesir dan ahli-ahli sihir untuk melakukan seperti apa yang telah dilakukan Harun. Masing-masing dari mereka melemparkan tongkatnya dan tongkat merekapun berubah menjadi ular. Tetapi tongkat Harun menelan tongkat-tongkat mereka (Ay. 9-12). Apa makna dari mujizat ini? Bahwa Allah Israel adalah Allah yang berkuasa dan tidak ada kuasa apapun di dunia ini yang sanggup untuk mengalahkan kuasa Allah tersebut, termasuk oleh orang-orang berilmu atau ahli-ahli di Mesir sekalipun (terbukti dimana tongkat Harun menelan tongkat-tongkat para ahli dan tukang sihir yang ada di Mesir). Akan tetapi walaupun Musa dan Harun telah melakukan mujizat yang pertama itu di hadapan Firaun dan Firaun sendiri telah melihat dan menyaksikannya, namun hatinya masih saja dikeraskan sehingga ia tidak mau melepaskan umat Israel. Terkadang kitapun berperilaku seperti Firaun. Walaupun Tuhan sudah menyatakan kuasa dan mujizatNya dalam hidup kita, masih saja kita mengeraskan hati dan tidak mau mendengarkan suara Tuhan tersebut. Pada saat Musa dan Harun melakukan kehendak Allah itu, umur Musa pada saat itu 80 tahun dan Harun abangnya 83 tahun. 

          Melalui perikop ini kita dapat melihat bahwa sekalipun Musa dan Harun sudah berumur cukup tua, sekalipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan tidak seperti yang diharapkan, namun mereka pada akhirnya tetap melakukan kehendak Allah itu. Meski berat dan sulit untuk dilakukan, mereka tetap mau menuruti dan melakukan kehendak Allah tersebut.

Liturgi Ibadah

1.       Sapaan Majelis jemaat
2.       Nyanyian Pembukaan KJ 355 : 1 “Yesus Memanggil”
3.       Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.       Nyanyian respon KJ 355 : 2-3 “Yesus Memanggil”
5.       Doa pelayanan Firman Tuhan
6.       Pembacaan Alkitab Rumah Tangga : Kel 6:27-7:13

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
       Salah satu pertanyaan yang seringkali ditanyakan oleh anak muda dan juga mungkin kita yang sudah lanjut usia adalah : Bagaimana saya tahu dan mampu melakukan kehendak Allah? Sebagai orang beriman atau orang percaya kita dapat menemukan apa yang dikehendaki Allah untuk kita lakukan dalam hidup ini yaitu melalui Firman-Nya dan doa kita pribadi. Namun tidak dapat kita pungkiri bahwa meskipun kita tahu apa kehendak Allah itu akan tetapi kita belum melakukannya dengan kesungguhan hati. Bahkan kita selalu beralasan bahwa karena kita ini manusia yang lemah, manusia yang terbatas, yang memiliki banyak kekurangan, yang tidak luput dari kesalahan dan pelanggaran dan lain sebagainya lalu menjadi pembenaran bagi diri kita untuk tidak melakukan kehendak Allah itu.  

          Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
       Musa adalah salah seorang yang dipanggil dan diutus Allah untuk melakukan perintahNya. Allah berfirman kepada Musa agar Musa pergi menghadap bangsa Israel dan Firaun, bahwa Allah akan membebaskan umatNya Israel dari perbudakan di Mesir dan membawa mereka ke tempat yang telah dijanjikan Allah, tempat yang berlimpah susu dan madu yaitu di tanah Kanaan. Akan tetapi Musa merasa tidak mampu untuk melakukan dan mentaati perintah Allah itu. Sebab Musa melihat dan menyadari bahwa dia adalah seorang yang tidak petah (pandai) berbicara). Alih-alih berbicara dengan Firaun, berbicara dengan orang Israel saja mereka tidak mau mendengarkan apa yang Musa katakan apalagi terhadap Firaun!! Lalu Musa menyampaikan keberatannya terhadap Allah (bc. Ay.27-29). Tetapi Allah meneguhkan Musa bahwa ia adalah orang yang dipilih dan dipercayakan menjadi utusan Allah untuk menyampaikan Firman Allah itu serta Harun, abangnya akan menjadi juru bicara Musa. Lalu untuk meyakinkan Firaun Tuhan memerintahkan Musa untuk melakukan suatu mujizat, yaitu dengan melemparkan tongkat di hadapan Firaun dimana tongkat itu berubah menjadi ular. Dan ketika mereka bertemu Firaun, keduanya melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan. Harunpun membuang tongkatnya maka seketika tongkatnya itu berubah menjadi ular. Firaun tidak mau kalah. Dengan memanggil para ahli-ahli dan tukang sihir di Mesir, merekapun melakukan tepat seperti yang dilakukan Musa dan Harun. Tetapi tongkat mereka semua ditelan oleh tongkat Harun. Hal ini menunjukan bahwa Allah lebih berkuasa daripada allah-alllah orang Mesir. Namun karena Allah telah mengeraskan hati Firaun, maka Firaun sekalipun telah melihat tanda mujizat yang dilakukan oleh utusan Allah tersebut, ia tetap tidak mau mendengarkan mereka. Ia tidak mau melepaskan umat Israel keluar dari tanah Mesir. Pada waktu itu Musa berumur 80 tahun dan Harun abangnya berumur 83 tahun ketika mereka pergi berbicara kepada Firaun seperti yang dikehendaki Allah.        (Pada bagian ini, kita dapat memperkaya penjelasan Firman Tuhan dengan melihat penjelasan perikop)

         Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Tidak hanya Musa dan Harun yang harus melakukan dan mentaati kehendak Allah dalam kehidupan mereka, tetapi kita juga sebagai orang percaya harus mau melakukan dan mentaati kehendak Allah dalam hidup kita, meskipun kehendak Allah itu terasa sulit untuk kita lakukan. Apa kehendak Allah yang terasa sulit untuk kita lakukan dan taati dalam kehidupan kita saat ini? Taat beribadah kah? Tetap setia melayani Dia kah? Tetap percaya bahwa Dia sanggup dan pasti akan menyelesaikan pergumulan hidup kita kah? Percayalah ketika Allah berfirman kepada kita agar kita melakukan kehendak-Nya Ia akan memperlengkapi dan memampukan kita untuk melakukannya. Tuhan memberkati dan memampukan kita semua.   

7.       Persembahan diiringi KJ 393 : 1 “Tuhan, Betapa Banyaknya”
8.       Doa syukur (persembahan) dan syafaat.
9.       Nyanyian penutup  KJ 400 : 1 “Kudaki Jalan Mulia”
10.   Berkat : “Semoga Allah yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan menuju terang, terus berjuang dan menyertai hidup kita, dalam pengasihan anakNya Tuhan kita Yesus Kristus serta dalam naungan dan bimbingan Roh-Nya yang Kudus tetap menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita dari saat ini sampai selama-lamanya.                                 (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)


Bahan Pembacaan Alkitab Rumah Tangga
GKS Jemaat Puu Naga
Rabu - Jumat, 22-24 Juli 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol

AKULAH TUHAN, ALLAHMU (KEL 6:1-26)

Love of God in Christianity - Wikipedia


          Kembali lagi Allah memanggil dan mengutus Musa untuk pergi menghadap Firaun, sekalipun beberapa waktu sebelumnya Firaun telah menolak untuk memenuhi kehendak Allah Israel. Dalam perikop bagian ini kita dapat melihat bagaimana Allah kembali berfirman kepada Musa untuk pergi menghadap Firaun (Ay. 1-17) dan menegaskan bahwa Musa dan Harun adalah orang yang dipilih Allah, melalui pemaparan silsilah Musa dan Harun (Ay. 18-26).

            Dalam Ay. 1-7 Allah berfirman kepada Musa dan pertama-tama Dia menyatakan nama baru, yaitu TUHAN (pada waktu Allah berfirman kepada Nuh, Ia menggunakan nama Elohim). Itu berarti bahwa tahap baru dalam kegiatan-Nya dalam kehidupan umat Israel akan mulai dan mereka akan mengenal Dia secara baru. Allah menyebut tindakan-tindakan itu dalam Firman-Nya kepada Musa. Bahwa Dia tidak hanya berjanji kepada para leluhur bangsa Israel, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tanah yang berlimpah susu dan madu, tetapi Ia juga telah mendengar erang (seruan) bangsa Israel yang diperbudak dengan hebatnya di Mesir. Karena itu Tuhan berfirman kepada Musa agar pergi menyampaikan kehendak Tuhan bahwa Ia akan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Tuhan tidak hanya membebaskan mereka tetapi Ia juga akan mengangkat bangsa Israel sebagai umat kepunyaan-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka, supaya umat Israel mengetahui bahwa Ia adalah TUHAN, Allah mereka yang berkuasa. Dengan tangan yang teracung (tangan yang kuat) Tuhan akan membawa mereka keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian seperti yang telah dijanjikan Tuhan sebelumnya kepada nenek moyang Israel. Musapun menyampaikan hal itu kepada umat Israel namun karena hebatnya penderitaan yang mereka alami di Mesir dan sampai membuat mereka putus asa, mereka tidak mendengarkan perkataan Musa tersebut (Ay.8). Lalu Tuhan memerintahkan agar Musa pergi menghadap Firaun agar ia membiarkan bangsa Israel pergi dari negrinya (Ay.9-10). Tetapi Musa sekali lagi ragu atas pemanggilan dan pengutusannya sebab ia telah pergi menemui bangsa Israel dan mereka tidak mau mendengarkan dirinya. Musa melihat hal ini sebagai sebuah kegagalan yang berasal dari dirinya karena ia tidak petah lidah (secara harfiah diartikan bibir yang tidak disunatkan; dengan demikian ia menganggap dirinya sendiri sebagai seorang yang tidak layak atau tidak siap menyampaikan atau mengucapkan Firman Allah di depan Firaun. Demikianlah Allah berfirman kepada Musa (Ay.12).

            Ayat 13-26 berisikan tentang silsilah nenek moyang Musa dan Harun. Alasan mengapa disisipkan di sini ialah untuk memperlihatkan hubungan mereka dengan umat Israel. Musa, yang mengatakan kepada umat Israel bahwa Tuhan akan melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir, dan Harun, yang akan menjadi juru bicara bagi dia di depan Firaun, sesungguhnya adalah anggota-anggota dari umat itu dan menerima pemanggilan serta kuasa dari Tuhan.

            Secara tepat Musa dan Harun berasal dari suku Lewi. Dengan demikian silsilah, yang dimulai dari anak-anak Yakub dalam urutan yang sama dengan yang terdapat pada permulaan kitab Keluaran ini (Ay.13-18), dilanjutkan hanya sampai Lewi karena keterangan lain dalam konteks ini tidak perlu. Namun yang menarik dalam daftar silsilah ini adalah istri serta keturunan Harun disebut, tetapi istri serta keturunan Musa tidak disebutkan. Hal ini dapat dijelaskan secara lebih mudah. Harun diingat orang-orang Israel sebagai nenek moyang para imam mereka, sedangkan keturunan Musa tidak memainkan peranan penting dalam peristiwa-peristiwa kemudian (dalam sejarah bangsa Israel). Melalui silsilah ini, para imam (Musa dan Harun) dihubungkan dengan peristiwa Keluaran, yaitu peristiwa yang menjadi dasar iman mereka (yaitu bangsa Israel) dan yang menyebabkan mereka dianggap sebagai imam-imam yang benar.

           Melalui kisah ini kita melihat bagaimana Allah kembali menguatkan dan meneguhkan Musa bahwa Ia adalah TUHAN, Allah nenek moyang Musa yang berkuasa. Dengan tangan-Nya Ia akan membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian sehingga umat Israel melihat dan percaya bahwa Ia adalah Tuhan dan Allah yang perkasa. Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan juga akan dinyatakan dalam kehidupan kita saat ini ketika kita juga mengalami berbagai macam penderitaan dan pergumulan hidup. Sebab Dia adalah Tuhan, Allah kita yang gagah dan perkasa.     


Liturgi Ibadah

1.       Sapaan Majelis jemaat
2.       Nyanyian Pembukaan KJ 454 : 1 “Indahnya Saat Yang Teduh”
3.       Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.       Nyanyian respon KJ 454 : 3 “Indahnya Saat Yang Teduh”
5.       Doa pelayanan Firman Tuhan
6.       Pembacaan Alkitab Rumah Tangga : Kel 6:1-26

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
       Tidak terasa bahwa kita telah sampai di pertengahan tahun 2020. Jika kita sejenak menoleh kembali kebelakang bagaimana kita melihat dan memandang kehidupan yang telah dilalui? Khususnya di tengah pandemi covid-19 ini dan wabah flu African yang membuat ternak kita mati! Adakah hidup kita terasa berat untuk dijalani? Adakah pergumulan-pergumulan yang belum terselesaikan yang membuat kita kehilangan sukacita dalam menjalani hari-hari hidup yang masih Tuhan percayakan sampai dengan saat ini?

          Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
      Ketika bangsa Israel menjadi tawanan di Mesir, kehidupan mereka penuh dengan penderitaan. Karena itu mereka berseru kepada Allah oleh karena beratnya hidup sebagai budak di negri Mesir. Lalu Allah berfirman kepada Musa untuk pergi bertemu umat Israel dan menyampaikan Firman Allah kepada mereka. Sebab, Akulah TUHAN, Allah Israel. Dengan tangan yang teracung (tangan yang kuat) Allah akan membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, dan hal ini terbukti dikemudian hari ketika Tuhan menurunkan tulah-tulah kepada bangsa Mesir sehingga akhirnya Firaun melepaskan umat Israel. Dia tidak hanya mengingat perjanjian-Nya dengan para leluhur Israel, Abraham, Ishak dan Yakub, bahwa Ia akan memberi kepada mereka tanah Kanaan, tanah yang berlimpah susu dan madu, tetapi Ia juga telah mengangkat dan menetapkan umat Israel sebagai umat pilihan-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka, supaya mereka tahu bahwa Ia adalah TUHAN, Allahmu yang telah membebaskan kamu dari perbudakan di Mesir. Lalu Musa menyampaikan Firman Allah itu kepada bangsa Israel tetapi mereka tidak mau mendengarnya karena terlalu berat beban hidup yang harus mereka pikul. Perkataan Musa sekalipun membawa penghiburan dan penguatan bagi bangsa Israel tetapi karena Firman itu belum digenapi sehingga mereka tidak mau mendengar perkataannya. Allahpun menyuruh Musa untuk pergi menghadap Firaun dan menyampaikan apa yang telah diperintahkan Allah kepada Musa. Tetapi Musa kembali meragukan pemanggilan dan perutusannya. Ia berkilah bahwa umat Israel saja tidak mau mendengarkan perkataannya apalagi jika ia pergi berbicara kepada raja Firaun? Aku ini seorang yang tidak petah lidahnya (tidak layak menjadi utusan Allah) demikian Musa berdalih. Tetapi Allah kembali meneguhkan Musa dengan menceritakan kembali silsilah Musa dan Harun saudaranya, bahwa mereka adalah bagian dari umat Allah tersebut dan karena itu mereka dilibatkan dalam rencana Allah untuk membawa dan menuntun umat Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian, tanah Kanaan. Musa dan Harun adalah orang-orang pilihan.     
(Pada bagian ini, kita dapat memperkaya penjelasan Firman Tuhan dengan melihat penjelasan perikop)

         Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Melalui perikop ini kita melihat bahwa Allah telah memperhatikan kesengsaraan umatNya dan dengan kebesaran dan kuasaNya Ia akan membebaskan dan menyelamatkan umat Israel dari segala perbudakan di Mesir. Hal yang sama juga akan dilakukan Allah dalam hidup kita. Tidak selamanya Ia membiarkan kita terus menerus ada dalam pergumulan dan penderitaan yang menekan hidup kita. Ia akan membebaskan dan menyelamatkan kita (menyelesaikan) dari segala pergumulan yang kita alami. Khususnya di tengah pandemi covid-19 ini, ia akan membebaskan dan menyelamatkan kita dari pandemi ini. Yang perlu kita lakukan adalah kita tetap percaya dan berseru kepada Dia. Sebab adalah TUHAN, Allah kita yang hebat. Tuhan memberkati kita semua.

7.       Persembahan diiringi KJ 299 : “Bersyukur Kepada Tuhan”
8.       Doa syukur (persembahan) dan syafaat.
9.       Nyanyian penutup  KJ 409 : 1 & 3 “Yesus, Kau Nahkodaku”
10.   Berkat : “Semoga Allah yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan menuju terang, terus berjuang dan menyertai hidup kita, dalam pengasihan anakNya Tuhan kita Yesus Kristus serta dalam naungan dan bimbingan Roh-Nya yang Kudus tetap menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita dari saat ini sampai selama-lamanya.                                                 (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)


Bahan Pembacaan Alkitab Rumah Tangga
Rabu - Jumat, 15-17 Juli 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol