Sabtu, 11 Juli 2020

PERGI UNTUK KEMBALI (KEL 4:18-31)


Musa Kembali ke Mesir - Suara Muhammadiyah


           Setelah perbuatannya diketahui oleh Firaun, dimana Musa membunuh salah seorang Mesir karena melakukan ketidakadilan terhadap salah seorang saudaranya yaitu orang Israel di Mesir, Musapun melarikan diri ke Midian dan tinggallah ia untuk beberapa waktu lamanya di sana. Namun Firman Tuhan datang kepada Musa agar Musa kembali ke Mesir (Ay. 19). Allah menyuruh Musa kembali ke Mesir dengan tujuan agar Musa membawa dan menuntun umat Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian yang dijanjikan Allah sebelumnya kepada nenek moyang Israel, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Karena itu Musapun memohon ijin kepada mertuanya Yitro untuk pergi ke Mesir, melihat saudara-saudaranya, yaitu kaum keluarga Musa sendiri yang masih tinggal di sana dan secara umum semua orang Israel di Mesir. Yitropun memberi ijin dan mendoakan agar Musa pergi dalam keadaan selamat. Lalu Musapun pergi bersama dengan Zipora istrinya dan Gersom anaknya (Ay.18-20).  

           Sebelum Musa berangkat ke Mesir, Allah telah berpesan kepadanya agar ia melakukan mujizat-mujizat yang telah ditunjukan Allah kepada Musa sebelumnya (Kel 3-4). Tujuannya agar Firaun percaya bahwa Allahlah yang telah mengutus Musa kepadanya. Namun Allah mengeraskan hati Firaun sehingga ia tidak melepaskan umat Allah itu sampai Allah menurunkan tulah yang dahsyat, dimana seluruh anak sulung orang Mesir akan mati (Ay.21-23). Mengapa Allah bertindak demikian? Mengapa Allah tidak serta merta melunakkan hati Firaun sehingga ia dengan mudah membebaskan umat Israel keluar dari tanah Mesir? Allah bertindak demikian sesungguhnya Allah ingin memperlihatkan kuasaNya kepada Firaun secara khusus dan juga orang Mesir bahwa Ia adalah Allah yang berkuasa dan tidak ada allah lain di dunia ini yang lebih berkuasa daripadaNya, termasuk ilah-ilah yang ada di Mesir (hal ini nampak melalui tulah-tulah yang Allah timpakan kepada bangsa Mesir).

         Akan tetapi di tengah perjalanan itu, ketika Musa dan istri serta anaknya bermalam di suatu tempat, Allah berencana membunuhnya (Ay. 24). Mengapa Allah melakukan hal itu? Bukankah Musa telah taat dan mau mengikuti perintahNya? Menurut pendapat beberapa ahli tafsir, salah satunya Dr. Robert M. Paterson dalam bukunya yang berjudul Tafsiran Alkitab : Kitab Keluaran, mengatakan bahwa dalam perjalanan itu Musa mengalami sakit dan penulis kitab Keluaran menghubungkan sakit Musa itu disebabkan karena kuasa TUHAN. Hal ini tidak terlepas dari konsep umat Israel yang mempercayai bahwa segala sakit penyakit itu terjadi karena TUHAN marah terhadap manusia yang selalu hidup dalam dosa dan karena itu penulis kitab Keluaran ini lalu menghubungkan sakit Musa tersebut dikarenakan Tuhan marah kepada Musa sehingga LAI menterjemahkan secara bebas dengan mengatakan TUHAN berikthiar membunuh Musa. Namun Zipora, istri Musa percaya bahwa Musa sakit karena baik dia maupun anaknya mereka belum sunat (Ingat bahwa pada waktu itu sunat merupakan tanda perjanjian antara Allah dengan umatNya). Karena Musa nyatalah terlalu sakit untuk disunatkan pada waktu itu, sehingga Zipora menyunatkan anaknya dengan menggunakan pisau batu (Sunat sudah ada sebelum alat besi dibuat. Dengan demikian Zipora berbuat sesuai dengan kebiasaan yang sangat kuno, yang menurutnya pisau harus dibuat dari batu untuk menyunat orang). Kulit khatan anaknya itu lalu di sentuhkan ke kaki Musa (terjemahan yang tepat adalah yaitu ditempelkan ke alat kelamin Musa; namun di sini LAI menterjemahkannya secara halus dengan mengatakan “kaki Musa”), Musa dianggap seakan-akan disunatkan. Dengan demikian maka Musa siap melayani Tuhan sebagai hamba-Nya. Lalu Musapun sembuh dan Zipora mengatakan bahwa Musa adalah “pengantin darah bagi dia” (pengantin darah adalah suatu gelar yang sangat kuno yang diberikan kepada orang yang akan menikah tetapi orang tersebut belum sunat dan karena itu dia harus disunat. Pelaksanaan sunat ini umumnya dilakukan oleh calon mertua laki-laki. Namun dalam konteks cerita ini, hal itu tidak memungkinkan sehingga Ziporalah yang melakukannya), yaitu pengantin yang sekarang telah bersunat (Ay. 24-26). Selanjutnya di Ay.27-28 diceritakan mengenai pertemuan Musa dengan Harun di gunung Allah, yaitu gunung Horeb atau gunung Sinai dan bersama-sama mereka lalu pergi ke Mesir untuk bertemu dengan para tua-tua Israel dan memberitahukan segala sesuatu yang telah difirmankan Allah kepada Musa, sehingga umat Israelpun akhirnya berlutut dan sujud menyembah Allah yang telah memperhatikan kesengsaraan mereka (Ay.29-31).        

            Melalui kisah ini kita dapat melihat bahwa meskipun Musa telah melarikan diri dari Mesir ke tanah Midian, namun Allah memanggilnya kembali agar Allah dapat melaksanakan rencanaNya membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Mari kita belajar seperti Musa, sekalipun ia telah pergi namun ia kembali untuk melaksanakan rencana Allah bagi umatNya. Tuhan berkati.    


Liturgi Ibadah


1.       Sapaan Majelis jemaat
2.       Nyanyian Pembukaan KJ 64 : 1 “Bila Kulihat Bintang Gemerlapan”
3.       Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.       Nyanyian respon KJ 318 : 1 “Berbahagia Tiap Rumah Tangga”
5.       Doa pelayanan Firman Tuhan
6.       Pembacaan Alkitab Rumah Tangga : Kel 4:18-31

       Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
      Kita tentunya pernah bepergian ke suatu tempat, entah itu sekedar untuk jalan-jalan, berbelanja, karena tugas, bertemu dengan keluarga dan lain sebagainya. Apapun tujuan dan alasan kita bepergian, pastinya kita akan kembali ke tempat kita bukan? Seperti sebuah syair lagu yang berkata : “Burung saja terbang tak lupa pulang, ingat sangkar anak istri.” Hal ini juga yang dialami oleh Musa dalam perikop bacaan kita hari ini. Musa pergi dari Mesir karena suatu alasan, namun karena suatu alasan pula ia kembali ke Mesir.  

       Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
       Dikisahkan bahwa Musa telah menatap di Midian, di rumah mertuanya Yitro beberapa waktu lamanya. Lalu Allah berfirman kepada Musa agar ia kembali ke Mesir, sebab semua orang yang ingin membunuhnya (ingat kisah waktu Musa membunuh salah seorang Mesir karena menindas salah seorang saudaranya orang Israel waktu di Mesir) telah mati. Hal ini Allah sampaikan kepada Musa agar ia tidak lagi hidup dalam baying-bayang ketakutan dari orang Mesir. Tetapi alasan Allah yang sesungguhnya adalah agar Musa pergi bertemu dengan raja Mesir untuk membawa dan memimpin umat Israel keluar dari tanah Mesir, karena Allah telah melihat dan mendengar seruan dibalik penderitaan umatNya di sana. Musapun berpamitan dengan mertuanya, Yitro lalu ia beserta istri dan anaknya pergi ke Mesir. Namun di tengah perjalanan, Musa sakit dan istrinya Zipora menduga bahwa Musa sakit karena dia dan anaknya belum di sunat. Melihat Musa yang sedang sakit itu, tidaklah mungkin bagi Zipora untuk menyunatnya, lalu Ziporapun menyunat anaknya dan menempelkan khitan anaknya itu di kaki Musa. Dengan demikian Musa seolah-olah juga telah disunatkan (lihat penjelasan perikop bacaan ini). Sesudah Musa sembuh, ia beserta istri dan anaknya lalu melanjutkan perjalanan menuju Mesir. Musapun bertemu dengan Harun, kakaknya di gunung Tuhan yaitu gunung Horeb atau gunung Sinai dan menyampaikan segala apa yang difirmankan Tuhan kepadanya. Bersama-sama dengan Harun, merekapun akhirnya tiba di Mesir dan berjumpa dengan tua-tua Israel di sana serta menyampaikan segala sesuatu yang difirmankan Allah kepada mereka. Lalu percayalah bangsa itu bahwa TUHAN telah melihat dan mendengar seruan mereka lalu merekapun sujud kepada Allah.

         Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Meskipun Musa telah pergi meninggalkan Mesir sebelumnya, namun Tuhan memanggil dia kembali ke Mesir untuk membawa dan menuntun umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Allah memanggil dia kembali untuk melaksanakan rencana Allah bagi umat pilihanNya. Adakah kita juga saat ini seperti Musa? Oleh karena pergumulan hidup yang kita alami lalu kita “pergi” atau lari dari pergumulan itu? Adakah kita seperti Musa oleh karena tantangan dan hambatan yang kita alami lalu kita Tuhan bahkan meninggalkan pelayanan kita? Ingatlah bahwa meskipun kita telah “lari” tetapi Tuhan akan membawa kita “kembali” agar rencana-Nya di genapi. Tuhan memberkati dan meneguhkan kita semua, amin.  

7.       Persembahan diiringi KJ 287b : 1 “Sekarang Bersyukur”
8.       Doa syukur (persembahan) dan syafaat.
9.       Nyanyian penutup  KJ 408 : 1 “Di Jalanku ‘Ku Diiring”
10.   Berkat : “Semoga Allah pencipta langit dan bumi serta segala isinya, dalam iman kepada Yesus Kristus Sang Juruslamat dunia serta dalam tuntunan Roh-Nya yang Kudus, memberkati dan meneguhkan kita  semua, amin                                                    (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)


Bahan Pembacaan Alkitab Rumah Tangga

GKS Jemaat Puu Naga
Rabu - Jumat, 01-03 Juli 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.