Selasa, 23 Juni 2020

ALLAH MENGUTUS MUSA (KEL 2:23-4:17)

Renungan Harian, Rabu 19 Juli 2017 | Radio Suara Wajar 96.8 FM



Keluaran 2:23-4:17 secara garis besar dapat kita bagi ke dalam beberapa pokok penting yaitu :
1.          2 : 23-25                        : Allah melihat dan memperhatikan penderitaan yang dialami umatNya di Mesir.
2.          3 : 1-10                          : Allah mengutus Musa menjadi alatNya untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir.
3.          3 : 11,13;4:1,10,13        : Musa berusaha menolak atau mengelak panggilan Allah tersebut.
4.          3 :12,14-22; 4:2-9,11-12, 14-17              : Allah meneguhkan Musa.

                Kisah ini diawali dengan penjelasan bahwa sesudah raja Mesir mati, kehidupan umat Israel masih saja ada dalam perbudakan. Karena itu mereka berseru kepada Allah dan Allah mendengar seruan mereka. Dari semak duri Allah berfirman bahwa Dia mengetahui penderitaan umat-Nya. Allah akan melepaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir dan akan menuntun mereka ke negri yang lebih baik dan luas, yaitu negri yang berlimpah susu dan madu, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Lalu apa yang diperbuat Allah? Dia lalu memanggil Musa untuk menjadi alatNya membawa dan menuntun umat Israel keluar dari tanah Mesir. Tetapi Musa berusaha menolak atau mengelak dari panggilan itu dengan berbagai macam alasan (mis. bahwa dia tidak pantas untuk mengemban tugas tersebut; bahwa orang-orang Israel, khususnya tua-tua Israel pasti tidak akan mempercayai dia; bahwa dia memiliki keterbatasan atau kekurangan yaitu tidak pandai bicara dsb). Allahpun meneguhkan Musa dengan :

1.    Memberi tanda (3:12); di satu pihak Musa yang membutuhkan tanda yang menguatkan pemanggilannya dan menjamin bahwa Tuhan akan menyertai dia dan pada kesempatan itu tanda itu berupa semak duri yang menyala tetapi tidak dimakan api (Bdkn. 1 Sam 10:1-19; Hakim 6:17-24, sebagai tanda yang menguatkan pemanggilan seorang hamba Tuhan). Di pihak lain, suatu tanda dapat menjamin bahwa ancaman atau janji yang sudah diucapkan akan dipenuhi. Dan benar bahwa dikemudian hari umat Israel menyembah Allah di gunung Horeb atau yang dikenal dengan gunung Sinai.

2.     Allah memperkenalkan diriNya : AKU ADALAH AKU yang menunjuk pada kuasa, kesetiaan dan kehadiran Allah (3:14) (Absolutisme Allah; bahwa Ia tidak bersex/gender, tidak terikat pada batasan-batasan kemanusian; Ia tidak terjangkau oleh pikiran manusia akan tetapi Ia sungguh ada).

3.      Tanda lainnya : tongkat yang menjadi ular, lalu menjadi tongkat lagi sesudah dipegang Musa (Ular itu menakutkan, sama seperti kuasa Firman Tuhan. Tuhan lebih kuat dan berkuasa dari Firaun serta dewa-dewanya, sebab itu para tua-tua Israel dapat percaya bahwa Tuhan menampakkan diri kepada Musa dan dia akan menang dalam perselisihan dengan Firaun), tangan Musa yang kena kusta lalu menjadi pulih kembali (tangan Musa yang kena kusta berarti bahwa dia serta umat Israel yang diwakilinya tidak murni, bahkan penuh dengan dosa. Tangan yang pulih kembali memperlihatkan kasih karunia Tuhan kepada mereka. Dialah yang mengampuni kesalahan dan menyembuhkan penyakit mereka) dan air sungai Nil yang menjadi darah (sungai Nil adalah sumber kehidupan orang-orang Mesir, maka air sungai yang berubah menjadi darah itu memperlihatkan secara simbolis bahwa hukuman Tuhan akan menimpa mereka (4:1-9).

4.        Menyertai lidah Musa dan mengajarkan kepadanya yang harus dikatakannya (4:12).

              Berkali-kali Musa berusaha menolak atau mengelak dari panggilan tersebut namun berkali-kali pula Allah kembali meneguhkan dia agar menuruti perintah Allah. Hingga akhirnya bangkitlah murka Allah kepada Musa oleh karena Musa terus saja mengelak dari panggilan tersebut. Bukankah terkadang kita berkelakukan seperti Musa? Berusaha mengelak atau menolak panggilan Allah untuk melayani Dia melalui pelayanan kepada sesama kita? Dengan dalih bahwa kita adalah orang yang tidak sempurna, orang yang tidak layak di hadapan Tuhan, orang yang penuh keterbatasan dsb lalu kita jadikan itu sebagai salah satu alasan untuk kita menolak panggilan dan perutusan Tuhan dalam kehidupan kita. Ingatlah bahwa Allah menciptakaan kita untuk suatu tujuan, yaitu melakukan pekerjaan Allah di tengah dunia ini dan sebagai anak-anakNya, kita perlu meresponi panggilan dan perutusan Allah itu yang datang dalam kehidupan kita. Panggilan dan perutusan Allah adalah anugrah yang harus kita syukuri dalam hidup ini, karena itu marilah kita menyambutnya dengan penuh syukur. Efesus 2:10 bersabda    “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Tuhan memberkati.


Liturgi Ibadah


1.       Sapaan Majelis jemaat
2.       Nyanyian Pembukaan KJ 355 : 1-3 “Yesus Memanggil”
3.       Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.       Nyanyian respon KJ 33 : 1 “SuaraMu Kudengar”
5.       Doa pelayanan Firman Tuhan
6.       Pembacaan Alkitab Rumah Tangga : Kel 2:23-4:17

  Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
          Ada sebuah lagu yang cukup populer bahkan sering dinyanyikan, tidak hanya oleh umat kristiani namun juga oleh umat non Kristen. Lagu ini berjudul : “Hidup Ini Adalah Kesempatan,” dimana refreinnya berkata :
Oh Tuhan, pakailah hidupku, selagi aku masih hidup.
Bila saatnya nanti, ku tak berdaya lagi.
Hidup ini sudah jadi berkat.

Melalui pujian ini, kita diingatkan bahwa hidup adalah sebuah kesempatan; kesempatan untuk melayani Tuhan melalui pelayanan kepada sesama. Namun jika kita mau jujur, ketika kesempatan itu datang pada diri kita, apakah kita mau meresponi panggilan Tuhan itu? Ataukah dengan berbagai alasan kita lalu menolak panggilan tersebut dikarenakan kita ini manusia yang terbatas, pribadi yang penuh dosa dan lain sebagainya!!!!

  Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
          Firman Tuhan hari ini berbicara tentang panggilan dan perutusan Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Sebab di Mesir bangsa Israel mengalami perbudakan dan penindasan yang membuat hidup mereka menderita. Seruan penderitaan umat Israel sampai di hadapan Allah dan Allah mendengar seruan mereka. Karena itu Allah lalu memanggil Musa yang pada waktu itu sedang mengembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian di gunung Horeb (Kel 2:18 disebutkan nama Rehuel, yang dikemudian hari menjadi ayah mertua Musa. Rehuel sesungguhnya adalah nama marga, karena itu di ay. 21 disebut Rehuellah Zipora yang artinya Zipora dari marga Rehuel. Jadi nama ayah mertua Musa adalah Yitro dan Rehuel adalah nama marga mertuanya). Allah menampakkan diri kepada Musa dalam nyala api dari semak duri atau belukar. Allah kemudian memperkenalkan diri kepada Musa dan memberi mandat (perutusan) kepada Musa untuk membawa dan menuntun umat Israel keluar dari tanah Mesir. Apa respon Musa pada saat itu? Musa berusaha mengelak dan menolak panggilan dan perutusan yang datang kepadanya dengan berbagai macam alasan yang dikemukakan, bahwa ia ini bukanlah siapa-siapa hanya seorang gembala, tidak pandai bicara (memiliki kekurangan) dsb. Allahpun meneguhkan Musa agar ia tidak menolak atau mengelak dari panggilan tersebut dengan berbagai macam tanda. Akan tetapi Musa tetap berusaha mengelak dan menolak panggilan Allah tersebut sehingga bangkitlah murka Allah kepadanya. Lalu Allah mengingatkan Musa bahwa Ia akan menyertai Musa dalam tugas dan perutusan tersebut. Salah satunya melalui kehadiran Lewi kakak Musa yang akan mendampingi Musa dalam menjalankan tugas dan perutusan tersebut. Demikianlah kita melihat bahwa Allah memanggil dan mengutus Musa untuk membawa dan menuntun umat Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah atau negri yang berlimpah susu dan madu, sebab Allah telah memperhatikan kesengsaraan umatNya.

        Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Panggilan dan perutusan untuk melayani Tuhan melalui pelayanan kepada sesama tidak hanya datang kepada Musa, melainkan juga kepada kita saat ini. Melayani Tuhan melalui pelayanan kepada sesama dapat kita lakukan dimana saja, kepada siapa saja dan dalam situasi apapun. Terutama saat ini, ketika kita sedang menyongsong peringatan HUT GKS Puu Naga yang ke 2 sebagai gereja Tuhan yang mandiri dan dewasa sejak dimekarkan dari GKS Waikabubak pada tanggal 29 Juni 2018, kitapun dipanggil untuk melayani Tuhan dengan talenta kita masing-masing. Apakah kita akan menyambut panggilan Tuhan itu dengan penuh syukur dan sukacita ataukah kita justru menolak panggilan itu dengan berbagai macam alasan yang kita kemukakan? Bahkan lebih parah lagi jika kita meninggalkan pelayanan yang sudah Tuhan percayakan. Ingatlah pesan Firman Tuhan dalam Efesus 2:10 bersabda “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Tuhan memberkati.

7.       Persembahan diiringi KJ 450 : 1 “Hidup Kita Yang Benar”
8.       Doa syukur (persembahan) dan syafaat.
9.       Nyanyian penutup  KJ 338 : 1 & 4 “Marilah, Marilah, Hai Saudara”
10.   Berkat : “Semoga Allah pencipta langit dan bumi serta segala isinya, dalam iman kepada Yesus Kristus Sang Juruslamat dunia serta dalam tuntunan Roh-Nya yang Kudus, memberkati dan meneguhkan kita  semua, amin                                                       (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)


Bahan PART GKS Jemaat Puu Naga
Rabu-Jumat, 24-26 Juni 2020
Oleh Pdt. Iston U.K. Lena, S.Si-Teol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.