Sabtu, 06 Juni 2020

HIDUP DALAM PENYERTAAN BAPA, ANAK DAN ROH KUDUS (MATIUS 28:16-20

TRITUNGGAL MAHA KUDUS: TIGA AJARAN IMAN TENTANG MISTERI ILAHI ...

Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………

Salah satu hal yang sering ditanyakan bahkan menjadi perdebatan antara kita dan saudara-saudari kita yang beragama lain adalah mengenai Allah yang kita sembah. Mereka mengatakan bahwa orang Kristen menyembah tiga Allah oleh karena dalam doa sering kita katakan : Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Lalu bagaimana kita akan menjawab pertanyaan mereka tersebut? Ajaran tentang Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus kita kenal sebagai ajaran atau doktrin tentang “Trinitas.” Oleh karena hari ini gereja-gereja di seluruh dunia menghayati dan merayakan minggu Trinitas, maka tidak ada salahnya bagi kita untuk membicarakan hal ini.

Trinitas adalah salah satu doktrin atau ajaran umat Kristen. Sebagai doktrin kata “Trinitas” tidak akan kita temukan dalam Alkitab melainkan sebagai suatu pengakuan iman kita pada Allah. Tidak mudah untuk menjelaskan hal ini sebab iman kita kepada Allah sesungguhnya tidak dapat terjangkau oleh akal pikiran manusia. Tetapi lewat penyertaan dan karya Yesus Kristus dalam hidup kita serta dalam tuntunan Roh-Nya yang Kudus maka kita dapat merefleksikan makna Trinitas tersebut.   


Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
            Sesudah peristiwa kebangkitan Yesus Kristus, kesebelas murid kembali ke Galilea sebagaimana perintah Malaikat pada mereka (Mat. 28:7). Hal itu menunjukan bahwa Galilea memiliki peran penting bagi penghayatan iman para murid. Iman mereka pada Yesus bertumbuh di Galilea dan dari sana perutusan ke seluruh dunia disampaikan. Galilea adalah suatu kota yang dihuni oleh orang Samaria atau orang berdarah campuran orang Yahudi dan bukan Yahudi. Karena itu orang-orang Yahudi asli tidak ingin bergaul dengan orang dari Galilea. Tetapi justru di daerah inilah Yesus Kristus menampakkan diri dan memberikan suatu perintah kepada kesebelas murid di atas bukit (Ay.16). Rupanya bukit atau gunung merupakan tempat yang khas bagi Yesus untuk menyampaikan nasihat-nasihat-Nya. Hal itu sangat dekat dengan penghayatan orang Yahudi dimana mereka meyakini bahwa bukit atau gunung searti dengan tempat dimana wahyu Allah dinyatakan. Ketika kesebelas murid melihat Yesus, mereka lalu menyembah Dia (Ay.17). Penyembahan adalah salah satu wujud pengakuan pada sebuah kuasa. Pribadi yang disembah bukanlah sosok yang sembarangan. Ia memiliki kuasa lebih ketimbang para penyembah-Nya. Keagungan Yesus yang bangkit dari antara orang mati menjadikan Dia layak disembah. Namun pada ayat 17 disebutkan pula keraguan dari beberapa orang. Siapa yang ragu-ragu tidak disebutkan dengan jelas. Apakah orang-orang itu bagian dari kesebelas murid atau orang lain yang turut serta dalam perjalanan ke atas bukit.

Melihat hal itu (ada orang yang menyembah namun juga ada yang ragu), Yesus mendekati mereka (Ay.18). Yesus berkata kepada mereka (dengan tujuan menyakinkan mereka agar tidak ragu-ragu lagi) : “Kepadaku telah diberikan segala kuasa baik di sorga maupun di bumi.” Siapa yang memberikan kuasa kepada Yesus Kristus? Yaitu Allah Bapa di sorga. Dengan kuasa itulah Yesus lalu memberikan perintah kepada para murid untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Ku dengan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Ay.19). Rumusan baptisan ini menunjuk pada persekutuan yang erat atau relasi antara kehidupan dan karya Yesus dengan Bapa-Nya serta dalam Roh Kudus. Disinilah kita menemukan penghayatan tentang “Trinitas.” Bahwa berbicara tentang Trinitas berarti berbicara tentang “relasi” atau hubungan antara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Relasi itu hanya dapat bermakna melalui karya Allah dalam hidup manusia. Dan Karya Allah sungguh nyata dalam hidup manusia melalui karya Yesus Kristus dan dalam tuntunan Roh-Nya yang Kudus. Karena itu Yesus berjanji akan menyertai murid-murid sampai pada akhir zaman (Ay. 20). Namun disini Allah yang Esa itu membutuhkan “partisipasi” atau keterlibatan kita di tengah dunia ini, dimana manusia dan seluruh ciptaan diundang untuk berpartisipasi, mengambil bagian di dalam persekutuan Allah : Bapa, Anak dan Roh Kudus (Trinitas) dengan mengajarkan (bersaksi) kepada semua bangsa agar mereka juga melakukan apa yang telah diajarkan kepada mereka melalui Yesus Kristus.

Dengan demikian ketika kita berbicara tentang “Trinitas” maka kita berbicara tentang suatu relasi yang erat antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dan dalam relasi itu, Allah yang kita sembah mengundang kita untuk turut serta atau berpartisipasi dalam persekutuan ilahi.
    

Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
      Menjawab pertanyaan kita diawal tadi, jika saudara-saudari kita yang beragama lain bertanya kepada kita tentang Allah yang kita sembah, maka kita dapat menjawab bahwa Allah yang kita sembah hanya satu. Allah itu Esa namun dalam wujud tiga pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kita hanya dapat memahami “Trinitas” dalam relasi antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Relasi itu nyata melalui karya ilahi, dimana Allah Bapa sebagai pencipta dan pemelihara dunia dengan segala isinya (Kej 1:26-27), Allah Anak yang menyelamatkan (1 Yoh 4:14) melalui tuntunan Roh-Nya yang Kudus sampai pada akhir zaman (Matius 28:20).

          Dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, khususnya di tengah pandemi atau wabah covid-19 yang melanda dunia, termasuk pulau kita tercinta Sumba, bukankah Allah yang kita imani itu menyertai kita? Sebagai Bapa, Ia tidak pernah meninggalkan kita, Ia terus memelihara kita dengan menyediakan apa yang kita butuhkan bukan? Karena itu tetaplah bersyukur. Sebagai Anak, Ia memberi perintah kepada kita untuk bersaksi tentang karya Bapa di sorga dengan menunjukan kepedulian kita terhadap saudara-saudari kita yang saat ini sedang susah dan sebagai Roh-Nya yang Kudus, Ia tetap menyertai kita melalui kekuatan dan kesehatan dari sekarang dan selama-lamanya, amin. 



Bahan Khotbah Ibadah Trinitas
GKS Jemaat Puu Naga-Waikabubak
Minggu, 07 Juni 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.