Senin, 30 Oktober 2017

DIBERKATI UNTUK MENJADI BERKAT
Bacaan : Matius 25:31-46
Nats     : “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan," (Mat 25 : 34bc).


Image result for nabi Nuh Image result for ratu ester     Image result for mimpi yusuf

Kita tentu mengharapkan agar hidup senantiasa diberkati oleh Tuhan. Lalu bagaimana agar Tuhan senantiasa memberkati kehidupan kita? Hiduplah berbeda dari orang-orang yang tidak taat kepada Allah dengan belajar dari kehidupan Nuh (Kej 6:1-8) seperti tema ibadah kita di minggu I Bulan Keluarga, sebab Allah mempunyai tempat dan tugas khusus bagimu (Tema ke 2 di minggu Bulan Keluarga) untuk menjadi berkat bagi sesama seperti Ester (Ester 4:1-17). Dan ketika Allah menempatkanmu di tengah keluarga dan sesama, Ia menaruh rencaNya yang indah yang harus dilakukan olehmu melalui mimpi-mimpimu. Karena itu “Jangan pernah melepaskan mimpi-mimpimu,” (Tema minggu ke 3 di Bulan Keluarga) seperti yang telah diteladankan Yusuf (Kej 37:1-11; Kej 45: 4-7). Tetapi ingat, jangan terlalu terlena dengan mimpi-mimpimu yang membuat engkau akhirnya merasa nyaman dengan hidupmu itu tetapi hiduplah “Di dalam zona Iman bukan di zona aman” seperti Musa (Kel 2:11-22), sebagaimana tema kita di minggu yang lalu. Dengan demikian maka hidupmu senantiasa diberkati dan engkau akan “Menerima “Kerajaan” yang telah disediakan bagimu” (Mat 25:34), yaitu Menikmati kekekalan bersama Sang Pencipta di Surga. Selamat menutup bulan Keluarga di tahun ini. Semoga kita senantiasa menjadi berkat baik bagi keluarga, sesama maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Tuhan Yesus memberkati selalu.  


Image result for musa melarikan diri ke tanah midian

Bahan Renungan Warta Jemaat GKS Waikabubak
Minggu, 29 Oktober 2017
(Oleh Vic. Iston U.K. Lena, S.Si-Teol)





Minggu, 22 Oktober 2017

HIDUP DI ZONA IMAN, BUKAN DI ZONA AMAN

Image result for musa melarikan diri dari mesir
Bacaan : Kel 2:11-22
Nats     : “Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur," (Kel 2 : 15).

Setiap manusia tentu ingin hidupnya nyaman dan aman. Menurut KBBI, nyaman berarti enak, sejuk, sedap sedangkan aman berarti bebas dari bahaya, terlindung atau tersembunyi. Ketika manusia ingin hidupnya nyaman dan aman, maka ia akan melakukan apa saja sehingga tujuannya tercapai. Demikian pula halnya dengan Musa.

Musa telah menikmati yang namanya hidup nyaman, sebab Musa telah menikmati kehidupan yang serba enak sebagai anak angkat puteri Firaun (Kel 2:10). Ia tinggal di istana yang megah serta mendapatkan segala sesuatu yang diinginkannya. Namun suatu hari ketika ia sedang berjalan-jalan di sekitar Istana untuk melihat bagaimana saudara-saudanya bekerja sebagai budak oleh orang Mesir, ia mendapati seorang Mesir memukul seorang Ibrani. Melihat perlakukan orang Mesir tersebut terhadap saudaranya, Musa lalu membunuh orang Mesir tersebut. Akibat perbuatan Musa yang membela saudaranya itu, ia harus melepaskan segala kenyamanan yang ada di istana dengan melarikan diri ketanah Midian, sebab ia takut Firaun akan membunuhnya. Demikianlah Musa melakukan sesuatu yang luar biasa. Musa rela meninggalkan zona nyamannya, sebab ia mau hidup dalam zona Iman, dengan membela saudaranya yang tertindas.

Melalui kisah ini, kita diajak untuk hidup bukan dalam zona nyaman, melainkan dalam zona iman kepada Allah. Hidup dalam zona iman berarti mau membela mereka yang lemah, mereka yang tertindas agar merekapun dapat menikmati hidup yang aman. Lakukanlah sesuatu yang patut kita lakukan untuk menolong sesama, sekalipun ada konsekuensi yang harus kita tanggung sebagai akibat dari perbuatan tersebut. Tuhan Yesus memampukan kita semua, amin.

 Renungan Warta Jemaat GKS Waikabubak
Minggu, 22 Oktober 2017
Oleh Vic. Iston U.K. Lena, S.Si-Teol




JANGAN MELEPASKAN MIMPIMU


Image result for yusuf di mesir

Bacaan : Kej 37:1-11; Kej 45:4-7
Nats      : “Pada suatu malam Yusuf bermimpi, dan ketika ia menceritakan mimpinya itu kepada abang-abangnya, mereka bertambah benci kepadanya," (ALKITAB BIS Kej 37 : 5).

“Gantungkan cita-cita anda setinggi langit,” demikianlah sebuah peribahasa yang mungkin pernah kita dengar, yang mana peribahasa ini mengingatkan kita agar memiliki cita-cita atau impian setinggi-tingginya, meskipun pada kenyataannya belum tentu apa yang kita impikan itu tercapai. Tapi tidak ada salahnya kan untuk tetap bermimpi? Sekalipun mimpi-mimpi itu hanyalah sebuah mimpi yang mungkin tak dapat diraih.

Yusufpun pernah bermimpi bahkan karena mimpinya itu, ia semakin dibenci oleh saudara-saudaranya, tetapi orang tuanya “menyimpan hal itu dalam hatinya/ memikirkan mimpinya itu ” (Ay. 5;8; 11). Apa mimpi Yusuf? Dalam mimpinya itu Yusuf melihat bahwa ketika ia bersama dengan saudara-saudaranya di ladang untuk mengumpulkan berkas-berkas gandum, maka berkas gandum Yusuf berdiri tegak sedangkan berkas-berkas saudaranya datang sujud menyembah berkas milik Yusuf. Tidak hanya itu Yusufpun bermimpi bahwa matahari (Ayah), bulan (Ibu) dan sebelas bintang (ke 11 saudaranya) sujud menyembah kepadanya; yang artinya bahwa keluarganya baik ayah, ibu maupun saudara-saudaranya akan datang sujud menyembah dia. Mendengar hal itu bencilah saudara-saudaranya Yusuf. Tapi apa yang terjadi. Apakah Yusuf pasrah dengan mimpinya itu? Tidak, sebab ketika Yusuf tetap percaya kepada mimpinya itu, maka mimpi itu menjadi kenyataan. Benar bahwa pada akhirnya keluarganya sujud menyembah kepada Yusuf oleh karena sekalipun ia telah dibuang oleh saudara-saudaranya, namun tidak membatalkan rencana Allah untuk menjadikan Yusuf sebagai berkat bagi keluarganya, dimana Yusuf telah menjadi seorang yang berhasil di tanah Mesir (Kej 45:4-7).   
Bagaimana dengan kita? apa mimpi kita saat ini? Marilah kita juga belajar seperti Yusuf. Sekalipun mimpi-mimpi kita diawali dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, sekalipun orang-orang di sekitar kita mungkin tidak mendukung, sekalipun mimpi-mimpi kita butuh waktu untuk mencapainya, Jangan Pernah Melepaskan Mimpi itu. Sebab, melalui mimpi kita, Allah dapat bekerja dalam diri kita untuk menjadi berkat bagi keluarga dan sesama. Karena itu tetaplah bermimpi dan teruslah berharap dan percaya kepada Allah. Selamat memasuki minggu ke 3 dalam penghayatan Hidup Berkeluarga, Tuhan Yesus Memberkati. 
“Bila kita percaya sungguh-sungguh, maka segala hal adalah mungkin bagi kita,
asal kita yakin benar akan hal itu.”

Renungan Warta Jemaat GKS Waikabubak
Minggu, 15 Oktober 2017
Oleh Vic. Iston U.K. Lena, S.Si-Teol



Kamis, 05 Oktober 2017

ALLAH MEMPUNYAI TEMPAT BAGIKU

Image result for ratu ester

Bacaan : Ester 4:1-17
Nats     : “Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." (Ester 4 : 14d).

Pernahkah kita bertanya dalam diri kita : Mengapa Allah menempatkanku di sini? Mengapa aku dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang seperti ini? Mengapa aku bekerja di tempat ini? Sudahkah kita menemukan jawabannya atau kita masih mencarinya? Mungkin ini juga yang dialami oleh ratu Ester pada waktu itu.  
Nama Ester berarti bintang. Kemungkinan besar nama ini berasal dari kata Persia sedangkan nama Ibraninya adalah Hadasa. Ia adalah seorang Yahudi. Dalam Alkitab tidak disebutkan nama ayahnya, namun ibunya yang bernama Abihail adalah saudara ayah Mordekhai, ayah angkat Ester. Ia diangkat menjadi anak oleh Mordekhai setelah kedua orang tuanya meninggal. Kemudian Mordekhai membawanya ke Susan, ibu kota Persia. Di sanalah ia mendapat kesempatan untuk mengikuti pemilihan ratu dan terpilih menjadi permaisuri Raja Ahasyweros. Namun, seorang yang bernama Haman, sangat membenci Mordekhai dan berencana untuk membunuh seluruh orang Yahudi di Persia oleh karena Mordekhai. Mendengar hal itu Mordekhai lalu memberitahukan hal tersebut kepada Ester agar Ester memberitahukan hal tersebut kepada raja. Tetapi Ester tidak tahu harus berbuat apa, sebab sekalipun ia telah menjadi ratu namun ia tidak dapat begitu saja bertemu dengan raja, kecuali atas panggilan raja dan siapapun yang melanggar aturan tersebut hukumannya adalah hukuman mati. Di tengah kebimbangan yang dialami oleh Ester, Mordekhai justru menyadarkan Ester bahwa “Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." (Ester 4 : 14d). Dan setelah merenungkan perkataan tersebut, Ester pun melakukan sesuatu yang akhirnya menyelamatkan bangsanya dari tindakan Haman dengan memberanikan dirinya menghadap raja serta mempertaruhkan nyawanya.
Melalui kisah ini kita dapat melihat bahwa Allah mempunyai tempat bagi Ester yaitu agar ia menjadi Ratu Raja Ahasyweros sehingga ia dapat menyelamatkan bangsanya. Demikian juga hal nya dengan kita. Allah menempatkan kita di tengah dunia ini, baik itu di tengah keluarga, sesama, di tempat kita bekerja, di Waikabubak bahkan di manapun kita berada, karena Allah mau kita menjadi penyelamat atau penolong bagi siapapun termasuk bagi bangsa dan Negara kita tercinta Indonesia. Dengan demikian hidup kita dapat menjadi berkat bagi orang di sekitar kita. Jika Allah mempunyai tempat bagi Ester, maka Allahpun mempunyai tempat bagimu. Selamat hari minggu Tuhan Yesus memberkati.
“Di mana kau berada sekarang,
di situlah Allah menandai peta untukmu.”

Renungan Warta Jemaat GKS Waikabubak
Minggu 8 Oktober 2017
Oleh Vic. Iston Umbu Kura Lena, S.SI-Teol