Selasa, 28 Februari 2017

Bahan PKS Jemaat GKS Waikabubak, Senin 27 Feb 2017


Related image

PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PENABUR
(Matius 13:1-23)

Yesus senang bercerita dan perumpamaan merupakan cara yang paling disukai-Nya. Beberapa perumpamaan sangat mudah dipahami dengan pengertian yang gamblang, sehingga setiap pendengar segera menangkap maksudnya. Beberapa perumpamaan kurang dapat dipahami, hampir seperti kode, yang dimaksudkan untuk dimengerti oleh para pengikut Yesus, sementara para musuh-Nya bingung mengartikannya. Cara ini dapat mengendalikan para pengkritik-Nya, sehingga waktu Yesus tidak banyak tersita untuk berdebat dengan para lawan yang mencecar-Nya. Beberapa kisah ini begitu sulit dipahami, sehingga Yesus perlu memanggil para pengikut terdekat-Nya (ke 12 murid) untuk menjelaskan apa yang dimaksud-Nya.
Perumpamaan tentang seorang penabur adalah satu dari Sembilan perumpamaan yang disampaikan Yesus tentang Kerajaan Surga (perumpamaan tentang Benih Yang Tumbuh (Mark. 4:26-29), perumpamaan tentang Gandum dan Lalang (Mat 13:24-30; 36-43), perumpamaan tentang Biji Sesawi (Mat 13:31-32), perumpamaan tentang Ragi (Mat 13:33-35), perumpamaan tentang Harta Yang Terpendam (Mat 13:44), perumpamaan tentang Mutiara Yang Indah (Mat 13:45-46), perumpamaan tentang Jala Besar (Mat 13:47-50), perumpamaan tentang Pemilik Rumah (Mat 13:52).
Penjelasan Teks
Ay. 1-2 :    Hari semakin siang. Setelah dengan penuh semangat berjuang melawan orang-orang Farisi dan keluarga-Nya sendiri, Yesus pergi ke tepi danau Galilea (panjangnya kira-kira 21 km, lebarnya 11 km dan terletak 211 m di bawah permukaan laut) untuk mengajar. Kerumunan orang begitu banyak sehingga Dia kembali naik ke perahu untuk mengajar orang-orang yang berada di pantai.
Ay. 3 :      Sekalipun Markus adalah Injil yang tertua dari injil-injil yang lain, namun Markus hanya menceritakan 4 perumpamaan (Mar 4:1-34). Tetapi dalam Mat 13 ada 8 perumpamaan yang disampaikan Yesus, yang dikumpulkan pada waktu yang tidak bersamaan. Yesus memulai khotbahnya dengan menyampaikan sebuah perumpaan tentang “Seorang penabur yang keluar untuk menabur.” Perhatikan bahwa dalam menggunakan sebuah perumpamaan, Yesus mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari yang mudah diingat oleh orang banyak.
Ay. 4-8 :    Ketika penabur itu ke luar untuk menaburkan benih gandum di ladang (Di Palestina hanya ada ladang dan gandum adalah komoditas utama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari), dapat terjadi bahwa beberapa gandum jatuh dijalan (dikarenakan butir gandum terlempar terlalu jauh di sebelah ladang oleh penabur) dan dimakan oleh burung (ay. 4), beberapa jatuh di tanah yang berbatu (ay. 5-6).

                  Di Galilea kadang-kadang ada batu besar di bawah ladang yang ditutupi oleh lapisan tanah yang tipis. Karena lapisan tanahnya cukup tipis, maka benih itu cepat berkembang karena lebih banyak mendapatkan sinar matahari dibandingkan jika benih itu ditutupi tanah yang dalam. Namun ketika terkena terik matahari yang cukup menyegat, benih itupun layu dan menjadi kering karena tidak dapat membentuk akar yang dalam. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri (ay.7). Di ladang juga sering terdapat semak-semak duri oleh karena proses pembajakan ladang seringkali tidak sampai mencabut akar-akar semak yang masih tersembunyi di bawah ladang (Di Indonesia sawah dicangkul agak dalam, tetapi pada zaman Yesus bajak hanya masuk tanah kurang lebih sepuluh sentimeter dalamnya sehingga kadang-kadang bajak itu tidak sampai ke akar semak duri), sehingga ketika akar semak duri itu tumbuh maka dapat menghalangi pertumbuhan gandum. Tetapi ada sebagian benih yang jatuh di tempat yang baik lalu berbuah, bahkan satu butir gandum dapat menghasilkan tiga puluh, enam puluh atau seratus butir; hal itu tidak mustahil di Palestina (ay. 8).  

Apa arti dari perumpamaan ini?

Ay. 18-23 : ke empat macam tanah yang disampaikan dalam perumpamaan tersebut tidak berbicara mengenai karakter atau tabiat manusia melainkan tentang empat cara menerima Firman Tuhan.
                Cara yang pertama (benih yang ditabur dipinggir jalan) yaitu mereka yang mendengar Firman Tuhan namun Firman Tuhan yang disampaikan itu tidak masuk ke dalam hatinya sehingga Iblis dengan mudah merampas firman Tuhan. Firman Tuhan masuk telinga kiri lalu keluar telinga kanan. Barangkali karena mereka telah mengeraskan hati atau tidak mengerti arti Firman Tuhan yang disampaikan dalam khotbah atau bahkan mereka mengganggap bahwa Firman Tuhan itu tidak penting dalam kehidupan mereka (ay. 19).
Cara yang kedua, ada juga orang yang menyerupai benih yang jatuh ke tanah yang berbatu-batu, dimana gandum bertumbuh dengan cepat tetapi juga cepat layu. Itulah orang yang menerima Firman Tuhan dengan gembira, tetapi tidak berakar artinya tidak mampu untuk memelihara Firman Tuhan dalam kehidupan mereka. Contoh ketika mereka mengalami pergumulan hidup yang begitu berat dan jiwa mereka tertekan, mereka meninggalkan Tuhan. Mereka menjadi murtad (ay. 20-21).
                Cara yang ketiga benih yang jatuh di semak duri yaitu untuk menerangkan bahwa ada orang yang mulai mendengar Firman Tuhan dengan baik, tapi lambat laun kekuatiran dunia dan keinginan akan kekayaan sangat mempengaruhi kehidupan mereka sehingga Firman Tuhan kehilangan kekuatan dalam hidup mereka sehingga

Firman itu tidak berbuah. Mereka gagal menjadi orang Kristen. Ketika manusia lebih mengejar materi dan kenikmatan yang ditawarkan dunia, maka mereka telah menjauhkan diri dari Tuhan (ay. 22).
                  Cara yang keempat yaitu benih yang jatuh di tanah yang baik, untuk mengambarkan bahwa ada juga orang-orang yang seperti tanah yang baik, mendengar Firman Tuhan dan mengerti akan Firman itu, sehingga mereka menjadi orang Kristen yang berakar, bertumbuh dan pada akhirnya berbuah, meskipun buah mereka tidak semua sama banyaknya.

Demikianlah arti dari perumpamaan tersebut. Pokok utama dari perumpamaan ini : “Benih yang ditabur yaitu Kabar Sukacita yang disampaikan oleh Sang Penabur yaitu Yesus Kristus sama, namun tanggapan yang berlainan dari orang-orang yang berbeda.” Yesus ingatkan pula bahwa siapa bertelinga hendaklah ia mendengar (ay. 9).

Ay.10-12 : Cara pengajaran Yesus dengan menggunakan perumpamaan adalah sesuatu yang baru dan karena itu murid-murid-Nya bertanya kepada Yesus apa sebabnya Ia memilih untuk menyampaikan kabar baik dengan menggunakan perumpamaan. Yesuspun menjawab mereka bahwa perumpamaan-perumpamaan-Nya sukar dimengerti oleh orang yang kepadanya Allah tidak memberikan karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga tetapi kepada murid-murid Yesus Allah telah memberikan karunia untuk mengerti arti Kerajaan Surga melalui kehadiran Yesus Kristus. Betapa berbahagianya murid-murid yang oleh karena Karunia Allah mereka diberikan hikmat untuk mengerti peranan Yesus sebagai penggenapan dari Kerajaan Surga di dunia. Karena itu siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berlelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Maksud Yesus di sini, bahwa pengikut-pengikut Yesus yang mengerti hal-hal kerajaan Allah memperoleh pengertian yang semakin dalam, sedangkan orang-orang yang tertutup terhadap ajaran Yesus menjadi semakin tumpul.           
Ay. 13 :     Dalam ayat ini Yesus melukiskan keadaan orang Yahudi. Sekalipun mereka melihat namun mereka tidak melihat (Mereka telah melihat Yesus namun mereka tidak melihat bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah) dan sekalipun mereka mendengar, namun mereka tidak mendengar dan mengerti (Mereka telah mendengar dan menyaksikan karya perbuatan Yesus tapi mereka tidak mau mendengar-Nya).
Ay.14-15 : Dengan mengutip dari Yes 6:9-10, Yesus menjelaskan secara lengkap tentang kehidupan orang Yahudi pada zaman Yesus. Pada zaman Yesaya orang Israel telah menjadi buta dan tuli terhadap Firman Tuhan. Oleh karena itu mereka tidak berbalik dan sebab mereka tidak berbalik, maka Tuhan tidak dapat menyembuhkan mereka (menyelamatkan). Kata-kata dari Yesasa tersebut dapat dikenakan juga kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Yesus. Yesus menyampaikan Firman Allah kepada mereka, tetapi banyak di antara mereka yang tertutp hatinya. Mereka tertutup dengan ajaran Yesus.
Ay. 16-17 : Di sini Yesus menyebut murid-murid-Nya berbahagia, sebab mereka itu berbeda dengan kebayakan orang Yahudi; mata dan telinga mereka betul-betul terbuka terhadap ajaran-ajaran Yesus yang benar dan segala berkat yang dibawa Yesus. Lebih dari itu, mereka juga dikatakan berbahagia oleh karena mereka boleh melihat apa yang dahulu diingini para nabi dan orang-orang benar pada zaman PL, dimana mereka ingin sekali melihat dan mengalami zaman Mesias. Murid-murid Yesus hidup setelah kedatangan Mesias, karena itu menjadi orang-orang yang berbahagia.          

Renungan :

            Jika saat ini saya memberikan kepada ibu bapak serta anak-anak di rumah ini beberapa butir telur ayam, apa yang akan kita lakukan? Tentu kita akan mengolahnya bukan. Tetapi cara kita mengolahnya pastilah berbeda-beda. Mungkin yang ibu akan menggunakan telur tersebut untuk membuat kue, yang bapak mungkin telur tersebut di rebus untuk dimakan karena lebih simple sedangkan anak mungkin akan menggoreng telur tersebut. Satu bahan dasar tapi cara kita mengolahnya berbeda-beda. Demikian pula dengan Firman Tuhan. Sekalipun kita mendengar Firman Tuhan bersama-sama dengan bacaan yang sama pula, tetapi tanggapan kita berbeda-beda. Hal inilah yang disampaikan Yesus dalam perumpaan tentang penabur.

            Dalam perumpamaan tersebut Tuhan Yesus mengatakan bahwa ada seorang Penabur, yaitu Yesus Kristus, datang untuk menyebarkan benih yang adalah Firman Tuhan di ladang, yaitu manusia. Ada benih yang jatuh di jalan lalu burung-burung datang memakannya yaitu gambaran bagi orang Kristen yang mendengarkan Firman Tuhan tetapi Firman itu tidak tinggal di dalam hatinya sehingga Iblis dengan mudah merampasnya; ada benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, yaitu menunjuk kepada orang Kristen yang antusias mendengar Firman Tuhan tetapi Firman itu tidak berakar atau bertahan lama dalam dirinya sehingga ia menjadi layu dan kering oleh karena berbagai pergumulan hidupnya. Lalu ada benih yang jatuh di tengah semak-semak, benih itu tumbuh tetapi terhimpit oleh semak tersebut sehingga ia tidak berbuah. Sama halnya dengan orang Kristen yang mendengarkan Firman Tuhan, rajin ke gereja, tetapi ia dengan mudah jatuh dalam tipu daya iblis oleh karena hidup dalam kekuatiran dunia dan mengejar kenikmatan yang ditawarkan dunia daripada mengutamakan Tuhan dalam hidupnya. Namun, ada juga benih yang jatuh di tanah yang baik yaitu orang-orang Kristen yang dengan sungguh-sungguh mendengarkan Firman Tuhan lalu memberlakukannya dalam kehidupan mereka hari lepas hari sehingga mereka menghasilkan buah, yaitu mampu menjadi teladan bagi orang sekitarnya.


            Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Bagaimana kita menanggapi Firman Tuhan yang selalu datang dalam kehidupan kita? Apakah kita sama seperti benih yang jatuh dijalan? Atau seperti benih yang jatuh di tanah berbatu? Atau mungkin kita sama seperti benih yang jatuh di semak duri? Ketika kita dengan sungguh-sungguh melakukan apa yang Tuhan katakan dalam Firman-Nya, maka kita akan dikatakan sebagai orang-orang yang berbahagia dan kita masuk dalam kategori seperti benih yang tumbuh di tanah yang baik. Kita menjadi orang yang melihat dan mendengar karya Tuhan bagi jemaat-Nya dan menjadi pelaku-pelaku Firman. Tuhan Yesus memberkati kita semua. 

Selasa, 21 Februari 2017

Matius 12:46-50 (Yesus dan Sanak Saudara-Nya)

Image result for yesus bersama murid-murid di dalam rumah


Masih dalam konteks pelayanan Yesus yang ke dua di Galilea, ketika Ia sedang berkhotbah di depan orang banyak, seseorang memberitahu-Nya bahwa Ibu dan saudara-saudara-Nya ada di luar rumah dan ingin bertemu dengan-Nya (ay. 46-47).[1] Dalam bahasa aslinya menggunakan kata adeljoz (adelfos) yang berarti saudara laki-laki atau saudara seiman.[2] Tidak dijelaskan apa yang menjadi maksud kedatangan mereka, mungkin (1) mereka mau melihat apakah benar yang dikatakan orang tentang Dia, bahwa Ia melakukan banyak mujizat atau (2) mereka mau melihat keadaan-Nya karena selama melakukan pelayanan; mengajarkan kebenaran dan melakukan kebaikan, Yesus selalu mendapat kritikan dan ancaman dari musuh-musuh-Nya. Kemanampun Ia pergi musuh-musuh-Nya selalu ada disekeliling-Nya. Namun jika kita membaca dalam Injil Markus 3:21, maka disitu nampak bahwa kaum keluarga-Nya ingin membawa Yesus pulang ke Nazaret oleh karena mereka mendengar bahwa Ia “tidak waras” lagi. Bagi kaum keluarga Yesus, Ia dianggap tidak waras lagi bukan karena mujizat yang Ia lakukan melainkan karena Yesus selalu berselisih paham dengan ahli-ahli Taurat, yang memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan keagamaan Yahudi (baca Mat 12:22-37).
Jawaban Yesus rupanya bertentangan dengan harapan mereka, karena Dia menolak untuk menemui mereka dan bertanya : Siapa Ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku? (ay. 48). Mengapa Yesus berkata demikian? Apakah Yesus tidak mau mengakui ibu dan saudara-saudara-Nya? Tentu tidak. Yesus berbuat demikian karena bagi Yesus, kehadiran-Nya di dunia ini yang utama adalah untuk melakukan kehendak Bapa-Nya di surga, yaitu menyampaikan kabar baik atau injil kepada orang banyak. Yesus bukannya tidak mau mengakui keluarga-Nya tetapi bagi Yesus, saat ini yang terpenting adalah hidup persekutuan dengan orang-orang yang melakukan kehendak Allah. Karena itu Yesus menunjuk murid-murid-Nya sebagai keluarga-Nya, sebagai Ibu dan saudara-saudara-Nya (ay. 49-50). Dengan kata lain, Yesus sesungguhnya tidak menganggap rendah pertalian darah-Nya dengan Maria dan saudara-saudara-Nya, namun saat itu Yesus hanya tidak mau diganggu oleh mereka, sebab Yesus lebih mementingkan hidup dalam persekutuan bersama dengan “mereka” yang senantiasa melakukan kehendak Allah. Jadi Yesus menjawab pertanyaan-Nya sendiri, sambil menunjuk para pengikut-Nya yang paling setia, yang berdiri dalam lingkaran di sekitar-Nya, yaitu murid-murid-Nya.
   Apa yang dapat kita pelajari dari perikop ini dalam konteks kehidupan kita saat ini? Bahwa Yesus sedang mengajarkan kepada kita tentang “Prioritas hidup kita” dan arti sebuah keluarga yang sejati dan apa syaratnya menjadi anggota keluarga sejati di dalam Yesus.
1.      Yesus menyadari bahwa tujuan Ia hadir di dunia ini adalah untuk melakukan kehendak Bapa di sorga. Karena itu, sekalipun Yesus mendapat penolakan, kritikan, kebencian, tantangan dan hambatan dari musuh-musuh-Nya, bahkan tantangan dari anggota keluarga-Nya, tidak membuat Ia mundur tetapi sebaliknya Ia terus berkarya, melayani dan melakukan pekerjaan baik bagi hormat dan kemuliaan Bapa di sorga.
Aplikasi :
Seringkali sebagai anak-anak Tuhan, kita lebih mendahulukan kepentingan kita dari pada melakukan kehendak Tuhan (Mis. Lebih memilih untuk menghabiskan waktu melakukan hobby atau kesenangan kita dari pada mengikuti persekutuan atau ibadah-ibadah di gereja). Apalagi ketika kita mau melakukan kehendak Tuhan dalam hidup ini (Misalnya sebagai pelayan Tuhan kita diberikan tugas untuk memimpin ibadah), lalu tantangan dan hambatan menghadang kita (hujan atau karena faktor kemalasan), maka biasanya kita memilih untuk mundur atau tidak melakukannya. Biarlah kita dapat belajar dari teladan yang disampaikan Yesus.

2.    Bagi Yesus, keluarga yang sejati bukan semata-mata terletak hanya pada hubungan pertalian darah dan daging seseorang, tetapi juga dapat terjadi pada seseorang yang benar-benar dekat dengan orang lain, yang tidak mempunyai hubungan darah atau sedaging dengannya. Hubungan itu bisa terletak pada pengalaman bersama seseorang dengan orang lain, memiliki minat bersama, kepatuhan bersama dan tujuan bersama. Dan Syarat menjadi saudara Yesus adalah ketika kita mau melakukan kehendak Bapa di Surga.
Aplikasi :
Hidup dalam sebuah “persekutuan” dengan saudara seiman, akan menolong dan menguatkan menjalani kehidupan ini. Karena di dalam persekutuan dengan saudara seiman, kita dapat saling berbagi, saling mengingatkan dan saling menopang satu dengan yang lain (Bc. Ibrani 10:25).

Renungan :
               
         Seringkali manusia menjalani hari hidupnya dengan melakukan sesuatu yang menurutnya dianggap penting padahal belum tentu itu yang menjadi tujuan hidupnya. Hari-hari hidupnya dilewati begitu saja tanpa memiliki arti dan makna, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Karena itu apa yang “prioritas” jangan sampai tertukar dengan yang “sekunder.” Menurut kita apa yang menjadi prioritas dalam hidup ini?
            Perikop bacaan hari ini menceritakan tentang tujuan prioritas yang dimiliki Yesus yaitu melakukan kehendak Bapa di sorga. Karena itu ketika Ia sedang melakukan pengajaran di kota Galilea dan keluargaNya datang untuk “menjemput” Ia kembali pulang ke Nazaret, Yesus menolaknya. Bukan Yesus tidak peduli dengan kehidupan Ibu dan Saudara-saudara-Nya, tetapi bagi Yesus, yang terpenting saat itu adalah melakukan kehendak Bapa di surga, yaitu membawa kabar baik bagi sesama. Dan Yesus menunjuk murid-muridNya sebagai salah satu contoh dari keluarga sejatinya, yang dengan setia bersama-sama denganNya memberitakan kabar baik. Yesus lebih mementingkan hidup persekutuan bersama dengan murid-murid-Nya dan orang-orang yang mau melakukan kehendak Bapa di sorga daripada pulang ke rumah.
            Bagaimana dengan kehidupan kita? Apa yang saat ini menjadi prioritas dalam hidup ini? Pekerjaan, materi, keluarga ataukah melakukan apa yang Allah kehendaki yaitu melayani sesama? Melayani sesama bukan semata-mata tugas Majelis jemaat tetapi melayani Tuhan juga adalah tugas setiap anak-anak Tuhan. Itu adalah syarat menjadi keluarga Allah. Maukah kita menempatkan kehendak Bapa di atas kehendak kita pribadi? Maukah kita juga untuk senantiasa hidup dalam “persekutuan” dengan saudara seiman kita baik itu di Gereja, di wilayah kita masing-masing atau di mana saja? Tuhan Yesus memberkati kita semua.  
Hidup bukan


[1] Bndk. Pula dengan Injil Markus 3:31-35 dan Injil Lukas 8:19-21)
[2] Markus 6:3 disebutkan nama adik-adik Yesus : Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. 

Memanusiakan Manusia (Luk 7:36-50)


Image result for perempuan berdosa yang membasuh kaki Yesus


MINGGU, 19 FEB 2017
GKS PUSAT WAIKABUBAK
(08.00 WITA)


Pokok-Pokok Teologis :
1.   Yesus memperlakukan sesama sebagai mana mereka adanya. Ia tidak memandang sesama sebagai pihak yang perlu dihakimi karena masa lalunya yang buruk atau memandang status seseorang, tetapi Ia memandang mereka sebagai manusia yang patut diperlakukan dengan penuh kasih. Yesus memanusiakan manusia.
2.  Tindakan Yesus yang memanusiakan manusia telah memulihkan hidup sesama yang hancur karena status atau reputasi seseorang yang buruk di masa lalu.

Pendahuluan
1.     Adalah seorang yang bernama Tuti (bukan nama sebenarnya), yang berasal dari keluarga miskin di sebuah kampung di daerah Jawa. Sebagai anak yang berasal dari keluarga tidak mampu, perempuan lagi, maka Tuti dituntut untuk bisa bekerja mencari nafkah demi meringankan beban orang tua. Karena itu diusia yang masih muda, Tuti lalu meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja di Jakarta sebagai pembantu rumah tangga. Di tempat bekerja, Tuti disenangi oleh majikan dan anak-anak majikannya karena sikap Tuti yang baik dan rajin. Suatu hari, ketika majikan perempuan dan anak-anak sedang pergi ke luar kota, majikannya yang laki-laki mulai melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadap Tuti. Diperlakukan demikian Tuti tidak dapat menolak karena ia belum mengerti apa-apa mengenai hal tersebut. Maklum saat itu ia masih berusia 14 tahun. Hingga suatu hari Tutipun akhirnya hamil. Majikannya perempuan membawa Tuti ke rumah sakit dan mengetahui kalau Tuti telah hamil 5 bulan. Majikan tersebut pun meminta Tuti untuk menceritakan siapa yang telah melakukan tindakan tersebut yang menyebabkan Tuti hamil. Dengan perasaan hancur Tutipun menceritakan apa yang terjadi. Bukannya mendapat pembelaan dari majikannya, malah Tutipun dianggap telah memfitnah majikan lelaki. Karena itu berbekal uang Rp. 100.000 Tuti disuruh pulang ke kampungnya. Penderitaan dan kesedihan Tutipun semakin dalam. Sampai di kampung, ia mendapat cibiran dari masyarakat di kampung. Karena tidak kuat menanggung malu, Ibu Tuti lalu membawa Tuti ke dukun beranak untuk menggugurkan kandungan tersebut. Singkat cerita Tutipun akhirnya meninggal (Kisah nyata).
2.  Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, apa yang menyebabkan Tuti akhirnya meninggal? Lalu jika seandainya Tuti masih hidup dan ada di hadapan kita, Bagaimana sikap dan perlakuan kita padanya? Apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan merasa kasihan namun tidak berbuat sesuatu untuk meringankan beban Tuti? Atau justru kita akan menyalahkan Tuti karena ia pergi bekerja ke Jakarta jauh dari perlindungan orang tua? Bahkan mungkin kita juga akan mencibir Tuti karena aib yang di alaminya seperti yang dilakukan oleh masyarakat di kampungnya!
Isi
1.     Kisah Tuti hanyalah salah satu kisah dari sekian banyak kisah yang dialami oleh perempuan yang menjadi korban kekerasan baik secara fisik (kekerasan seksual) maupun secara psikis (tekanan psikolgis).
2.   Perikop yang kita baca hari ini yang terambil dari Injil Luk 7:36-50, juga menceritakan tentang perempuan sebagai korban kekerasan, yaitu kekerasan psikis di masyarakat oleh karena pekerjaannya sebagai pelacur atau perempuan sundal. Karena pekerjaannya itu maka ia dijauhi dari kehidupan sosial masyarakt.
3.    Dikisahkan bahwa suatu hari, ketika Yesus masih melayani di daerah Galilea, ia diundang oleh seorang Farisi yang bernama Simon (ay. 36 & 40). Bagi orang Farisi, adalah suatu perbuatan yang baik untuk mengundang seorang guru agama untuk makan dirumahnya, karena itu ketika Yesus selesai mengajar di rumah ibadat, ia mengundang Yesus untuk makan di rumahnya. Di tengah jamuan makan tersebut, tiba-tiba datanglah seorang perempuan (tidak disebutkan namanya) yang terkenal sebagai orang berdosa (pelacur atau perempuan sundal) di kota itu (ay. 37). Perempuan itu mendengar bahwa Yesus sedang makan di rumah Simon karena itu masuk ke rumah Simon dan melakukan suatu perbuatan yang tidak terduga bagi orang-orang yang ada di situ. Pertama, perempuan itu telah menunjukan suatu “keberanian” mendobrak budaya masyarakat Yahudi yang tidak memperbolehkan seorang perempuan untuk bersama-sama ada atau masuk di tengah jamuan makan yang diperuntukkan untuk kaum laki-laki. Kedua, perempuan itu tanpa malu-malu menangis di kaki Yesus sehingga air matanya membasahi kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya, suatu tanda perendahan diri yang sedalam-dalamnya di hadapan Yesus. Tidak hanya sampai disitu, ia juga mencium kaki Yesus (menunjukan tanda kerendahan hati, karena biasanya orang mincium kepala, mulut, tangan atau lutut) dan memiyakinya dengan minyak wangi yang ia bawa, sebagai tanda penghormatan yang teramat istimewa bagi Yesus (Ay. 38).
4.    Apa tanggapan orang-orang pada saat itu atas perbuatan perempuan tersebut? Tanggapan pertama datang dari Simon sebagai tuan rumah. Bagi Simon, jika Yesus ini benar adalah nabi, seperti yang kadang-kadang disangkakan orang tentang Dia, tentu Ia tahu siapa perempuan yang menjamahnya itu dan mengusirnya. Timbul penghinaan dalam diri Simon pada Yesus yang berujung pada penolakan terhadap perempuan itu. Simon menolak kehadiran perempuan yang berdosa itu di rumahnya (Ay. 39). Lalu apa tanggapan Yesus? Yesus justru tidak mencemooh atau memandang rendah perbuatan perempuan tersebut tetapi sebaliknya Ia justru memuji sikap dan perbuatan yang dilakukan oleh perempuan itu. Yesus menegur Simon bahwa sebagai tuan rumah yang baik, Simon tidak memperlakukan Yesus sebagai tamu undangan berdasarkan adat istiadat dan sopan santun yang berlaku pada waktu itu. Sebab dalam menerima tamu paling sedikit ada tiga hal yang harus dilakukan oleh tuan rumah kepada tamunya yaitu : 1. Meletakkan tangannya ke atas pundak tamu itu dan memberi “ciuman salam” kepadanya (yang artinya syalom:sejahtera, selamat, sentosa dsb). 2. Membasuh kaki tamu yang sudah penuh debu dengan air yang sejuk. 3. Memberikan botol kecil yang berisi minyak wangi kepada tamu itu supaya memercikkan sedikit dari minyak itu ke atas kepalanya. Simon melupakan semuanya itu. Tetapi apa yang dilupakan atau diabaikan oleh Simon justru dilakukan oleh perempuan itu, bahkan ia melakukan lebih daripada itu dan dengan cara yang luar biasa: lama ia mencium kaki Yesus yang telah dibasahinya dengan air matanya dan yang dipercikinya dengan minyak wangi yang berharga. Apa dasarnya? Karena perempuan itu telah sadar akan segala keberdosaannya dan karena itu ia menunjukan kasih yang luar biasa terhadap orang yang telah menghapuskan segala dosanya, seperti perumpamaan Yesus mengenai orang yang berhutang 500 dinar (mata uang Romawi yang setara dengan upah pekerja satu hari. Jika dirupiahkan dengan Rp. 25.000 maka sekitar Rp. 12.500.000) dan 50 dinar (Rp.1.250.000) yang telah dihapus hutangnya oleh pemilik uang tersebut (Ay. 41-34).
5.  Lalu Yesuspun mengatakan kepada perempuan itu bahwa dosanya sudah diampuni dan imanlah yang telah menyelamatkannya. Karena itu Ia menyuruh perempuan itu untuk pergi dengan selamat, yang artinya mulai sekarang engkau akan hidup dalam keadaan selamat dan sejahtera (Yunani eirene yang artinya selamat dan sejahtera).     
Penutup
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, ada 2 hal yang dapat kita teladani dari sikap Yesus yang terdapat dalam bacaan kita hari ini yaitu :  
1.   Yesus memperlakukan sesama sebagai mana mereka adanya. Ia tidak memandang sesama sebagai pihak yang perlu dihakimi karena masa lalunya atau memandang status seseorang, tetapi Ia memandang mereka sebagai manusia yang patut diperlakukan dengan penuh kasih. Yesus memanusiakan manusia. Ia menerima perempuan berdosa itu yang telah mengalami kekerasan psikis (yang menyebabkan perempuan itu mengalami penolakan dari masyarakat) karena Yesus datang justru untuk orang berdosa. Ia tidak menolak seseorang karena masa lalu yang buruk dari orang tersebut yang menyebabkan orang tersebut mengalami kekerasan secara psikis. 
2.  Tindakan Yesus yang memanusiakan manusia telah memulihkan hidup sesama yang hancur karena status atau reputasi seseorang yang buruk di masa lalu.

Bagaimana dengan kita? Masihkah kita juga memperlakukan seseorang berdasarkan masa lalu seseorang yang buruk sehingga kita menjadi pelaku-pelaku kekerasan psikis, yang menyebabkan orang lain merasa terasing, mengalami penolakan, mengalami tekanan batin seperti yang dialami Tuti dan perempuan berdosa tersebut? Ataukah kita menjadi orang-orang yang memanusiakan sesama sehingga membawa pemulihan dan menghentikan kekerasan bagi sesama? Tuhan Yesus memberkati kita semua.