Selasa, 23 Juni 2020

MENEGAKKAN KEADILAN DI TENGAH KETIDAKDILAN (KEL 2:11-22)


Moses defending the daughters of Jethro at the Well by Eugène ...


             Menurut KBBI, adil artinya 1. Sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak: 2 berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; 3 sepatutnya; tidak sewenang-wenang: sedangkan keadilan artinya : sifat (perbuatan, perlakuan, dan sebagainya) yang adil. Dalam kehidupan sehari-hari bukankah kita seringkali melihat sesama kita yang mengalami ketidakadilan? Apa yang kita lakukan ketika kita melihat ketidakadilan terjadi di sekitar kita? Mari kita belajar dari perikop bacaan kita hari ini.

            Dikatakan bahwa sesudah Musa dewasa, ia keluar dari istana untuk pergi “melihat” (dalam artian melihat secara teliti) saudara-saudaranya yang mengalami kerja paksa atau rodi. Lalu ia mendapati seorang Mesir memukul orang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya. Di sini kita melihat bahwa Musa tidak melupakan asal usulnya sebagai orang Ibrani meskipun ia tumbuh dan besar di lingkungan istana Mesir. Musapun membunuh orang Mesir tersebut dan menguburkannya secara diam-diam. Namun apa yang dilakukan Musa terhadap orang Mesir tersebut ketahuan juga oleh saudara-saudaranya dan juga oleh raja Firaun sehingga Musapun akhirnya melarikan diri ke Midian (letaknya di sebelah selatan negri Edom dan di sebalah timur Teluk Akaba). Sesampainya di Midian, lagi-lagi Musa melihat ketidakdilan yang dialami orang lain. Hal ini terjadi ketika anak-anak perempuan seorang imam di Midian yaitu Rehual (namanya berarti sahabat Allah) diusir oleh beberapa gembala pada saat perempuan-perempuan itu menimba air dan mengisi palungan-palungannya untuk memberi minum domba-domba ayah mereka. Musapun bangkit menolong perempuan-perempuan itu dan memberi minum ternak mereka. Perbuatan Musa ini pun akhirnya sampai ke telinga Rehuellah dan ia lalu mengajak Musa tinggal di rumahnya bahkan memberi anak perempuannya Zipora menjadi istri Musa. Musapun akhirnya tinggal di Midian dan lahirlah bagi dia seorang anak laki-laki yang diberi nama Gersom, sebab katanya : “Aku telah menjadi seorang pendatang di negri asing.”

               Bagaimana sikap Musa dalam kedua peristiwa di atas? Pertama, ia tertarik dengan keadaan umat Israel dan ia menyelidiki bahwa kerja paksa dan ketidakadilan menyebabkan mereka menderita. Dia lebih suka menolong mereka daripada menikmati hak khusus serta kenyamanan di istana, meskipun untuk itu dia harus mengalami kesulitan serta akibat yang buruk karena menegakkan keadilan di tengah ketidakdilan yang dialami oleh saudara-saudaranya di Mesir. Namun, apakah pembunuhan seorang Mesir olehnya memang etis? Memang Mesir adalah musuh yang memperbudak dan menindas umat Ibrani atau Israel. Suatu bangsa yang ditindas sering menganggap bahwa seseorang yang membunuh musuh mereka adalah seorang pahlawan, bahkan pembunuhan seperti ini dianggap sebagai perbuatan profetis (kenabian) serta tanda yang akan menjamin masa depan mereka. Tetapi pembunuhan yang dilakukan oleh Musa terhadap orang Mesir tidak dapat dibenarkan. Dia mau supaya perbuatannya tetap jadi rahasia. Dia takut lalu melarikan diri dan kelakukannya ini tidak cocok dianggap sebagai seorang pahlawan. Musa telah bersalah dengan membunuh orang Mesir dan melarikan diri. Akan tetapi dalam peristiwa yang kedua, ketika ia ada di Midian, kelakukannya justru sebaliknya, penuh kasih. Bukan hanya ketidakadilan terhadap umat Israel saja yang menarik hatinya. Cara gembala-gembala memperlakukan anak-anak perempuan di sumur itu dirasa tidak adil juga. Lalu dia menolong mereka, bahkan menyelamatkan mereka dari dominasi para gembala yang adalah laki-laki (ketidakadilan gender; dimana laki-laki selalu merasa diri pihak yang berkuasa dan lebih kuat dari perempuan sehingga perempuan selalu menjadi korban ketidakdilan di tengah masyarakat). Dengan menolong perempuan-perempuan itu, Musa telah bertindak secara etis dan sopan, Ia telah menegakkan keadilan di tengah ketidakdilan yang dialami perempuan-perempuan itu.

              Akhir-akhir ini bukankah kita juga sering melihat sesama kita yang mengalami ketidakadilan? Ketidakdilan yang terjadi kita temukan misalnya melalui tindakan kekerasan, penganiayaan, kekerasan berbasis gender bahkan rasisme atau fanatic keagamaan. Tingkat kekerasan terhadap perempuan dewasa ini semakin meningkat. Perdagangan anak yang dilakukan oleh para mafia atau sindikat bahkan orang tua terhadap anaknya sendiri semakin marak. Kawin lari atau paksa yang juga terjadi di Sumba belakangan ini. Dan yang baru-baru sedang viral di sosial media bahkan mendorong aksi demonstrasi besar-besaran dari masyarakat terhadap pemerintah, dimana seorang polisi bernama Derek Chauvin yang membunuh seorang sipil atau masyarakat biasa bernama George Floyd hanya karena persoalan adanya laporan dari pihak toko yang mengatakan George Floyd membayar dengan menggunakan uang palsu, di Minnesota, Amerika Serikat pada tanggal 25 Mei 2020 yang lalu. Ketika kita melihat ketidakdilan yang terjadi, apakah kita hanya menjadi penonton saja atau justru berperan aktif dengan menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan tersebut meskipun resiko yang akan kita hadapi dikemudian hari sulit? Mari kita belajar dari Musa. Tuhan memberkati kita semua, amin.

Liturgi Ibadah
1.       Sapaan Majelis jemaat
2.       Nyanyian Pembukaan KJ 15 : 1 & 3 “Berhimpun Semua”
3.       Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga ini kiranya berlangsung dalam nama Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.       Nyanyian respon KJ 53 : 1 “Tuhan Allah T’lah Berfirman”
5.       Doa pelayanan Firman Tuhan
6.       Pembacaan Alkitab Rumah Tangga : Kel 2:11-22

  Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
          Ketidakadilan dalam berbagai bentuk (kekerasan, pembunuhan dsb) akhir-akhir ini semakin meningkat. Sebut saja kisah ketidakadilan yang dialami oleh George Floyd yang harus kehilangan nyawanya oleh karena tindakan yang dilakukan oleh seorang oknum polisi bernama Derek Chauvin, pada tanggal 25 Mei 2020 yang lalu di Minnesota, Amerika Serikat. Tindakan Chauvin terhadap Floyd telah mendorong warga masyarakat di AS melakukan unjuk rasa meminta pemerintah menindak tegas oknum polisi tersebut, karena telah melakukan perbuatan yang tidak adil terhadap Floyd bahkan menyebabkan ia kehilangan nyawanya. Tindakan warga Amerika Serikat yang menuntut keadilan ditegakkan di tengah ketidakadilan yang terjadi bahkan menjadi salah satu trending topik di media sosial juga dapat kita temukan dalam perikop bacaan Firman Tuhan hari ini, dimana Musa juga berusaha menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan yang dialami oleh saudara-saudaraya di Mesir karena penindasan dan juga ketika ia ada di tanah Midian, dimana ia menolong anak-anak perempuan Rehuel dari para gembala yang mengusir mereka di dekat sumur.     

     Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
          Dalam perikop ini kita melihat dua kali Musa bertindak menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan yang dialami oleh orang lain. Dalam peristiwa atau kisah yang pertama, Musa membunuh seorang Mesir karena melakukan ketidakadilan (kekerasan) terhadap saudara-saudaranya yang menjadi budak. Ketika perbuatannya di ketahui oleh orang lain termasuk oleh Firaun, maka Musapun melarikan diri ke tanah Midian. Sekalipun Musa telah berusaha menegakkan keadilan bagi saudara-saudaranya yang tertindas dengan membunuh orang Mesir tersebut, namun hal ini tidaklah etis atau dibenarkan. Bukankah masih ad acara lain yang dapat dilakukan Musa tanpa harus menghilangkan nyawa orang lain? Akan tetapi dalam peristiwa yang kedua, sebagaimana yang dikisahkan dalam Ay. 16-22 cara Musa menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan dengan menolong para perempuan-perempuan (anak-anak dari Rehuel, seorang imam di Midian) dari gangguan para gembala di tepi sumur, justru dilakukannya dengan penuh kasih. Musa bertindak secara etis dan sopan. Ia telah bertindak benar. Menolong perempuan-perempuan itu tanpa melakukan kekerasan terhadap para gembala-gembala itu. Dari kedua peristiwa ini, kita dapat melihat bahwa Musa telah menunjukan suatu sikap yang mau menolong sesama atau saudaranya yang lemah, yang mengalami ketidakadilan dari pihak lain, yang membuat mereka akhirnya menderita. Tapi yang membedakan di antara ke dua peristiwa di atas yang “cara” Musa dalam menegakkan keadilan tersebut. Dalam kisah yang pertama ia melakukan dengan cara yang salah, yaitu menyebabkan orang lain kehilangan nyawanya akan tetapi dalam peristiwa atau kisah selanjutnya kita menemukan bahwa Musa telah melakukan suatu tindakan yang benar dan berlandaskan pada Firman Tuhan (baca. Yes 1:17ab).  

         Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Sebagai anak-anak Tuhan, kitapun dipanggil untuk terus memperjuangkan keadilan di tengah ketidakadilan. Namun yang perlu kita ingat adalah sekalipun maksud dan tujuan kita baik (membela dan menolong yang lemah), namun harus dilakukan dengan cara yang benar, yang seturut dengan kehendak Tuhan. Misalnya saat kita melihat ketidakadilan yang dialami oleh sesama kita yang mengalami korban kekerasan, maka kita dapat memperjuangkan atau menegakkan keadilan itu dengan cara yang benar dan etis, tanpa harus menggunakan kekerasan. Kekerasan dibalas dengan kekerasan bukanlah solusinya melainkan kekerasan harus dibalas dengan kelemahlembutan dsb. Lihatlah keadaan di sekitar kita. Adakah kita menemukan ketidakadilan yang terjadi baik itu di tengah kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam kehidupan bergereja? Apa sikap kita? Mari kita belajar dari Musa yang berusaha menegakkan atau memperjuangan keadilan di tengah ketidakadilan yang dialami oleh orang lain. Menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan itu harus dilakukan, namun dengan cara yang tepat dan tentunya dengan berlandaskan kebenaran Firman Tuhan.” Tuhan memberkati dan memampukan kita semua, amin.

7.       Persembahan diiringi KJ 365b : 1 & 4 “Tuhan, Ambil Hidupku”
8.       Doa syukur (persembahan) dan syafaat.
9.       Nyanyian penutup  KJ 417 : 1 & 8 “Serahkan Pada Tuhan”

10.  Berkat : “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan , amin.                                                                   (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)


Bahan PART GKS Jemaat Puu Naga
Rabu-Jumat, 17-19 Juni 2020
Oleh Pdt. Iston U. K. Lena, S.Si-Teol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.