Minggu, 26 Juli 2020

HIDUP SEBAGAI WARGA KERAJAAN SORGA (MAT 13:31-33, 44-52)

Kerajaan Allah Sudah Ada Di Antara Kita (Siraman Rohani, 10/11 ...


Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Kita adalah orang-orang yang berkewarganegaraan rangkap (bipatride) atau dwi kewarganegaraan. Seseorang dikatakan memiliki kewarganegaraan rangkap oleh karena ia memiliki status yang sah secara hukum atau aturan di dua negara atau lebih. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita adalah warga negara Indonesia yang sah dibuktikan melalui akta kelahiran dan kartu tanda penduduk. Tetapi dalam kehidupan beriman atau bergereja, kita juga adalah warga Kerajaan Sorga atau Allah yang disahkan melalui baptisan Kudus dan Akta Baptisan. Sebagai warga negara Indonesia, ada sejumlah aturan-aturan dan prinsip hidup yang harus kita taati bersama sehingga kita dikatakan sebagai warga negara yang baik. Demikianpula halnya kita sebagai warga Kerajaan Sorga ada sejumlah aturan-aturan dan prinsip-prinsip hidup yang harus kita lakukan atau terapkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah dunia ini sehingga kita dapat dikatakan sebagai warga Kerajaan Allah yang sungguh berkenan di hadapanNya. Berbicara tentang status kita sebagai warga Kerajaan Sorga bukan semata-mata berbicara tentang nanti atau yang akan datang, sehingga kitapun lalu menerapkan standar hidup yang berlaku di dunia ini melainkan hal itu juga sudah datang atau dinyatakan dalam kehidupan kita saat ini (Mat. 12:28). Karena itu apa yang menjadi aturan dan prinsip hidup sebagai warga Kerajaan Sorga harus dilakukan saat ini di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu apa aturan dan prinsip hidup yang harus kita lakukan dan terapkan di tengah kehidupan kita saat ini sebagai warga Kerajaan Sorga? Hal ini dapat kita temukan melalui perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 13:31-33, 44-52.


Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………

1.       Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi (Ay. 31-34).
                   

 Ayat 31-32 : 
Biji sesawi adalah biji yang paling kecil dari segala jenis biji-bijian yang ada; besarnya hanya 1      mm/seukuran kepala jarum pentul dan beratnya seperseribu gram. Tetapi jika benih ini tumbuh, maka ketinggiannya dapat mencapai 2m- 3m, melebihi tanaman sayuran lainnya, bahkan dapat menjadi pohon, sehingga burung-burung dapat bersarang diatasnya. Demikian pula halnya dengan Kerajaan Sorga. Yesus memulai pemberitaan dan pengajaran tentang Kerajaan Sorga dari sesuatu yang kecil/ sederhana, dimana Ia memulai pelayanan dari desa yang terpencil, dari perkampungan di Galilea, metode pelayanan yang tampak sederhana (berjalan kaki dari kampung yang satu ke kampung yang lain), Ia berkhotbah di kepada orang banyak, murid-Nya pun hanya 12 orang. Semuanya itu kelihatan sebagai “suatu biji sesawi” saja. Tetapi pada akhirnya sekalipun pemberitaan tentang Kerajaan Sorga itu dimulai dari sesuatu yang kecil/ sederhana, dengan jumlah pengikut-Nya yang masih sedikit, namun dikemudian hari menjadi lebih besar, yang ditandai dengan semakin banyak orang-orang yang tertarik dengan pemberitaan Yesus. Bahkan pemberitaan tersebut membawa orang-orang dari segala penjuru dunia untuk masuk/ ambil bagian dalam Kerajaan Sorga (seperti burung-burung yang datang bertengger di atas pohon sesawi). Pekerjaan Yesus yang dimulai dari pelayanan kecil di kampung Galilea, telah menyebar luas hingga ke seluruh dunia. Dari jaman Yesus hingga masa kini, pengikut Kristus semakin bertambah; kekristenan telah berkembang dengan cukup pesat sehingga menjadi salah satu agama besar di dunia. 

Ayat 33 :   
Ragi adalah sesuatu yang sering dipakai oleh perempuan di Palestina untuk membuat roti, demikian juga perempuan dalam bacaan kita saat ini, dimana dikatakan bahwa ia memasukan sedikit ragi ke dalam 3 sukat ( 1 sukat 12 liter; 3 sukat berarti ± 36 liter) tepung sehingga adonan tersebut menjadi khamir (artinya mengembang) seluruhnya. Walaupun ragi itu sedikit saja kalau dibandingkan dengan tepung yang banyak itu, namun pada akhirnya ragi itu “menang,” sehingga adonan tersebut menjadi khamir seluruhnya. Demikian pula halnya dengan Kerajaan Sorga, sekalipun pemberitaan-Nya dimulai dari sesuatu yang kecil (dari kampung yang sederhana), namun pada akhirnya pemberitaan itu memberi dampak bagi orang banyak di Palestina bahkan hingga ke kota-kota (Galilea-Yudea dan sekitarnya). Pemberitaan tentang Kerajaan Sorga telah membawa pertobatan dan sukacita bagi banyak orang; ajaran Yesus telah membawa perubahan besar bagi kehidupan orang banyak pada waktu itu hingga saat ini.

Ay. 34-35 : 
Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan tentang Kerajaan Sorga? Supaya genaplah apa yang dikatakan Firman melalui nabi bahwa “Yesus akan menyingkapkan apa yang tersembunyi, hal tentang Kerajaan Sorga dengan suatu perumpamaan.”

Dari perumpamaan tersebut kita diajarkan bahwa : 
a.   Sesuatu yang dimulai dari hal-hal yang kecil atau sederhana, jika dilakukan dalam terang Firman Allah, maka dikemudian hari ia akan berdampak besar. Misalnya di rumah, seorang anak yang sudah diberi tanggung jawab kecil membantu pekerjaan orang tua (sapu rumah, pel, cuci piring dll), maka ketika kelak ia dewasa ia menjadi seorang anak yang mandiri.
b.   Sesuatu yang kecil, mampu mengubahkan hal-hal disekitar; pemberitaan tentang Firman/ ajaran Kristus kepada orang lain, mampu mengubahkan hidup orang-orang yang mendengarkannya. Misalnya kita mendengar renungan, lalu kita bagikan renungan itu melalui sosial media (wall di FB dsb) atau pesan singkat (sms, whatsapp dsb), sehingga orang yang membacanya semakin dikuatkan, diteguhkan dan diberkati Tuhan.

Ingatlah seperti biji sesawi dan ragi, sekalipun kecil, namun memiliki dampak yang luar biasa bagi banyak orang. Sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan, selama itu berkenan dan menyenangkan hati Tuhan, lakukanlah itu agar banyak orang yang merasa diberkati hidupnya.

2.       Perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga (Ay. 44-46).
Perumpamaan tentang harta yang terpendam dan mutiara yang berharga sering dianggap sebagai “Perumpamaan-perumpamaan kembar” karena memiliki makna yang sama. Kedua perumpamaan ini berbicara tentang “makna” Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga yang dimaksud bukanlah suatu kerajaan yang bersifat politis-geografis, tetapi lebih menyangkut kepada suatu “Keadaan” dan tanda-tanda dari Kerajaan Sorga yaitu ketika ada “Kasih, Sukacita dan Damai Sejahtera.” Kerajaan Sorga itu sudah dekat (Mat. 4:17) bahkan berada di tengah-tengah manusia (Luk 17:21).

Waktu berbicara dengan murid-murid-Nya, Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Sorga itu seperti harta yang terpendam di ladang (Ay. 44). Pada zaman Yesus orang-orang Yahudi lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bentuk barang berharga (seperti emas, perak dll dari pada menginvestasikan uangnya untuk membeli rumah. Di Palestina sering terjadi perang karena itu mereka sering berpindah-pindah, sehingga kurang efisien jika harus menghabiskan uang untuk membeli rumah). Barang berharga tersebut tidak di simpan di rumah karena takut ketahuan atau mudah diambil orang. Karena itu biasanya sang pemilik akan menyembunyikannya di ladang mereka, sehingga tidak mudah diketahui atau diambil oleh orang lain. Barang-barang tersebut umumnya dimasukan di dalam sebuah gucci karena lebih aman lalu dikuburkan di dalam tanah. Pemilik tersebut akan membuat sebuah tanda dimana letak harta tersebut sehingga sewaktu-waktu apabila ia ingin mengambil atau memindahkannya ke tempat lain, ia dengan mudah menemukannya. Namun yang jadi persoalan adalah kalau sang pemilik itu akhirnya meninggal dunia, maka harta tersebut akan berada selamanya di dalam ladang tersebut, karena tidak ada seorangpun yang tahu keberadaannya. Namun suatu hari tanpa disengaja seseorang menemukan harta tersebut. Orang yang menemukan harta tersebut bukanlah pemilik ladang itu, karena itu ia mengembalikan harta tersebut ditempat semula. Mengapa ia tidak langsung membawa harta tersebut ke rumahnya? Mengapa ia kembali memendamkannya atau menguburkannya kembali? Hal ini karena adanya hukum Yahudi yang berlaku. Apabila seseorang menemukan sesuatu yang berharga di ladang orang lain, maka secara hukum ia harus menyerahkan sesuatu yang berharga itu kepada pemilik ladang atau keluarga dari pemilik ladang tersebut. Tetapi apabila ia ingin memiliki harta tersebut, maka pertama-tama yang harus dilakukannya adalah membeli ladang tersebut sehingga ia menjadi pemilik yang sah dari harta tersebut. Karena itu orang tersebut dengan hati yang penuh sukacita, ia kembali ke rumah, menjual segala sesuatu yang dimilikinya, lalu dengan uang tersebut ia membeli ladang itu, sesuatu yang jauh lebih berharga dari apa yang semula dimilikinya. Dengan demikian dimata hukum Yahudi ia menjadi pemilik yang sah dari ladang itu, termasuk harta yang terpendam di dalamnya.
     
Hal Kerajaan Sorga itu juga seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Ketika ia menemukannya, ia rela menjual segala yang dimilikinya untuk dapat membeli mutiara yang berharga itu. Pada zaman Yesus, adalah hal yang biasa jika seorang pedagang rela menjual harta miliknya demi mendapatkan sebuah mutiara yang sempurna, yang amat berharga. Karena itu perumpamaan ini juga sangat kena mengena dengan kehidupan masyarakat Palestina pada zaman Yesus.

      Lalu apa arti atau makna dari kedua perumpamaan tersebut?
Makna dari kedua perumpamaan tersebut yaitu bahwa Kerajaan Sorga itu lebih berharga dari pada segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini. Kerajaan Sorga itu patut untuk dicari, dan ketika kita menemukannya akan membawa sukacita besar bagi kita yang menemukannya. Tidak hanya itu, kita juga bahkan bersukacita untuk melepaskan sesuatu yang selama ini kita anggap berharga untuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga dan tentunya kita harus memiliki daya juang atau semangat yang sungguh-sungguh untuk menemukan sesuatu yang berharga itu.

Dalam menjalani kehidupan ini, apa yang menjadi prioritas utama kita? Banyak orang lebih senang menghabiskan hidupnya untuk mencari kesenangan duniawi, menimbun pundi-pundi kekayaannya, sibuk dengan pekerjaan dsb daripada mencari Kerajaan Allah (Baca. Mencari Tuhan dan Kebenaran FirmanNya). Sebagai orang percaya apa yang kita cari saat ini? Firman Tuhan katakan dalam Mat 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”  Carilah Tuhan dan lakukanlah FirmanNya, jadikanlah Ia harta yang terpendam dan mutiara yang berharga dalam hidup kita. Teruslah berjuang dalam kesungguhan hati dan kesetiaan untuk menemukan Kerajaan Sorga itu.

3.       Perumpamaan tentang pukat (Ay. 47-52).
Hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat (jala besar) yang dilabuhkan nelayan di laut (danau Galilea) sampai akhirnya penuh ikan. Para nelayan menyeret jala yang penuh ikan tersebut ke pantai dan memilih ikan-ikan itu. Mereka memilih ikan-ikan yang baik lalu diletakan dalam pasu (bak/tempayan penyimpanan ikan) dan membuang ikan-ikan yang tidak baik kembali ke danau, misalnya ikan-ikan yang tidak bersisik seperti ikan lendong, yang menurut hukum Taurat, tidak boleh dimakan.

Perumpamaan tersebut menggambarkan tentang tugas dari murid-murid Yesus di tengah dunia. Dalam Mat 4:19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Sekarang murid-murid telah menjadi penjala manusia. Sebagai penjala manusia, mereka hendak “menangkap” orang-orang bagi Kerajaan Sorga/ Kerajaan Allah lewat pelayanan di tengah dunia dan gereja. Ketika mereka melakukan tugas dan pelayanannya, mereka tidak boleh berpikir bahwa mereka hanya akan menangkap “ikan-ikan yang baik saja” yang menunjuk kepada orang-orang yang mau menerima dan taat kepada Kristus saja, tetapi juga mereka harus sadar bahwa di dalam pelayanan ini ada juga “ikan-ikan yang tidak baik atau yang tidak berguna,” yang menunjuk kepada orang-orang yang tidak baik atau yang jahat, yang menolak Injil Kerajaan Sorga. Mereka harus sadar bahwa di dunia ini ada orang yang baik dan ada orang yang jahat. Di gerejapun demikian, ada orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan dan ada juga yang acuh tak acuh dengan kehidupan bergereja. Dan tidak ada seorangpun diantara kita yang selalu dapat menentukan dengan pasti siapa anggota jemaat yang sungguh-sungguh taat terhadap perintah Tuhan dan juga siapa yang tidak. Tetapi apabila hari penghakiman itu tiba, yaitu pada akhir zaman, maka para malaikat Tuhan akan memisahkan orang-orang benar dan orang-orang yang jahat; orang-orang yang baik akan dikumpulkan dalam Kerajaan Sorga sedangkan orang-orang yang jahat akan dicampakkan ke dalam dapur api yaitu neraka. Di tempat itu akan terdapat banyak sekali ratapan dan kesengsaraan (bdkn. dengan perumpamaan lalang di antara gandum). Karena itu kita yang hidup pada masa kini, tidak perlu mencemaskan diri dengan berusaha mengetahui siapa yang baik dan siapa yang tidak baik karena Allah sendirilah yang akan mengadili manusia. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah teruslah hidup seturut dengan kehendak Tuhan sehingga kita menjadi “ikan-ikan yang baik.”

Setelah menyampaikan perumpamaan tersebut Yesus bertanya kepada murid-muridNya apakah mereka telah mengerti semua perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Sorga, yang telah Yesus sampaikan yang terdapat dalam Mat pasal 13. Merekapun menjawab “Ya, kami mengerti.” Sesudah mereka menjawab bahwa mereka telah mengerti, maka Yesus berkenan memberi kepada mereka sebuah gelar yang indah; Ia menyebut mereka “Ahli-ahli Taurat,” yang telah menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga.” Pada zaman itu, “Ahli Taurat” adalah gelar yang dipakai bagi para pengajar agama/ guru agama (Yunani : grammateus), yang berarti ahli dalam Kitab Suci. Murid-murid Yesus adalah pengajar agama, malahan menjadi pengajar agama yang lebih pandai daripada ahli Taurat Yahudi, karena murid-murid itu sudah menerima pengajaran langsung dari Yesus sendiri.

Yesus memperbandingkan murid-muridNya dengan “seorang tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” Perbendaharaan berarti tempat menyimpan persediaan. Di sini persediaan yang lama menunjuk kepada “Penyataan Allah yang telah diberikan dalam Perjanjian Lama” dan persediaan yang baru menunjuk kepada “Penyataan Allah yang baru, yang dibawa oleh Yesus Kristus.” Jadi murid-murid Yesus dalam tugas dan pelayanannya untuk mengajar agama atau menyampaikan kabar baik, tidak boleh melupakan ajaran yang ada di dalam Perjanjian Lama dan juga tidak boleh melupakan ajaran di dalam Perjanjian Baru yang telah diajarkan Yesus. Sebagai Sang Guru, Yesus juga tidak pernah melupakan ajaran-ajaran yang terdapat di dalam perjanjian lama. Sebaliknya Ia justru menggenapinya (baca Mat 5:17).

     Perumpamaan diatas mengingatkan kepada kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan dan Gereja Tuhan, bahwa dalam melayani Tuhan, kita akan menemukan orang yang mau menerima Firman Tuhan serta melakukannya dan orang yang menolak Firman Tuhan atau yang berlaku jahat. Jangan pernah merasa putus asa, kecewa, lelah dan berhenti untuk mewartakan sabda Tuhan, tetapi teruslah berkarya bagi Tuhan sampai akhir zaman. Dan jika saat ini “Penjala-penjala manusia” itu sedang datang menjala kita (melalui ibadah rumah tangga/ PART dll), sudah siapkah kita menjadi ikan-ikan yang baik, yaitu ikan-ikan yang menjadi berkat bagi seluruh umat manusia?


Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
   Melalui Firman Tuhan yang disampaikan kepada kita hari ini, maka sebagai warga Kerajaan Sorga/ Kerajaan Allah, maka marilah kita hidup sesuai aturan-aturan dan prinsip-prinsip hidup yang telah disampaikan Yesus kepada murid-murid pada waktu itu dan kepada kita saat ini. Aturan-aturan dan prinsip-prinsip hidup itu harus kita nyatakan atau terapkan saat ini di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga kita menjadi alat Tuhan yang senantiasa menghadirkan tanda-tanda kerajaan Alah di tengah dunia ini. Tuhan memberkati. 

Bahan Khotbah GKS Jemaat Puu Naga
Minggu, 26 Juli 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.