Minggu, 28 Januari 2018

JIWAKU MERINDUKAN ALLAH (MAZMUR 42:1-16)

Image result for rusa minum air di sungai 

Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan………………….,

Setiap makhluk hidup di dunia ini pasti membutuhkan air. Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh; hewan membutuhkan air untuk terus hidup begitupun manusia. Sebab, hampir 70% tubuh manusia terdiri dari air. Karena itu, manusia dapat menahan rasa lapar tetapi tidak dapat menahan rasa haus sepanjang hari. Bahkan sehari manusia dapat minum berkali-kali agar ia tidak kehausan dan terutama yang terpenting adalah agar tubuhnya sehat. Seseorang yang kurang mengkonsumsi air, terutama air putih dalam sehari maka akibatnya ia menjadi lemah dan gampang terserang penyakit. Disamping itu pula untuk menjalankan berbagai aktivitas/rutinitas manusia sehari-hari seperti memasak, mencuci dsb, manusia membutuhkan air. Oleh karena itu, maka air adalah kebutuhan utama manusia. Jadi air sangat dibutuhkan oleh manusia baik untuk tubuh maupun untuk melakukan berbagai rutinitas sehari-hari. Kebutuhan akan air sebagai yang utama dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain, juga dipakai oleh pemazmur untuk melukiskan tentang kehidupan manusia yang juga bergantung kepada Allah lewat kerinduannya untuk mencari Allah sebagaimana yang dilukiskan dalam perikop bacaan kita saat ini.  

Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan………………….,
            Mazmur 42 adalah suatu refleksi iman yang ditulis oleh seorang pemazmur, dimana pemazmur adalah keturunan bani (anak) Korah dari suku Lewi, yang sedang berada dalam pembuangan. Sebagai orang yang hidup dalam pembuangan, pemazmur sangat menderita. Jiwanya gundah gulana, tertekan dan hatinya gelisah (Ay. 6). Bahkan siang dan malam ia terus menangis. Air mata seolah-olah menjadi makanannya sehari-hari (Ay. 4). Apa yang membuat ia tertekan? Yang membuat ia tertekan adalah karena ia tidak lagi dapat menjalani suatu kehidupan sebagaimana yang ia inginkan. Tidak ada lagi kebebasan dalam hidupnya karena ia telah dibuang dari tanah kelahirannya. Bahkan dalam situasi demikian, orang sekitarnya semakin menekan pemazmur dengan mempertanyakan “Kehadiran/ campur tangan Allah” bagi pemazmur. Lalu apa yang pemazmur lakukan pada saat ia mengalami situasi yang tidak menyenangkan atau penuh dengan tekanan tersebut? Pemazmur tetap berharap kepada Allah. Pemazmur tetap percaya bahwa Allah adalah penolong dalam kesesakan yang ia alami (Ay.6). Pemazmur tidak menyalahkan keadaan yang ia alami atau mencari pertolongan dari sesama, tetapi ia tetap mencari Allah. Sebab ia yakini, hanya Allahlah yang sanggup menolong melepaskan ia dari penderitaannya. Dan untuk menggambarkan betapa pemazmur sangat membutuhkan dan merindukan Allah dalam hidupnya yaitu pemazmur menggunakan suatu metafora (perumpamaan) bagaimana seekor rusa yang merindukan sungai yang berair (Ay. 2). Lalu bagaimana dengan kehidupan kita saat ini?     

Bapak/Ibu/Sdr/I yang dikasihi Tuhan………………….,
Kehidupan yang kita jalani saat ini tentu tidak lepas dari yang namanya “persoalan.” Terkadang ketika kita diperhadapkan pada situasi yang penuh dengan “persoalan” yang membebani hidup kita, entah itu masalah rumah tangga yang kurang harmonis, masalah pekerjaan bahkan kesulitan ekonomi, jiwa kita tertekan bahkan siang malam kita selalu menitikkan air mata. Lalu apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan “menyerah” pada keadaan itu? Ataukah sebaliknya kita justru semakin mendekatkan diri kepada Allah? Biarlah kita boleh belajar dari pemazmur. Saat ia mengalami tekanan dalam hidupnya ia tetap berharap kepada Allah yang hidup, Allah yang ia yakini sanggup menolong “memuaskan” dahaganya yaitu memberi kelegaan/ jalan keluar dari setiap persoalan yang ia alami, lewat kerinduannya untuk mencari Allah. Selamat menjalani kehidupan ini dengan terus merindukan Allah dalam seluruh keberadaan hidup kita, sambil berkata “Jiwaku Merindukan Allah, sebab Ia mengenal hatiku” sebagaimana yang diungkapkan dalam lirik pujian berikut ini :

“Pribadi Yang Mengenal Hatiku”
S'perti rusa yang haus rindu aliran sungaiMU,
hatiku tak tahan menungguMU.
Bagai padang gersang menanti datangnya hujan,
begitu pun jiwaku Tuhan. 
Refrain :
Hanya Engkau Pribadi yang mengenal hatiku,
tiada yang tersembunyi bagiMU,
s'luruh isi hatiku Kau Tahu. 
Dan bawaku 'tuk lebih dekat lagi padaMU, 
tinggal dalam indahnya dekapan kasihMU. 



Oleh Vicaris Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Disampaikan dalam Khotbah Minggu, 28 Jan 2018
Di GKS Pusat Parakamaru-Mamboro-Sumba Tengah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.