Minggu, 05 September 2021

TABAH DALAM MENDERITA (MARKUS 7:24-30)

 

 

     Bapak/ ibu/ Sdr./I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Menjalani kehidupan yang masih Tuhan percayakan hingga saat ini di tengah dunia yang penuh dengan berbagai tantangan dan hambatan yang datang silih berganti tentu tidaklah mudah. Kesulitan, tekanan hidup serta pergumulan yang tak kunjung berakhir membuat hidup yang dijalani penuh dengan penderitaan. Ketika penderitaan tersebut menerpa hidup kita ataupun orang-orang terdekat kita atau orang-orang yang kita kasihi, bagaimana respon atau tanggapan kita? Akankah kita tetap tabah (tetap kuat) menghadapinya atau malah sebaliknya kita memilih untuk menyerah yang membuat kita akhirnya putus asa dan tidak berdaya lagi menjalani hidup ini? Perikop Firman Tuhan hari ini, akan menolong kita bagaimana menyikapi penderitaan yang melanda hidup kita, termasuk sebagai anak-anak Tuhan tanpa harus kehilangan pengharapan dan iman kepada Kristus.

Bapak/ ibu/ Sdr./I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

       Dari Genesaret, Yesus lalu menyingkir ke daerah Tirus, suatu kota yang terletak di sekitar Laut Tengah, yaitu negeri orang non Yahudi (Kanaan). Apa yang mendorong Yesus pergi ke kota tersebut? Jika kita membaca perikop sebelumnya yaitu Markus 7:1-23, rupa-rupanya kita menemukan bahwa telah terjadi perdebatan sengit antara Yesus dengan para pemuka agama Yahudi (sekelompok orang Farisi dan beberapa ahli Taurat) tentang adat istiadat Yahudi, dimana para pemuka agama Yahudi lebih berpegang teguh pada adat istiadat orang Yahudi daripada memiliki iman yang benar terhadap Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perginya Yesus ke daerah Tirus adalah untuk menghindar dari perdebatan dengan para pemuka agama Yahudi tersebut. Tetapi lebih jauh kita juga menemukan bahwa kepergian Yesus ke daerah Tirus semata-mata bukan karena alasan tersebut melainkan Yesus memiliki alasan lain yaitu Ia hendak menunjukan kepada para pengikutNya pada saat itu dan kita di masa kini, apa yang lebih penting dari pada sekedar berpegang teguh pada adat istiadat nenek moyang lewat perjumpaan-Nya dengan seorang perempuan Siro Fenisia.

       Semula Yesus berharap bahwa kedatanganNya ke Tirus tidak diketahui oleh banyak orang. Namun ternyata keberadaan-Nya di sana tidak dapat dirahasiakan. Berita kedatangan Yesus telah tersebar ke seluruh penjuru kota, termasuk sampai kepada seorang perempuan Siro Fenisia, yaitu seorang perempuan non Yahudi berkebangsaan Yunani. Mendengar tentang kedatangan Yesus di kota tersebut, perempuan itu lalu segera datang menemui Yesus. Tentu ia telah mendengar sebelumnya tentang karya dan perbuatan Yesus yang luar biasa, mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus termasuk salah satunya yaitu menyembuhkan orang sakit. Karena itu perempuan tersebut segera bergegas menemui Yesus dengan harapan Yesus mau menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan roh jahat. Perempuan itu datang dengan pengharapan dan iman yang sungguh bahwa Yesus mau dan sanggup menolong anaknya karena itu dengan tersungkur (merendahkan diri) ia memohon kepada Yesus agar Yesus menyembuhkan anaknya yang sakit dengan mengusir roh jahat tersebut yang telah membuat anaknya menderita sekian lamanya. Penderitaan yang dialami anak tersebut akibat sakit yang diderita, tentu juga membawa penderitaan bagi ibunya. Karena itu, sekalipun ia adalah orang kafir, namun karena kasihnya kepada anaknya tersebut dan karena kepercayaannya kepada Yesus, ia datang menemui Yesus. Lalu apa tanggapan Yesus? Sekalipun perempuan tersebut telah memohon kepada Yesus, namun Yesus tidak serta merta menjawab permohonannya. Yesus malah berkata, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Apa maksud dari ucapan Yesus tersebut? Dalam konteks kita dimasa kini, mungkin ungkapan tersebut terdengar kasar dan seperti merendahkan pihak yang lain. Namun dalam konteks saat itu, ungkapan Yesus tersebut tidaklah bermakna demikian. Yang Yesus maksudkan adalah bahwa Ia datang pertama-tama untuk orang Israel (bdk. Mat 15:24). Karena itu biarlah orang-orang Yahudi terlebih dahulu yang mengalami karya dan mujizat Kristus baru sesudah itu bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi. Mendengar jawaban Yesus tersebut, apa sikap dari perempuan tersebut? Ia tidak marah ataupun tersinggung. Sebaliknya ia berkata bahwa : “Benar, Tuhan tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Artinya, benar bahwa Yesus diutus pertama-tama untuk orang-orang Yahudi atau Israel terlebih dahulu tetapi jika Yesus ada di kota orang non Yahudi, yaitu kota Tirus, bukankah tidak ada salahnya jika Yesus juga menyatakan karya dan mujizatNya bagi orang-orang non Yahudi, seperti remah-remah yang dijatuhkan anak-anak (orang Israel yang telah menolak Yesus)? Melihat ketabahan dalam tindakan perempuan tersebut yang penuh pengharapan dan iman, maka Yesus lalu berkata bahwa anaknya telah sembuh. Sehingga perempuan tersebut kembali ke rumahnya dan menemukan bahwa setan itu sudah keluar dari tubuh anaknya.

Bapak/ ibu/ Sdr./I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Kisah perjumpaan Yesus dan perempuan Siro Fenisia tersebut mengajarkan kepada kita tentang pentingnya memiliki ketabahan yang sungguh (tidak mudah menyerah) dalam menghadapi penderitaan hidup. Ketabahan seorang ibu yang ditunjukan dalam pengharapan (tetap berjuang meskipun sulit) dan keteguhan iman (sekalipun tidak langsung mendapatkan jawaban yang diharapkan) kepada Kristus, sekalipun ia adalah orang non Yahudi untuk memperoleh kesembuhan bagi anaknya telah mendorong ia untuk datang kepada Yesus, tetap berjuang memohon kesembuhan bagi anaknya sehingga akhirnya anaknya pun sembuh.

            Bapak/ ibu/ Sdr./I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Mungkin saat ini kita sedang menghadapi penderitaan hidup, entah itu karena tekanan ekonomi, khususnya akibat wabah pandemi covid-19 yang berdampak pada kesejahteraan hidup, masalah rumah tangga yang kurang harmonis, sakit penyakit yang telah diderita sekian lamanya, tantangan dalam pelayanan dan lain sebagainya. Jangan pernah berhenti berjuang dalam menghadapi kesulitan hidup tersebut. Tetaplah tabah dalam menjalani penderitaan tersebut dan datanglah kepada Kristus yang adalah sumber pertolongan kita. Jika perempuan Siro Fenisia yang notabene saat itu bukanlah umat pilihan Tuhan memiliki ketabahan yang sungguh kepada Kristus dalam menjalani penderitaan hidupnya, apalagi kita saat ini yang adalah umat pilihan Tuhan? Jangan tawar hati, kuatkanlah hatimu dan janganlah takut menjalani penderitaan hidup ini. Selamat memasuki minggu yang baru di bulan September 2021, Tuhan memberkati dan memampukan kita menapaki kehidupan hari ini dan selanjutnya. Amin.

 

 

  

(Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol),
Minggu, 05 September 2021,
GKS Jemaat Puu Naga – Waikabubak.

 

 

 

 

Rabu, 12 Agustus 2020

ALLAH MEMBERI TULAH : "NYAMUK" (KELUARAN 8:16-19)

 Komik Alkitab Anak: 10 Tulah

Penjelasan Perikop Alkitab

         Oleh karena Firaun tetap mengeraskan hatinya meskipun ia telah berjanji untuk membebaskan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir pada waktu Allah memberi tulah yang kedua berupa katak, maka sekarang datanglah tulah yang ketiga yaitu nyamuk. Dengan tongkat yang ada ditangan Harun, ia lalu memukul tongkat itu ke tanah (debu), maka debu itu menjadi nyamuk. Tulah yang ketiga ini semakin parah dari tulah-tulah sebelumnya karena di seluruh tanah Mesir penuh dengan debu tanah pada waktu itu. Oleh karena itu nyamuk-nyamuk pun ada di seluruh tanah Mesir. Tulah ini lebih banyak mendatangkan kerugian serta kerusakan daripada tulah-tulah sebelumnya. Sebab tulah ini melanda seluruh tanah Mesir. Tulah ini terjadi atau datang tanpa peringatan terlebih dahulu, oleh karena Firaun tidak mau menepati janjinya dan berkeras hati menolak untuk mendengar dan melakukan perintah Allah. Hanya pada perikop ini kita menemukan kata nyamuk/ agas (bahasa Ibraninya KHINIM). Nyamuk membawa semacam demam dan banyak menggangu orang di Timur Tengah. Menurut Philo, seorang Yahudi pada abad pertama sebelum masehi, ia mengatakan bahwa nyamuk tidak hanya menyebabkan demam tetapi juga gatal-gatal pada sekujur tubuh manusia dan hewan bahkan masuk ke dalam hidung serta telinga dan juga mata manusia dan hewan sehingga menyebabkan mata manusia atau hewan rusak. Tetapi yang menarik adalah jika pada tulah-tulah sebelumnya para ahli Mesir juga berbuat seperti yang dilakukan oleh Musa dan Harun namun pada tulah yang ketiga ini, para ahli Mesir tidak mampu untuk melakukan sama seperti yang dilakukan oleh Musa dan Harun dengan mantra-mantra mereka (Bdkn. 7:11-12,  22; 8:7). Para ahli Mesir memukulkan tongkat-tongkat mereka ke debu tanah dengan maksud untuk menciptakan nyamuk-nyamuk, tetapi saat itu mereka gagal. Kegagalan itu membuat mereka akhirnya mengakui atau berkata bahwa : “Inilah tangan Allah” (kuasa Allah). Akan tetapi Firaun tetap saja berkeras hati dengan tidak mau mendengar Firman dan ketetapan Allah yang telah disampaikan melalui Musa dan Harun, seperti yang telah difirmankan Allah sebelumnya. 

          Riwayat atau kisah tentang tulah ketiga ini cukup singkat, sederhana dan nyatalah berasal dari tulisan para imam atau sumber P (Latin Priester : Imam). Perlu kita ketahui bersama bahwa Kitab Kej – Ulangan atau yang biasa disebut Kitab Musa karena dianggap hasil karya Musa (juga disebut kitab Pentateukh), sesungguhnya berasal dari empat sumber penulis yaitu sumber Yahwist (Y) yaitu kelompok yang menyebut nama Allah dengan sebutan Yahwist dan berasal dari Israel Selatan atau Yehuda, sumber Elohist (E) yaitu kelompok penulis yang menyebut nama Allah dengan Elohim dan berasal dari Israel Utara dan sumber Deuteronomium (D atau Dh). Tidak diceritakan dalam Alkitab bagaimana tulah ini berhenti, atau apakah tulah ini akhirnya berhenti atau tidak. Namun yang pasti bahwa tulah ini terjadi karena Firaun tidak mau menepati janjinya (mendengar dan melakukan perintah Allah) dan sekaligus sebagai bukti bahwa Allah Israel lebih berkuasa daripada illah-illah orang Mesir. Melalui kisah ini marilah kita belajar untuk selalu mendengar dan melakukan apa yang dikehendaki atau difirmankan Allah dalam hidup kita.       

 

Liturgi Ibadah

1.       Sapaan Majelis jemaat

2.       Nyanyian Pembukaan KJ 457 : 1 & 5 “Ya Tuhan, Tiap Jam”

3.       Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.

“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.

4.       Nyanyian respon KJ 292 : 1 “Tabuh Gendang”

5.       Doa pelayanan Firman Tuhan

6.       Pembacaan Alkitab Rumah Tangga : Kel 8:16-19


 Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

         Salah satu sifat manusia adalah ketika ia mendapatkan apa yang ia inginkan atau ketika keinginannya tercapai, maka manusia dengan mudahnya tidak lagi mau menepati apa yang telah ia janjikan, baik itu terhadap sesamanya atau bahkan terhadap Tuhan. Misalnya. ketika ia mengalami pergumulan (sakit) ia berjanji kepada Tuhan dan manusia bahwa jika ia dapat melewati pergumulan itu (sembuh) ia akan rajin ke gereja (lebih dekat kepada Tuhan dan lain sebagainya. Akan tetapi setelah ia melewati pergumulan itu, bukannya menepati janjinya atau hidup lebih dekat kepada Tuhan ia justru kembali kepada cara hidupnya yang menjauh dari Tuhan. Ia tidak mau mendengar dan melakukan kehendak Tuhan. Contohnya Firaun sebagaimana yang dikisahkan dalam perikop bacaan kita hari ini.

 

           Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

          Ketika Allah memberi tulah yang kedua yaitu katak yang menimpa tanah Mesir, Firaun berjanji bahwa ia akan mendengar dan melakukan kehendak Allah Israel yaitu membiarkan umat Israel keluar dari Mesir. Maka melalui Musa dan Harun, Allahpun menghentikan tulah tersebut. Akan tetapi setelah tulah itu berhenti, Firaun justru tidak mau menepati janjinya. Ia tetap berkeras hati dengan tidak membiarkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Akibatnya Tuhan mendatangkan tulah yang ketiga yaitu nyamuk. Allah berkata kepada Musa agar Harun memukul tongkat yang ada ditangannya ke atas tanah yang penuh debu, maka debu tanah itu seketika berubah menjadi nyamuk. Tulah ini lebih parah dari tulah katak sebab, seluruh tanah Mesir saat itu penuh dengan debu dan karena itu nyamuk-nyamuk sangat banyak memenuhi seluruh tanah Mesir. Nyamuk-nyamuk tersebut tidak hanya menyebabkan demam, gatal-gatal disekujur tubuh manusia dan binatang, tetapi nyamuk-nyamuk itu juga masuk kedalam hidung bahkan mata sehingga menyebabkan kerusakan. Bayangkan bagaimana tulah tersebut begitu menggangu dan meresahkan kehidupan orang Mesir. Tidak mau kalah, ketika ahli-ahli Mesir mencoba melakukan hal itu dengan memukul-mukul tongkat mereka ke tanah sambil mengucapkan mantra-mantra mereka, ternyata mereka tidak dapat melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Musa dan Harun (bdkn. ditulah yang pertama dan kedua mereka juga ,melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Musa dan Harun untuk menunjukan bahwa mereka dapat berbuat seperti yang dilakukan Allah Israel). Kegagalan para ahli Mesir tersebut membuat mereka akhirnya menyadari bahwa Allah orang Israel adalah Allah yang berkuasa, yang hebat. Namun meskipun Firaun telah melihat dan mengalami hal itu, tetap saja ia berkeras hati dengan tidak mau mendengar dan menuruti kehendak Allah.

             Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Bukankah dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, terkadang kita berbuat atau bertindak seperti yang dilakukan Firaun? Meskipun Allah telah menegur dan memperingatkan kita melalui para hamba-hambaNya agar kita senantiasa hidup dekat dengan Dia, mendengar dan melakukan kehendakNya hati kita tetap dikeraskan? Bahkan saat Allah telah menjawab doa-doa kita sekalipun, kita tetap saja tidak mau mendekatkan diri kepadaNya malah kita berpaling dari Dia. Khususnya saat ini dengan adanya pandemi covid-19 ini, Allah sedang menegur kita agar kita kembali berpaling kepadaNya, lebih mendekatkan diri kepada Dia bukan malah semakin menjauh dari Dia. Jangan sebaliknya dengan adanya covid-19 lalu kita beralasan takut tertular sehingga kita memilih untuk stay at home dan tidak mau ke gereja. Tapi kalau pergi ketempat-tempat lain kita justru tidak merasa takut dan kuatir namun untuk datang ke rumah Tuhan kita malah takut dan kuatir. Ingat, jangan tunggu sampai Tuhan menulahi kita (menegur kita) lebih parah dari keadaan saat ini. Belajarlah untuk selalu mendengar dan melakukan kehendak Allah sehingga hidup kita senantiasa diberkati Tuhan. Tuhan memberkati kita semua, amin.

 

7.       Persembahan diiringi KJ 302 : 1-3 “Kub’ri Persembahan”

8.       Doa syukur (persembahan) dan syafaat.

9.       Nyanyian penutup  KJ 408 : 1-3 “Di Jalanku ‘Ku Diiring”

10.   Berkat : “Semoga Allah yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan menuju terang, terus berjuang dan menyertai hidup kita, dalam pengasihan anakNya Tuhan kita Yesus Kristus serta dalam naungan dan bimbingan Roh-Nya yang Kudus tetap menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita dari saat ini sampai selama-lamanya.                                 (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)



Bahan PART GKS Jemaat Puu Naga

Rabu-Jumat, 12-14 Agustus 2020

Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol


PERCAYALAH (MATIUS 14:22-33)

 RENUNGAN ROHANI KATOLIK: PETRUS BERJALAN DIATAS AIR

Sesudah memberi makan lima ribu orang, Yesus menyuruh murid-murid untuk naik ke perahu mendahuluiNya ke seberang Betsaida, yaitu ke Kapernaum (Ay. 22), sementara Yesus tetap tinggal di situ seorang diri dan pergi ke sebuah bukit untuk berdoa (Ay. 23). Latar belakang mengapa Yesus menyuruh murid-murid untuk mendahuluiNya dapat kita baca dalam Yoh 6:15; setelah orang banyak sadar akan mujizat yang Yesus lakukan, mereka mau memaksa Yesus untuk menjadikan Ia  raja di Palestina. Karena Yesus tahu waktunya belum tepat, maka Yesus memilih untuk menghindar supaya tidak menimbulkan kekacauan, termasuk menghindarkan murid-murid dari bahaya yang dapat menimpa mereka.

Setelah beberapa mil dari pantai, perahu yang ditumpangi murid-murid mengalami kesusahan oleh angin sakal (Ay. 24). Murid-murid harus mendayung perahunya sekuat tenaga agar sampai ke seberang sebelum perahu mereka semakin dihantam gelombang. Melihat hal itu, kira-kira jam 3 subuh Yesus lalu datang kepada murid-murid dengan berjalan di atas air. Melihat hal itu murid-murid terkejut dan mengira Dia hantu (Ay. 25-26) tetapi Yesus lalu menyakinkan dan menenangkan mereka bahwa itu Dia (Ay. 27). Petrus salah seorang dari ke 12 murid itu hendak pergi kepada Yesus untuk memastikan bahwa benar Dia itu Yesus (Ay. 28). Yesus lalu mengajaknya “Datanglah” sehingga Petrus berjalan di atas air ke arah Yesus (Ay. 29). Namun sebelum sampai kepada Yesus, karena takut dan bimbang iapun tenggelam lalu berteriak kepada Yesus agar Yesus menolongnya (Ay.30). Yesus segera mengulurkan tanganNya untuk menolong dia dan menegurnya sebagai orang yang kurang percaya dan bimbang (Ay. 31). Yesus lalu mengangkat Petrus dan bersama-sama dengan dia  menuju perahu. Sesampainya mereka diperahu anginpun reda (Ay. 32). Melihat hal itu murid-murid yang ada di perahu lalu sujud menyembah Yesus katanya “Sesungguhnya Engkau Anak Allah” (Ay. 33).  

 Dari perikop ini, pokok-pokok Teologis yang dapat kita sampaikan yaitu :  

1.      Pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya. Yesus tidak membiarkan murid-murid sendirian menghadapi badai kehidupan melainkan Ia selalu Ada dan bersama mereka. Karena itu percayalah kepada Tuhan

Aplikasi : Saat kita mengalami pergumulan hidup, ingatlah bahwa kita tidak pernah sendirian. Yesus selalu mengetahui dan Ia bersama-sama dengan kita melewati setiap pergumulan hidup itu. Karena itu teruslah percaya dan mempercayakan hidup kita pada tuntunan dan penyertaan Tuhan

 

2.    Yesus menegur Petrus yang takut dan bimbang sebagai gambaran kehidupan orang beriman yang takut menghadapi pergumulan hidup. Hidup kita hendaknya selalu berpusatkan pada Kristus bukan pada pergumulan hidup yang kita alami.  

Aplikasi : Selama kita memusatkan perhatian kepada Yesus, kita tidak akan merasa takut dan bimbang, kita akan kuat di dalam iman tetapi apabila kita melupakan Yesus, iman menjadi pudar dan kita tenggelam oleh karena persoalan hidup yang kita alami.

 

3.  Saat Petrus mengalami masalah, ia tahu kemana harus meminta pertolongan yaitu Yesus Kristus. Pertolongan Yesus selalu tepat pada waktunya. Saat Yesus berada di atas perahu anginpun reda  

Aplikasi : Saat kita mengalami pergumulan hidup, segeralah berseru kepada Tuhan bukan mencari pertolongan pada manusia apalagi mengandalkan diri kita sendiri. Tuhanlah yang menjadi sumber pertolongan dalam hidup kita dan biarkan Ia dengan caraNya sendiri menolong kita menghadapi pergumulan hidup ini. Saat Yesus ada dalam bahtera kehidupan kita, hati kitapun dapat tenang.  


Bahan Renungan

 

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Dalam perjalanan hidup ini, kita tidak pernah terlepas dari yang namanya “persoalan.” Setiap orang dalam hidupnya selalu memiliki persoalan atau pergumulan hidup. Terkadang saat masalah atau persoalan yang satu diselesaikan muncul lagi masalah yang lain. Masalah yang kita hadapi ada yang ringan namun adapula yang berat. Karena itu ada banyak orang Kristen yang berdoa kepada Tuhan agar Tuhan menjauhkan dia dari masalah-masalah hidup. Namun toh, tetap saja masalah itu ada. Lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Saat kita menghadapi masalah itu apakah kita lebih cenderung mengandalkan kekuatan kita ataukah mengandalkan Tuhan? Masalah itu apakah membuat kita menjadi takut dan bimbang ataukah justru membuat kita semakin berani menjalani hidup ini karena kita percaya Tuhan tak kan pernah meninggalkan kita?  

 

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

      Perikop bacaan kita hari ini bercerita tentang murid-murid Yesus yang juga mengalami masalah. Ketika murid-murid berada di atas perahu menuju daerah Kapernaum, perahu yang ditumpangi mereka dihantam angin sakal, yaitu angin yang bertiup dari darat ke laut sehingga murid-murid harus berjuang sekuat tenaga untuk melawan angin itu agar mereka sampai ke pinggir pantai. Pada waktu itu Yesus tidak bersama-sama dengan mereka diperahu karena Yesus telah memerintahkan mereka untuk lebih dahulu ke seberang sedangkan Yesus pergi untuk berdoa kepada Bapa di sorga. Ketika melihat murid-murid dari kejauhan sedang mengalami masalah, Yesus segera datang untuk meredakan angin tersebut. Salah seorang dari murid-murid yang ada di perahu itu yaitu Petrus, ketika melihat Yesus berjalan di atas air ia ingin pergi menemui Yesus sedangkan murid-murid yang lain terkejut, disangkanya Yesus itu hantu. Namun, karena angin yang kencang Petrus lalu menjadi takut dan bimbang sehingga ia akhirnya tenggelam. Segera ia meminta pertolongan Yesus supaya ia tidak tenggelam. Yesuspun menolongnya dan menegurnya sebagai orang yang kurang percaya dan bimbang. Lalu Yesus bersama dengan Petrus naik perahu itu dan meredakan angin itu. Anginpun reda. Melihat hal itu, murid-murid yang ada di perahupun akhirnya sujud menyembah Dia, katanya : “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”  

 

Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Bukankah dalam hidup ini seringkali perahu kehidupan kita juga dihantam angin kencang yang membuat kita takut dan kuatir menjalani hidup? Bukankah selama kita hidup masalah akan terus ada seolah-olah tidak pernah lepas dari kehidupan kita? Saat kita mengalami pergumulan hidup ingatlah bahwa Tuhan Yesus selalu ada. Ia tidak pernah meninggalkan kita menghadapi masalah atau pergumulan hidup itu seorang diri. Ia mau ketika kita kita diperhadapkan pada masalah itu, kita segera datang dan berseru kepada Dia seperti Petrus tapi dengan iman yang sepenuh hati agar tidak ada kebimbangan. Yesus pasti akan menolong kita. Saat Yesus berada di atas “perahu” kehidupan kita maka seberat apapun tantangan yang kita hadapi, kita akan dapat melewatinya karena kita mempunyai Tuhan yang Hidup dan berkuasa. Karena itu PERCAYALAH kepada Kristus. 


Saat Masalah Datang, Jangan Berfokus Kepada Masalah Itu,

Tapi  Percayalah kepada Tuhan, Fokuslah KepadaNya, 

Maka Hati Kitapun Tenang Menghadapinya”



Bahan Khotbah GKS Jemaat Puu Naga

Minggu, 09 Agustus 2020

Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol



Rabu, 05 Agustus 2020

ALLAH MEMBERI TULAH : KATAK (KEL 8:1-15)

Alkitab Anak 10 Tulah for Android - APK Download


Penjelasan Perikop Alkitab

            Sesudah tulah yang pertama dimana air di sungai Nil berubah menjadi darah, maka Allah kembali memberi tulah yang kedua kepada orang Mesir yaitu katak. Hal ini terjadi karena Firaun tidak mau mendengar dan mentaati perintah Allah untuk melepaskan umat Israel keluar dari Mesir, supaya mereka dapat beribadah kepada Tuhan di gunung Tuhan (yaitu gunung Sinai). Melalui Musa, Allah mengingatkan Firaun apa yang akan terjadi jika ia tetap menolak mentaati perintah Tuhan dan melalui Harun hukuman atau tulah itu benar-benar nyata (Ay. 1-6). Maka ketika Firaun tetap berkeras hati menolak perintah Allah tersebut, seluruh tanah Mesir penuh dengan katak sehingga hal itu sangat mengganggu seluruh penduduk Mesir, termasuk juga Firaun. Mengapa Allah memberi tulah berupa katak bukan binatang lain yang lebih mematikan? Walaupun katak ini tidak mematikan namun toh ia adalah binatang yang sangat menjijikan dan jumlahnya sangat banyak pada waktu itu sehingga menimbulkan keresahan dan kepanikan di seluruh Mesir. Katak sesungguhnya adalah salah satu binatang yang cukup erat dengan kehidupan orang Mesir dimana ia dihubungkan dengan seorang dewi Heqet yang menolong para perempuan Mesir pada waktu mereka melahirkan dan dewi Heqet juga dipuja sebagai dewi yang memberi kesuburan bagi orang Mesir (pemberi anak atau keturunan). Tetapi apa yang selama ini dipuja-puja atau disembah oleh orang Mesir, Allah dapat memakai hal itu untuk mempermalukan mereka. Dengan adanya tulah ini, Allah sedang menunjukan kuasanya kepada orang Mesir bahwa Allah dapat memakai ilah-ilah orang Mesir untuk mendatangkan bencana atau malapetaka bagi mereka. Tidak tahan dengan tulah tersebut, Firaun pun meminta kepada Musa dan Harun agar mereka berdoa kepada Allah Israel menghentikan tulah tersebut disertai dengan janji bahwa ia akan menuruti kehendak Allah tersebut setelah tulah ini berakhir. Di sini kita melihat bahwa Firaun mulai mengakui bahwa Allah Israel itu berkuasa dan karena itu Ia memiliki otoritas penuh dalam kehidupan manusia. Firaun percaya bahwa katak-katak tersebut bermunculan karena perbuatan Allah dan karena itu iapun juga percaya bahwa Allah sanggup untuk melenyapkan atau memusnahkan katak-katak itu. Lalu Musapun bertanya kepada Firaun kapan ia harus berdoa kepada Tuhan agar Tuhan menghentikan tulah tersebut. Jawab Firaun “Besok.” Tentu kita bertanya-tanya mengapa Firaun tidak menyuruh Musa untuk berdoa saat itu juga kepada Allah supaya katak-katak itu langsung lenyap? Mengapa harus menunggu sampai besok? Kemungkinan besar Firaun saat itu masih dilematis bukan karena ia tidak percaya kepada kuasa Allah Israel melainkan ia dilema untuk melepaskan umat Israel pergi dari tanah Mesir secepat itu. Musa setuju dengan permintaan Firaun tersebut, untuk berdoa kepada Allah besok supaya Firaun mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Israllah yang melenyapkan katak-katak itu. Tidak ada allah lain seperti Tuhan, Allah Israel (Bc. Ay. 7 dan bdkn dgn Ay.10). Musa dan Harunpun akhirnya berdoa kepada Allah dan katak-katak itupun akhirnya mati dan lenyap. Tetapi Firaun rupa-rupanya tidak menepati janjinya. Ia tetap berkeras hati dan tidak mau melepaskan umat Israel untuk pergi menyembah Allah. Padahal adanya tulah kedua ini untuk menegaskan bahwa perintah dan kehendak Allah kepada manusia harus didengarkan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh; bahwa Allah berkuasa melebihi segala kuasa yang ada di dunia ini, termasuk kuasa dari ilah-ilah atau dewa-dewa yang disembah oleh orang Mesir. Pelenyapan suatu tulah disebut untuk pertama kali pada perikop ini.

          Melalui tulah yang kedua ini, kita melihat bahwa ketika manusia tidak mau mendengar dan mentaati kehendak Allah maka Allah tidak segan-segan untuk menurunkan tulah atau memberi hukuman kepada manusia. Sebaliknya jika manusia mau menuruti kehendak Allah, maka Allah tidak akan mendatangkan hukuman kepada manusia dan juga Ia akan mencabut hukuman yang telah Ia berikan. Akan tetapi sayangnya, manusia seringkali ingkar janji kepada Allah setelah manusia mendapatkan apa yang diinginkannya, seperti yang dilakukan Firaun. Manusia seringkali tidak mau menepati janjiNya kepada Allah meskipun Allah telah memberikan apa yang dibutuhkan manusia.     

  Liturgi Ibadah


1.       Sapaan Majelis jemaat

2.       Nyanyian Pembukaan KJ 18 : 1-2 “Allah Hadir Bagi Kita”

3.       Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.

“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.

4.       Nyanyian respon KJ 18 : 3-4 “Allah Hadir Bagi Kita”

5.       Doa pelayanan Firman Tuhan

6.       Pembacaan Alkitab Rumah Tangga : Kel 8:1-15

 

  Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

          Ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mau mendengar dan mentaati perintah yang kita berikan maka biasanya yang kita lakukan adalah memberi hukuman atau sangsi agar mereka mau melakukan apa yang kita kehendaki. Dan jika seseorang atau sekelompok orang telah menerima hukuman atau sangsi itu dan bersedia untuk mau mendengar apa yang kita perintahkan maka kita tentu tidak akan terus menerus menghukum mereka bukan. Misalnya di rumah sebagai orang tua, kalau anak-anak tidak mau mendengar dan mentaati apa yang kita perintahkan (contoh suruh tidur siang tapi mereka menolak, suruh belajar malah mereka bermain) maka sebagai orang tua tidak segan-segan kita untuk memberi hukuman kepada mereka. Akan tetapi saat anak-anak kita akhirnya mau mendengar perintah kita, maka tentu kita tidak akan terus menerus menghukum mereka. Hal inilah yang dilakukan Allah kepada orang Mesir sebagaimana perikop bacaan kita saat ini.

 

         Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

        Pada waktu itu Musa dan Harun pergi menghadap Firaun sebagaimana perintah Allah agar Firaun menginjinkan umat Israel pergi sembahyang ke bukit Tuhan. Allah tahu bahwa Firaun ini seorang yang keras hati dan tidak mau mendengarkan perintah Allah. Karena itu melalui Musa Allah berfirman jika Firaun tidak mau mendengar dan melakukan perintah Allah, maka Allah akan menulahi seluruh negri Mesir dengan katak. Ini adalah tulah kedua yang diberikan Allah jika Firaun masih tetap mengeraskan hatinya. Dan oleh karena Firaun tetap tidak mau mendengarkan perintah Allah itu, maka atas perintah Allah, Harun memukul tongkatnya ke atas tanah Mesir sehingga negri Mesir penuh dengan katak. Katak memang tidak mematikan tetapi jika katak-katak tersebut jumlahnya sangat banyak, maka tentulah hal itu akan mengganggu kehidupan dan kenyamanan seluruh penduduk Mesir, termasuk Firaun. Selama ini orang Mesir menghubungkan katak dengan seorang dewi yang bernama Heqet, yaitu dewi kesuburan (pemberi keturunan) dan yang menolong perempuan-perempuan Mesir melahirkan sehingga katak di Mesir menjadi salah satu binatang yang diharamkan untuk dibunuh (Bdkn. di India, orang India tidak memakan daging sapi karena sapi dianggap sebagai titisan dewa mereka). Maka Firaunpun meminta kepada Musa agar Musa berdoa kepada Allah Israel supaya tulah-tulah ini dihentikan dan ia berjanji akan mengijinkan bangsa Israel keluar dari Mesir. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Setelah Allah mendengarkan doa Musa dan tulah ini berakhir, Firaun tetap tidak mau menepati janjinya. Ia tetap tidak mau melepaskan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.

              Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,

Terkadang kitapun berlaku seperti Firaun. Allah sudah menegur kita dengan berbagai hal namun kita tetap saja tidak mau mendengar perintah Allah, meskipun Allah telah mendengar janji kita. Misalnya saat kita sedang “sakit” dan kita merasa bahwa kita sudah tidak lagi mampu menanggung penderitaan itu, lalu kita berjanji : “Jika Tuhan menyembuhkan saya, maka saya akan rajin ke gereja, baca Alkitab dsb.” Lalu Ketika Allah sudah mendengar doa kita, Dia menyembuhkan kita, maka kitapun ingkar janji. Sakit ingat Tuhan, sembuh mulai sudah melupakan Tuhan. Ingat bapak ibu sdr/I yang dikasihi Tuhan, saat kita tetap mengeraskan hati kita dengan tidak mau mendengar dan mentaati perintah Allah, maka Allah tidak segan-segan akan “menghukum” kita dengan kasihNya. Belajarlah untuk selalu mendengar dan mentaati perintah Allah meskipun hal itu sulit untuk kita lakukan. Tuhan memberkati kita semua, amin.

 

7.       Persembahan diiringi KJ 444 : “Mengucap Syukurlah”

8.       Doa syukur (persembahan) dan syafaat.

9.       Nyanyian penutup  KJ 329 : 1-2 “Tinggal Sertaku”

10.  Berkat : “Semoga Allah yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan menuju terang, terus berjuang dan menyertai hidup kita, dalam pengasihan anakNya Tuhan kita Yesus Kristus serta dalam naungan dan bimbingan Roh-Nya yang Kudus tetap menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita dari saat ini sampai selama-lamanya.                                 (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)




Bahan Pembacaan Alkitab Rumah Tangga
Rabu - Jumat, 05-07 Agustus 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol


On Being Brave During Difficult Time (John 18:28-19:5)

yesus dan pilatus – Blognya Pemulung Hikmat (Pdt. David Sudarko ...

Brothers and sisters in Christ,

We are indeed no stranger to this one animal, the turtle. In addition to having a unique shape, the turtle has one interesting trait: when a turtle senses a danger that threatens her life, the turtle will enter her shell. However, if the situation feels safe (no more threat), then the turtle will come out of its shell. It is the nature of a turtle to look for a safe place when facing a dangerous situation; the same character can also be found in human beings, as we can see in the part of the Bible that just read.

  

Brothers and sisters in Christ,

John 18: 28-19: 5 tells the story about the Jews (along with the Roman army) who brought Jesus to Pontius Pilate to face a trial. It was still morning when Jesus was taken to the courthouse for the examination, but the Jews did not want to go inside because they were about to celebrate the Passover. Passover is a celebration to commemorate the departure of the Israelites from the land of Egypt. The Jews did not want to defile themselves by entering the courthouse.

You may wonder: Why did the Jews bring Jesus to Pontius Pilate? Why can’t they set a trial for Jesus according to their own law? We know from the Bible that even Pontius Pilate asked for Jesus to be judged according to Jews law (Verse 31). The Jews refuse to set their own trial for Jesus as requested by the Pilate because they want to protect themselves from trouble; hence they sought for a "safe" position by handing Jesus’ trial to Pontius Pilate. The Jews accused Jesus of being a "criminal," but they did not dare to put Him on trial by themselves, let alone kill him because they were afraid of the followers of Jesus. The Jews were always looking for the right time to arrest Jesus (Matthew 21:46; John 7:30). So it is clear that even though the Jews hated Jesus very much, but they did not dare to put Him on trial themselves.

Pontius Pilate - who was a Roman Governor at that time with the authorization from the Roman Emperor to lead in Judea and its surroundings - even though he knew that the accusations that the Jews were making about Jesus were not true (verse 38b); even though he knew that Jesus was not a criminal, he did not have the courage to decide how to deal with the matter. The Pilate's attitude, in looking for a "safe" position can be seen through:

First, He refuses to handle the case (verse 31). Although he was the governor at that time with the power to control the situation, he did not want to be involved with the problems among the Jews. Therefore, he preferred to bestow the trial of the Jews.

Second, when he finally took the case, he did not find any mistakes that the Jews accused Jesus of doing (verse 38); hence he tried to release Jesus by: "Reminding the Jews of their habit of freeing a criminal at the time of Passover (verse 39). However, Pilate's attempt failed because the Jews preferred to release a man named Barabbas, a criminal, instead of releasing  Jesus (verse 40). In here, we can see that Jesus is not a criminal; he does not fit the criteria of a criminal; he is not a thief, not a robber, not a killer. The real motive on why the Jews at that time wanted Jesus to be arrested was because they thought Jesus was a blasphemer of God. For the Jews, a blasphemer is far more dangerous than a criminal. That is their real reason when they arrested Jesus.

Third, the next thing that the Pilate did was to compromise with the Jews by telling his soldiers to flog Jesus. Putting a crown made of tree thorns and purple robes (symbol of suffering) on Jesus and gave Him. By doing this, the Pilate thought that the Jews would be satisfied and change their mind about the case. Unfortunately, the Jews did not want to let Jesus go. They then requested that the Pilate must put Jesus on the cross because He has considered Himself, the Son of God (Chapter 19 Verse 7).

We see that Pilate was facing a difficult situation. On the one hand, he wanted to free Jesus; on the  other hand, he was afraid of the people who wanted Jesus to be arrested. Pilate was not brave enough to stand on his own judgment in facing the dilemma of Jesus’ case. Even though he knew that Jesus was innocent, but because he was afraid of the Jews, he finally fulfilled the demands of the Jews to crucify Jesus.

 

How did Jesus react to the situation that was threatening His life? One thing for sure, He was not afraid. Jesus' attitude was just the opposite. He stands firm amid a problematic and challenging situation that he was facing. He did not show any fear, both before the Jews and the Pilate. We can see this when the Jews came to arrest Jesus. He did not run away, even though He knew that the time had come. In front of the Pilate, when Pilate asked whether Jesus was the king of the Jews, Jesus even dared to tell the truth that He was the King of the Jews and He came to testify of that truth (See verse 33-37).

 

      Brothers and sisters in Christ,

From the part of the Bible that we read today, we can see that, when humans were forced to face a difficult or dangerous situation, they preferred to be in a "safe zone" rather than choosing to face that difficulty, as the Jews and the Pilate did. However, as the children of God, Jesus has shown us an example of "courage" in facing difficulties in life.

 

Brothers and sisters in Christ,

Every one of us must have experienced difficult times, or maybe we are currently experiencing it: it can be an economic difficulty, problems at work, unharmonious household life, church life, and even in our lives as citizens of the nation, especially while preparing for the election on April 17th, 2019. During a difficult situation, what should we do? Are we going to choose to stay in a "safe position" by running away or avoiding our problems, even when we know that it is wrong to do so, or are we going to be brave and strong and decided to face our difficult situations by sticking to the truth of God's Words? This is a call for all of us, including me, let us imitate Jesus who dares to be "brave" in dealing with various difficult situations because He knows that he is right. Jesus blesses us all, amen.

 

By Rev. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol

(Sunday Service, at GKPB Dhayana Pura

Sunday, April 7th, 2019)