"Mazmur Daud. Ya TUHAN, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada permohonanku! Jawablah aku dalam kesetiaan-Mu, demi keadilan-Mu!
Suatu hari, seorang pemuda sedang bergumul untuk mendapatkan pasangan hidupnya. Di tengah keputusasaannya itu, ia lalu memanjatkan doa kepada Tuhan :
”Ya Tuhan, kalau dia memang jodohku, dekatkanlah ..... Tapi kalau bukan jodohku, jodohkanlah..
Jika dia tidak berjodoh denganku, maka jadikanlah kami jodoh.... Kalau dia bukan jodohku, jangan sampai dia dapat jodoh yang lain selain aku...... Kalau dia tidak bisa di jodohkan denganku, jangan sampai dia dapat jodoh yang lain, biarkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku..... dan saat dia tidak memiliki jodoh, jodohkanlah kami kembali.
Ya Tuhan, kalau dia jodoh orang lain, putuskanlah! Jodohkanlah denganku....
Jika dia tetap menjadi jodoh orang lain, biar orang itu ketemu jodoh dengan yang lain dan kemudian jodohkanlah kembali dia denganku. Amin.”
Saudara yang terkasih, doa sang pemuda tersebut mungkin juga pernah menjadi salah satu pokok doa kita secara pribadi. Doa untuk mendapatkan pasangan hidup atau jodoh kita. Namun yang pasti, bahwa doa pemuda tersebut menyiratkan suatu ”paksaan” kepada Tuhan menurut kehendaknya sendiri bukan berdasarkan apa yang Tuhan kehendaki. Ia telah menentukan pilihan yang menurutnya tepat menjadi pendamping hidupnya sehingga ia perlu memaksa Tuhan untuk mengabulkan permintaannya itu. Sadar ataupun tidak, seringkali kita juga suka memaksakan kehendak kepada Tuhan melalui doa-doa kita. Misalnya Tuhan saya mau PH (pasangan hidup) saya nantinya orang dari suku ini, tampangnya kalau bisa Tuhan mirip Brad Pitt, Asthon Kutcher atau mirip Angelina Jolie, Britney Spears, pintar, baik hati, memiliki suara yang merdu seperti Christina Aquilera dll... Dan ketika apa yang kita minta tidak sesuai dengan yang kita harapkan, maka kekecewaan, kesedihanlah yang akhirnya keluar dari mulut kita. Untuk itu kita dapat belajar dari kehidupan Daud dimana Daud mau belajar untuk melakukan kehendak Allah, bukan kehendaknya sendiri. Sebab Daud menyadari bahwa kehendak Allahlah yang dapat menuntun hidupnya sehingga ia dapat hidup dengan selamat, termasuk selamat dari bahaya (kesusahan). Jangankan Daud, Tuhan Yesus saja tidak pernah memaksakan kehendakNya, tetapi melakukan apa yang dikehendaki BapaNya (Yoh. 6: 38). Bahkan Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladanNya dalam Doa Bapa Kami ”jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga,” (Mat. 6:10b).
Saudara yang terkasih, melalui perenungan ini, kita diingatkan kembali supaya jangan memaksakan kehendak kita melainkan belajar untuk menyerahkan kepada kehendak Tuhan, termasuk dalam urusangan mencari pasangan hidup, pekerjaan, dalam kehidupan bergereja maupun di masyarakat. Apa yang baik menurut kita, belum tentu itu yang terbaik di mata Tuhan. Manusia boleh berencana, tapi Tuhan yang berkehendak. Oleh karena itu, apapun yang menjadi pergumulan kita, serahkanlah kepada Tuhan, maka Ia akan bertindak. Tuhan Yesus memberkati kita semua (renungan pribadi penulis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.