Setelah perbuatannya diketahui oleh Firaun, dimana Musa
membunuh salah seorang Mesir karena melakukan ketidakadilan terhadap salah
seorang saudaranya yaitu orang Israel di Mesir, Musapun melarikan diri ke
Midian dan tinggallah ia untuk beberapa waktu lamanya di sana. Namun Firman
Tuhan datang kepada Musa agar Musa kembali ke Mesir (Ay. 19). Allah menyuruh
Musa kembali ke Mesir dengan tujuan agar Musa membawa dan menuntun umat Israel
keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian yang dijanjikan Allah
sebelumnya kepada nenek moyang Israel, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Karena
itu Musapun memohon ijin kepada mertuanya Yitro untuk pergi ke Mesir, melihat
saudara-saudaranya, yaitu kaum keluarga Musa sendiri yang masih tinggal di sana
dan secara umum semua orang Israel di Mesir. Yitropun memberi ijin dan
mendoakan agar Musa pergi dalam keadaan selamat. Lalu Musapun pergi bersama
dengan Zipora istrinya dan Gersom anaknya (Ay.18-20).
Sebelum
Musa berangkat ke Mesir, Allah telah berpesan kepadanya agar ia melakukan
mujizat-mujizat yang telah ditunjukan Allah kepada Musa sebelumnya (Kel 3-4).
Tujuannya agar Firaun percaya bahwa Allahlah yang telah mengutus Musa
kepadanya. Namun Allah mengeraskan hati Firaun sehingga ia tidak melepaskan
umat Allah itu sampai Allah menurunkan tulah yang dahsyat, dimana seluruh anak
sulung orang Mesir akan mati (Ay.21-23). Mengapa Allah bertindak
demikian? Mengapa Allah tidak serta merta melunakkan hati Firaun sehingga ia
dengan mudah membebaskan umat Israel keluar dari tanah Mesir? Allah bertindak
demikian sesungguhnya Allah ingin memperlihatkan kuasaNya kepada Firaun secara
khusus dan juga orang Mesir bahwa Ia adalah Allah yang berkuasa dan tidak ada
allah lain di dunia ini yang lebih berkuasa daripadaNya, termasuk ilah-ilah
yang ada di Mesir (hal ini nampak melalui tulah-tulah yang Allah timpakan
kepada bangsa Mesir).
Akan
tetapi di tengah perjalanan itu, ketika Musa dan istri serta anaknya bermalam
di suatu tempat, Allah berencana membunuhnya (Ay. 24). Mengapa Allah melakukan
hal itu? Bukankah Musa telah taat dan mau mengikuti perintahNya? Menurut
pendapat beberapa ahli tafsir, salah satunya Dr. Robert M. Paterson dalam
bukunya yang berjudul Tafsiran Alkitab : Kitab Keluaran, mengatakan bahwa dalam
perjalanan itu Musa mengalami sakit dan penulis kitab Keluaran menghubungkan
sakit Musa itu disebabkan karena kuasa TUHAN. Hal ini tidak terlepas dari
konsep umat Israel yang mempercayai bahwa segala sakit penyakit itu terjadi
karena TUHAN marah terhadap manusia yang selalu hidup dalam dosa dan karena itu
penulis kitab Keluaran ini lalu menghubungkan sakit Musa tersebut dikarenakan
Tuhan marah kepada Musa sehingga LAI menterjemahkan secara bebas dengan
mengatakan TUHAN berikthiar membunuh Musa. Namun Zipora, istri Musa percaya
bahwa Musa sakit karena baik dia maupun anaknya mereka belum sunat (Ingat bahwa pada waktu itu sunat merupakan
tanda perjanjian antara Allah dengan umatNya). Karena Musa nyatalah terlalu
sakit untuk disunatkan pada waktu itu, sehingga Zipora menyunatkan anaknya
dengan menggunakan pisau batu (Sunat
sudah ada sebelum alat besi dibuat. Dengan demikian Zipora berbuat sesuai
dengan kebiasaan yang sangat kuno, yang menurutnya pisau harus dibuat dari batu
untuk menyunat orang). Kulit khatan anaknya itu lalu di sentuhkan ke kaki
Musa (terjemahan yang tepat adalah yaitu
ditempelkan ke alat kelamin Musa; namun di sini LAI menterjemahkannya secara
halus dengan mengatakan “kaki Musa”), Musa dianggap seakan-akan disunatkan.
Dengan demikian maka Musa siap melayani Tuhan sebagai hamba-Nya. Lalu Musapun
sembuh dan Zipora mengatakan bahwa Musa adalah “pengantin darah bagi dia” (pengantin darah adalah suatu gelar yang sangat
kuno yang diberikan kepada orang yang akan menikah tetapi orang tersebut belum
sunat dan karena itu dia harus disunat. Pelaksanaan sunat ini umumnya dilakukan
oleh calon mertua laki-laki. Namun dalam konteks cerita ini, hal itu tidak
memungkinkan sehingga Ziporalah yang melakukannya), yaitu pengantin yang
sekarang telah bersunat (Ay. 24-26). Selanjutnya di Ay.27-28
diceritakan mengenai pertemuan Musa dengan Harun di gunung Allah, yaitu gunung
Horeb atau gunung Sinai dan bersama-sama mereka lalu pergi ke Mesir untuk
bertemu dengan para tua-tua Israel dan memberitahukan segala sesuatu yang telah
difirmankan Allah kepada Musa, sehingga umat Israelpun akhirnya berlutut dan
sujud menyembah Allah yang telah memperhatikan kesengsaraan mereka (Ay.29-31).
Melalui
kisah ini kita dapat melihat bahwa meskipun Musa telah melarikan diri dari
Mesir ke tanah Midian, namun Allah memanggilnya kembali agar Allah dapat
melaksanakan rencanaNya membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.
Mari kita belajar seperti Musa, sekalipun ia telah pergi namun ia kembali untuk
melaksanakan rencana Allah bagi umatNya. Tuhan berkati.
Liturgi Ibadah
1.
Sapaan
Majelis jemaat
2.
Nyanyian
Pembukaan KJ 64 : 1 “Bila Kulihat
Bintang Gemerlapan”
3.
Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini
biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari
Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.
Nyanyian
respon KJ 318 : 1 “Berbahagia Tiap Rumah
Tangga”
5.
Doa
pelayanan Firman Tuhan
6.
Pembacaan
Alkitab Rumah Tangga : Kel 4:18-31
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Kita tentunya pernah bepergian ke
suatu tempat, entah itu sekedar untuk jalan-jalan, berbelanja, karena tugas,
bertemu dengan keluarga dan lain sebagainya. Apapun tujuan dan alasan kita
bepergian, pastinya kita akan kembali ke tempat kita bukan? Seperti sebuah
syair lagu yang berkata : “Burung saja terbang tak lupa pulang, ingat sangkar
anak istri.” Hal ini juga yang dialami oleh Musa dalam perikop bacaan kita hari
ini. Musa pergi dari Mesir karena suatu alasan, namun karena suatu alasan pula
ia kembali ke Mesir.
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Dikisahkan
bahwa Musa telah menatap di Midian, di rumah mertuanya Yitro beberapa waktu
lamanya. Lalu Allah berfirman kepada Musa agar ia kembali ke Mesir, sebab semua
orang yang ingin membunuhnya (ingat kisah waktu Musa membunuh salah seorang
Mesir karena menindas salah seorang saudaranya orang Israel waktu di Mesir)
telah mati. Hal ini Allah sampaikan kepada Musa agar ia tidak lagi hidup dalam
baying-bayang ketakutan dari orang Mesir. Tetapi alasan Allah yang sesungguhnya
adalah agar Musa pergi bertemu dengan raja Mesir untuk membawa dan memimpin
umat Israel keluar dari tanah Mesir, karena Allah telah melihat dan mendengar
seruan dibalik penderitaan umatNya di sana. Musapun berpamitan dengan
mertuanya, Yitro lalu ia beserta istri dan anaknya pergi ke Mesir. Namun di
tengah perjalanan, Musa sakit dan istrinya Zipora menduga bahwa Musa sakit
karena dia dan anaknya belum di sunat. Melihat Musa yang sedang sakit itu,
tidaklah mungkin bagi Zipora untuk menyunatnya, lalu Ziporapun menyunat anaknya
dan menempelkan khitan anaknya itu di kaki Musa. Dengan demikian Musa
seolah-olah juga telah disunatkan (lihat penjelasan perikop bacaan ini).
Sesudah Musa sembuh, ia beserta istri dan anaknya lalu melanjutkan perjalanan
menuju Mesir. Musapun bertemu dengan Harun, kakaknya di gunung Tuhan yaitu
gunung Horeb atau gunung Sinai dan menyampaikan segala apa yang difirmankan
Tuhan kepadanya. Bersama-sama dengan Harun, merekapun akhirnya tiba di Mesir
dan berjumpa dengan tua-tua Israel di sana serta menyampaikan segala sesuatu
yang difirmankan Allah kepada mereka. Lalu percayalah bangsa itu bahwa TUHAN
telah melihat dan mendengar seruan mereka lalu merekapun sujud kepada Allah.
Bapak/Ibu/Sdr/I
yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Meskipun Musa
telah pergi meninggalkan Mesir sebelumnya, namun Tuhan memanggil dia kembali ke
Mesir untuk membawa dan menuntun umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Allah
memanggil dia kembali untuk melaksanakan rencana Allah bagi umat pilihanNya. Adakah
kita juga saat ini seperti Musa? Oleh karena pergumulan hidup yang kita alami
lalu kita “pergi” atau lari dari pergumulan itu? Adakah kita seperti Musa oleh
karena tantangan dan hambatan yang kita alami lalu kita Tuhan bahkan
meninggalkan pelayanan kita? Ingatlah bahwa meskipun kita telah “lari” tetapi
Tuhan akan membawa kita “kembali” agar rencana-Nya di genapi. Tuhan memberkati
dan meneguhkan kita semua, amin.
7.
Persembahan
diiringi KJ 287b : 1 “Sekarang Bersyukur”
8.
Doa
syukur (persembahan) dan syafaat.
9.
Nyanyian
penutup KJ 408 : 1 “Di Jalanku ‘Ku Diiring”
10. Berkat : “Semoga Allah pencipta langit dan
bumi serta segala isinya, dalam iman kepada Yesus Kristus Sang Juruslamat dunia
serta dalam tuntunan Roh-Nya yang Kudus, memberkati dan meneguhkan kita semua, amin (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)
Bahan Pembacaan Alkitab Rumah Tangga
GKS Jemaat Puu Naga
Rabu - Jumat, 01-03 Juli 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.