Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih
dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Akhir-akhir ini kita
tidak asing lagi dengan sebuah istilah yang terus didengung-dengungkan yaitu “New
normal” atau “Kehidupan yang baru.” Yah sejak
virus covid-19 menjadi pandemi di seluruh dunia sejak akhir Des 2019 hingga
saat ini, kita telah memasuki suatu tatanan kehidupan yang baru, suatu
kehidupan yang cukup berbeda dari sebelum wabah covid-19 ini terjadi.
Kemana-mana kita harus menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun,
menjaga jarak, tidak bersentuhan fisik dengan orang lain dan lain sebagainya.
Bagi sebagian orang hal ini dapat diterima dan dijalankan dengan baik. Namun
tidak sedikit pula yang menentang atau menolak menerapkan new normal ini
misalnya dengan tidak menggunakan masker saat bepergian atau ketika berada di
tengah keramaian, tidak mencuci tangan dengan sabun dan lain sebagainya. Bahkan
mereka berkata ingin keadaan kembali seperti semula atau “back to normal.” Salah
satu faktor penyebabnya adalah karena “kita” belum siap menerima dan menerapkan
perubahan itu. Kita lebih nyaman dengan kehidupan yang sudah kita jalani selama
ini. Sehingga ketika perubahan itu terjadi kita bereaksi menentang dan menolak
dengan cara kita. Bahkan orang-orang yang membawa perubahan itu demi
terciptanya suatu pemulihan kitapun menolak dan menentang mereka. Hal ini
nampak dalam kehidupan dan pelayanan Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus pada
waktu itu. Lalu bagaimana sikap mereka ketika menghadapi orang-orang yang terus
menentang dan menolak itu?
Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih
dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Yohanes
Pembaptis adalah seorang yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias
di tengah dunia dan Yesus Kristus adalah Sang Mesias yang dinanti-nantikan itu.
Tetapi kita melihat bahwa ketika Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan dan
meminta orang-orang memberi diri di baptis, ada saja orang-orang yang berusaha
untuk menentang dan menolak kehadirannya. Selain karena ajaran Yohanes
Pembaptis yang tidak sesuai dengan cara pandang mereka, juga karena ia memiliki
penampilan serta gaya hidup yang cukup berbeda dari kebiasaan orang-orang pada
umumnya. Ia tinggal di padang gurun, berpakaian bulu binatang, makanannya
belalang dan madu hutan serta tidak makan roti dan tidak minum anggur seperti
kebiasaan orang-orang pada waktu itu (Luk. 7:33). Ia justru dianggap seorang
yang kerasukan setan. Demikian pula halnya dengan Yesus Kristus (Anak Manusia)
yang tidak lepas dari anggapan dan penilaian mereka, yaitu sebagai seorang
peminum dan pelahap, yang suka bergaul dengan orang berdosa (Mat. 11:18-19). Bahkan
mereka menolak dan menentang ajaran Yesus yang penuh cinta kasih kepada semua
orang tanpa membeda-bedakan mereka. Sikap mereka yang menentang bahkan menolak
ajaran Yesus dan Yohanes Pembaptis bukan hanya karena mereka tidak ingin
mengalami perubahan dan pemulihan terjadi dalam hidup mereka tetapi juga
sebagai suatu sikap yang tidak menginginkan kebenaran dinyatakan. Sehingga
dengan mudah mereka menemukan alasan untuk menentang dan menolak perubahan dan
pemulihan yang ditawarkan Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus serta menentang
dan menolak mendengarkan kebenaran yang disampaikan mereka. Lalu siapakah
mereka yang selalu menentang dan menolak perubahan dan pemulihan yang
ditawarkan oleh Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus itu? Mereka adalah
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang Yahudi lainnya (Luk.
7:30). Mengapa mereka melakukan hal itu? Salah satu alasannya adalah karena
kehadiran Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus telah menarik perhatian orang
banyak saat itu dan hal itu membuat orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat
kehilangan kuasa dan pengaruh terhadap orang banyak itu.
Terhadap
orang-orang yang demikian, yaitu mereka yang menolak dan menentang serta tidak
mau menerima panggilan Allah baik yang datang melalui Yohanes Pembaptis maupun
yang datang melalui Yesus, Yesus berkata : “Dengan
apakah akan Kuumpamakan angkatan ini?: (Mat.11:16a). Lalu Yesuspun
mengumpamakan sikap penentangan dan penolakan itu seperti “… anak yang duduk di pasar …”
(Mat. 11:16b). Dengan suatu perumpamaan yang menarik, Yesus melukiskan tentang
“angkatan ini” (yaitu orang Yahudi pada saat itu). Yesus sudah melihat anak-anak
di pasar, yang main pernikahan dan main penguburan (bdkn dengan permainan
anak-anak pada umumnya, dimana mereka suka bermain hal-hal yang dilakukan oleh
para orang tua atau yang mereka lihat dilayar kaca). Tetapi seringkali ada juga
anak yang menolak mengambil bagian dalam salah satu permainan tadi. Pembagian
peran sudah dilakukan. Ada yang berperan sebagai pengantin, pemain seruling,
sebagai penari. Dan ketika para pemain yang lain sudah siap (pengantin dan
pemain seruling) eh ternyata anak-anak yang berperan sebagai penari tidak mau
menari. Begitupun halnya ketika bermain drama perkabungan. Dimana ada salah
seorang yang berperan sebagai orang yang meninggal, beberapa orang berperan
sebagai penyanyi lagu perkabungan dan sisanya berperan sebagai peratap atau
anak-anak yang bertugas untuk menangis. Tetapi ketika permainan itu atau drama
itu akan dimainkan, anak yang berpura-pura meninggal sudah siap, para penyanyi
perkabungan sudah bernyanyi tetapi anak-anak yang meratap tidak mau melakukan
perannya itu. Mereka tidak mau meratap. Lalu ketika permainan itu dihentikan,
anak-anak yang telah merancangkan permainan atau drama tersebut berkata kepada
anak-anak yang tidak mau memainkan perannya, “Kami meniup seruling bagimu,
tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan
kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung” (Mat. 11:17). Bukankah hal
inilah yang dilakukan orang Yahudi pada waktu itu dan kita saat ini? Yohanes
Pembaptis menyerukan pertobatan karena Kerajaan Allah sudah dekat tetapi mereka
tidak mau bertobat? Ketika Yesus disalib murid-murid berduka akan tetapi
orang-orang Yahudi sebaliknya justru menjadi “penonton” bahkan merasa puas
karena keinginan mereka tercapai? Kitapun demikian saat ini. Ketika hari Migggu
ada ibadah di gereja kita tidak datang ibadah. Lalu pada saat ibadah dialihkan
sementara waktu di rumah-rumah kita masing-masing karena corona kita rindu
untuk ibadah kembali di gereja. Sekarang kita sudah mulai ibadah di gereja tapi
tidak kelihatan juga diri kita datang gereja lalu kita pakai alasan takut corona.
Tapi kita pergi pesta atau pergi ke tempat duka atau tempat-tempat lainnya yang
ramai kita tidak takut. Majelis pergi melayani PART kita tolak lalu nanti kita
pakai lagi alasan majelis tidak pernah kunjung kita. Atau sudah dipercayakan
jadi pelayan Tuhan atau Majelis Jemaat, kita tidak mau melakukan tugas dan
tanggup jawab kita dengan alasan sedang dalam pergumulan. Pertanyaannya siapa
di dunia ini yang tidak punya pergumulan? Firman Tuhan bersabda dalam 2 Timotius 4:2a : “Beritakanlah firman, siap sedialah
baik atau tidak baik waktunya.” Dulu tidak ada pendeta lalu akhirnya
panggil pendeta. Sekarang sudah ada pendeta kita tolak lagi. Dengan mudah kita
beralasan untuk menolak dan menentang semua itu.
Namun sekalipun mengalami penolakan dan
penentangan dari ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi pada waktu itu serta
orang-orang Yahudi, Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus sedikitpun tidak
gentar. Mereka tetap mewartakan kebenaran Allah dan Injil keselamatan yang
membawa pemulihan bagi dunia sekalipun mereka harus kehilangan nyawanya. Mereka
tidak menjadikan penolakan dan penentangan itu sebagai suatu alasan untuk
berhenti mewartakan kabar sukacita kepada semua orang, tetapi sebaliknya dengan
sikap seorang pelayan Allah yang rendah hati (tunduk pada kehendak Allah),
ramah (mau bergaul dengan semua orang tanpa menganggap orang lain lebih
rendah dari kita) dan lemah lembut (penuh
kasih), Yesus terus mewartakan Injil (Zak. 9:9). Jika, memang orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak tertarik atau bahkan menentang dan menolak
untuk dilibatkan dalam melakukan perubahan, Yesus akan tetap melakukannya
bersama-sama dengan orang-orang yang menginginkan dan mau menerima kebenaran
Allah itu sehingga mereka mengalami perubahan dan pemulihan dalam hidup. Sehingga
tidak mengherankan jika dalam Matius
11:25 Yesus berkata, “…:” “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan
langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan
orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” ” Orang kecil yang dimaksudkan disini adalah
orang yang sangat membutuhkan kehadiran Allah, dimana melalui kehadiran Allah
itu dalam hidupnya, ia mengalami perubahan dan pemulihan dalam hidupnya. Karena
itu Yesuspun berkata : “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu,” (Mat. 11:28). Undangan ini Yesus
tujukan bukan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat serta orang Yahudi
yang menolak dan menentang Yesus agar hidupnya diubahkan dan dipulihkan,
melainkan undangan ini ditujukan kepada orang-orang yang sedang berusaha dan
berjuang menemukan kebenaran sejati di dalam Kristus yang dapat memotivasi
mereka untuk melakukan perubahan dan pemulihan di dalam kehidupan mereka.
Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih
dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Selama
kita masih hidup di dunia ini, maka yang namanya perubahan dan pemulihan itu
tentu dan pasti akan terjadi. Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang tidak
berubah atau yang berjalan statis. Waktu terus berjalan, musim terus berganti
dan kehidupan butuh perubahan dan pemulihan. Untuk mencapai hal itu, tidak
mungkin tidak akan ada yang namanya penentangan dan penolakan untuk sebuah
usaha menuju perubahan dan pemulihan. Tetapi perubahan dan pemulihan ke arah yang
lebih baik tetap harus diusahakan dan diperjuangkan dengan sikap yang rendah
hati, ramah dan lemah lembut seperti yang diteladankan Yesus.
Kita semua adalah agen-agen
pembawa perubahan dan pemulihan, baik di tengah kehidupan keluarga kita, di
lingkungan masyarakat, di tempat kita bekerja bahkan dalam kehidupan bergereja
(khususnya sebagai Majelis Jemaat). Tidak mudah bagi kita untuk merubah atau
memulihkan sesuatu yang perlu diubah dan dipulihkan. Kita pasti akan
diperhadapkan dengan orang-orang yang akan menentang dan menolak kita dengan
berbagai alasan yang mereka kemukakan. Tapi ingatlah ketika kita diperhadapkan
pada situasi dan kondisi itu, datanglah kepada Yesus dan belajarlah dari-Nya
melalui kebenaran sabda-Nya serta tetaplah berkarya. Tuhan Yesus Kristus
kiranya meneguhkan, menopang dan memberkati kita semua, amin.
Bahan Khotbah
Minggu, 05 Juli 2020
GKS Jemaat Puu Naga
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.