Dalam menjalani kehidupan ini, ada banyak hal yang dapat
membuat kita merasa kuatir, cemas, bimbang, takut, merasa tidak berdaya, putus
asa dan bahkan kehilangan keberanian untuk menghadapi atau melakukan hal
tersebut. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketika kita merasa tidak mampu
dan bahkan tidak berdaya menghadapinya. Alih-alih lari dari semua hal itu, kita
justru seolah-olah “dipaksa” untuk harus menghadapinya. Apalagi jika kita tahu
bahwa apa yang akan kita lakukan atau kerjakan tersebut ternyata tidak
membuahkan hasil seperti yang kita harapkan atau yang kita inginkan. Inilah
yang dihadapi Musa pada waktu itu, ketika Allah memanggil dan menyuruh dia
untuk pergi kepada bangsa Israel dan bertemu dengan Firaun, menyampaikan Firman
Allah agar Firaun membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir.
Ketika
Allah berfirman kepada Musa agar ia pergi dan bertemu dengan Firaun
menyampaikan Firman Allah, bahwa : “Akulah TUHAN; yang akan membebaskan bangsa
Israel dari perbudakan di Mesir, Musa merasa bahwa ia tidak mampu memenuhi
tugas dan panggilan Allah tersebut. Musa merasa bahwa Firaun pasti tidak akan
mendengarkan apa yang akan ia sampaikan meskipun hal itu datangnya dari Allah
sendiri. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Musa adalah bahwa ia seorang
yang tidak petah lidahnya (tidak pandai
berbicara). Hal ini kembali kita temukan di ayat 27-29. Di sini kita
melihat bahwa Musa lebih fokus melihat kekurangan dirinya daripada fokus pada
Allah yang berkuasa. Bukankah terkadang kitapun melakukan hal yang sama seperti
yang dilakukan Musa? Kita lebih fokus melihat kekurangan pada diri kita
daripada memaksimalkan potensi yang kita miliki? Lalu Allah menguatkan dan
meneguhkan Musa, bahwa Allah telah mengangkat dia sebagai Allah bagi Firaun (artinya Musa mewakili Allah untuk memaksa
Firaun menghadapi kehendak Allah dan menantang dia supaya menaatinya) dan menjadikan
Harun, kakak Musa sebagai nabi bagi Musa (yaitu
penyambung lidah. Di sini kata “nabi” berarti “juru bicara.” Sama seperti
seorang nabi ialah juru bicara untuk Allah, demikian pula Harun akan menjadi
juru bicara Musa), Ay. 1-2. Akan tetapi Allah akan mengeraskan hati Firaun
sehingga ia tidak akan mendengarkan Musa dan Harun (Ay. 3) dan hal itu terbukti
benar seperti yang dikatakan di Ay. 13. Mengapa Allah melakukan hal itu? Supaya
Allah dapat menyatakan mujizat-mujizatNya di hadapan Firaun (hal ini dapat kita
temukan dalam 10 tulah, Pasal 7:14 sampai Pasal 11) sehingga Firaun dan juga
orang Mesir dapat melihat dan mengakui bahwa hanya Dialah TUHAN, ALLAH yang
berkuasa, yang membawa umatNya keluar dari perbudakan di Mesir. Dengan tangan
yang teracung (kuat) Allah akan membawa mereka ke negri yang telah dijanjikan
Allah kepada nenek moyang Israel (Ay. 4-5). Lalu Musa dan Harunpun akhirnya
melakukan apa yang dikehendaki Allah (Ay. 6). Mereka berdua pergi menghadap
Firaun dan melakukan tepat seperti apa yang dikehendaki Allah. Sebagai salah
satu bukti bahwa Musa dan Harun benar adalah utusan Allah, mereka melakukan
mujizat di depan Firaun, dimana Harun melempar tongkatnya dan tongkat itupun
berubah menjadi ular. Firaunpun tidak mau tinggal diam. Dia lalu memanggil
orang-orang berilmu di Mesir dan ahli-ahli sihir untuk melakukan seperti apa
yang telah dilakukan Harun. Masing-masing dari mereka melemparkan tongkatnya
dan tongkat merekapun berubah menjadi ular. Tetapi tongkat Harun menelan
tongkat-tongkat mereka (Ay. 9-12). Apa makna dari mujizat ini? Bahwa Allah Israel
adalah Allah yang berkuasa dan tidak ada kuasa apapun di dunia ini yang sanggup
untuk mengalahkan kuasa Allah tersebut, termasuk oleh orang-orang berilmu atau
ahli-ahli di Mesir sekalipun (terbukti dimana tongkat Harun menelan
tongkat-tongkat para ahli dan tukang sihir yang ada di Mesir). Akan tetapi
walaupun Musa dan Harun telah melakukan mujizat yang pertama itu di hadapan
Firaun dan Firaun sendiri telah melihat dan menyaksikannya, namun hatinya masih
saja dikeraskan sehingga ia tidak mau melepaskan umat Israel. Terkadang kitapun
berperilaku seperti Firaun. Walaupun Tuhan sudah menyatakan kuasa dan
mujizatNya dalam hidup kita, masih saja kita mengeraskan hati dan tidak mau
mendengarkan suara Tuhan tersebut. Pada saat Musa dan Harun melakukan kehendak
Allah itu, umur Musa pada saat itu 80 tahun dan Harun abangnya 83 tahun.
Melalui
perikop ini kita dapat melihat bahwa sekalipun Musa dan Harun sudah berumur
cukup tua, sekalipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan tidak seperti
yang diharapkan, namun mereka pada akhirnya tetap melakukan kehendak Allah itu.
Meski berat dan sulit untuk dilakukan, mereka tetap mau menuruti dan melakukan
kehendak Allah tersebut.
Liturgi Ibadah
1.
Sapaan
Majelis jemaat
2.
Nyanyian
Pembukaan KJ 355 : 1 “Yesus Memanggil”
3.
Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini
biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari
Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.
Nyanyian
respon KJ 355 : 2-3 “Yesus Memanggil”
5.
Doa
pelayanan Firman Tuhan
6.
Pembacaan
Alkitab Rumah Tangga : Kel 6:27-7:13
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Salah satu pertanyaan yang seringkali
ditanyakan oleh anak muda dan juga mungkin kita yang sudah lanjut usia adalah :
Bagaimana saya tahu dan mampu melakukan kehendak Allah? Sebagai orang beriman
atau orang percaya kita dapat menemukan apa yang dikehendaki Allah untuk kita
lakukan dalam hidup ini yaitu melalui Firman-Nya dan doa kita pribadi. Namun
tidak dapat kita pungkiri bahwa meskipun kita tahu apa kehendak Allah itu akan
tetapi kita belum melakukannya dengan kesungguhan hati. Bahkan kita selalu
beralasan bahwa karena kita ini manusia yang lemah, manusia yang terbatas, yang
memiliki banyak kekurangan, yang tidak luput dari kesalahan dan pelanggaran dan
lain sebagainya lalu menjadi pembenaran bagi diri kita untuk tidak melakukan
kehendak Allah itu.
Bapak/Ibu/Sdr/I
yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Musa
adalah salah seorang yang dipanggil dan diutus Allah untuk melakukan
perintahNya. Allah berfirman kepada Musa agar Musa pergi menghadap bangsa
Israel dan Firaun, bahwa Allah akan membebaskan umatNya Israel dari perbudakan
di Mesir dan membawa mereka ke tempat yang telah dijanjikan Allah, tempat yang
berlimpah susu dan madu yaitu di tanah Kanaan. Akan tetapi Musa merasa tidak
mampu untuk melakukan dan mentaati perintah Allah itu. Sebab Musa melihat dan
menyadari bahwa dia adalah seorang yang tidak petah (pandai) berbicara). Alih-alih berbicara dengan Firaun, berbicara
dengan orang Israel saja mereka tidak mau mendengarkan apa yang Musa katakan
apalagi terhadap Firaun!! Lalu Musa menyampaikan keberatannya terhadap Allah
(bc. Ay.27-29). Tetapi Allah meneguhkan Musa bahwa ia adalah orang yang dipilih
dan dipercayakan menjadi utusan Allah untuk menyampaikan Firman Allah itu serta
Harun, abangnya akan menjadi juru bicara Musa. Lalu untuk meyakinkan Firaun
Tuhan memerintahkan Musa untuk melakukan suatu mujizat, yaitu dengan
melemparkan tongkat di hadapan Firaun dimana tongkat itu berubah menjadi ular.
Dan ketika mereka bertemu Firaun, keduanya melakukan seperti yang diperintahkan
Tuhan. Harunpun membuang tongkatnya maka seketika tongkatnya itu berubah
menjadi ular. Firaun tidak mau kalah. Dengan memanggil para ahli-ahli dan tukang
sihir di Mesir, merekapun melakukan tepat seperti yang dilakukan Musa dan
Harun. Tetapi tongkat mereka semua ditelan oleh tongkat Harun. Hal ini
menunjukan bahwa Allah lebih berkuasa daripada allah-alllah orang Mesir. Namun
karena Allah telah mengeraskan hati Firaun, maka Firaun sekalipun telah melihat
tanda mujizat yang dilakukan oleh utusan Allah tersebut, ia tetap tidak mau
mendengarkan mereka. Ia tidak mau melepaskan umat Israel keluar dari tanah
Mesir. Pada waktu itu Musa berumur 80 tahun dan Harun abangnya berumur 83 tahun
ketika mereka pergi berbicara kepada Firaun seperti yang dikehendaki
Allah. (Pada bagian ini, kita dapat memperkaya
penjelasan Firman Tuhan dengan melihat penjelasan perikop)
Bapak/Ibu/Sdr/I
yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Tidak hanya
Musa dan Harun yang harus melakukan dan mentaati kehendak Allah dalam kehidupan
mereka, tetapi kita juga sebagai orang percaya harus mau melakukan dan mentaati
kehendak Allah dalam hidup kita, meskipun kehendak Allah itu terasa sulit untuk
kita lakukan. Apa kehendak Allah yang terasa sulit untuk kita lakukan dan taati
dalam kehidupan kita saat ini? Taat beribadah kah? Tetap setia melayani Dia
kah? Tetap percaya bahwa Dia sanggup dan pasti akan menyelesaikan pergumulan
hidup kita kah? Percayalah ketika Allah berfirman kepada kita agar kita
melakukan kehendak-Nya Ia akan memperlengkapi dan memampukan kita untuk
melakukannya. Tuhan memberkati dan memampukan kita semua.
7.
Persembahan
diiringi KJ 393 : 1 “Tuhan, Betapa
Banyaknya”
8.
Doa
syukur (persembahan) dan syafaat.
9.
Nyanyian
penutup KJ 400 : 1 “Kudaki Jalan Mulia”
10.
Berkat : “Semoga Allah yang telah memanggil
kita keluar dari kegelapan menuju terang, terus berjuang dan menyertai hidup
kita, dalam pengasihan anakNya Tuhan kita Yesus Kristus serta dalam naungan dan
bimbingan Roh-Nya yang Kudus tetap menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita
dari saat ini sampai selama-lamanya. (pemimpin
dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)
Bahan Pembacaan Alkitab Rumah Tangga
GKS Jemaat Puu Naga
Rabu - Jumat, 22-24 Juli 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.