Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih
dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Kita adalah orang-orang
yang berkewarganegaraan rangkap (bipatride) atau dwi kewarganegaraan. Seseorang
dikatakan memiliki kewarganegaraan rangkap oleh karena ia memiliki status yang
sah secara hukum atau aturan di dua negara atau lebih. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, kita adalah warga negara Indonesia yang sah dibuktikan
melalui akta kelahiran dan kartu tanda penduduk. Tetapi dalam kehidupan beriman
atau bergereja, kita juga adalah warga Kerajaan Sorga atau Allah yang disahkan
melalui baptisan Kudus dan Akta Baptisan. Sebagai warga negara Indonesia, ada
sejumlah aturan-aturan dan prinsip hidup yang harus kita taati bersama sehingga
kita dikatakan sebagai warga negara yang baik. Demikianpula halnya kita sebagai
warga Kerajaan Sorga ada sejumlah aturan-aturan dan prinsip-prinsip hidup yang
harus kita lakukan atau terapkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah dunia
ini sehingga kita dapat dikatakan sebagai warga Kerajaan Allah yang sungguh
berkenan di hadapanNya. Berbicara tentang status kita sebagai warga Kerajaan
Sorga bukan semata-mata berbicara tentang nanti atau yang akan datang, sehingga
kitapun lalu menerapkan standar hidup yang berlaku di dunia ini melainkan hal
itu juga sudah datang atau dinyatakan dalam kehidupan kita saat ini (Mat.
12:28). Karena itu apa yang menjadi aturan dan prinsip hidup sebagai warga
Kerajaan Sorga harus dilakukan saat ini di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara. Lalu apa aturan dan prinsip hidup yang harus kita lakukan dan
terapkan di tengah kehidupan kita saat ini sebagai warga Kerajaan Sorga? Hal
ini dapat kita temukan melalui perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh
Tuhan Yesus dalam Matius 13:31-33, 44-52.
Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih
dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
1. Perumpamaan tentang biji sesawi dan
ragi (Ay. 31-34).
Ayat 31-32 :
Biji
sesawi adalah biji yang paling kecil dari segala jenis biji-bijian yang ada;
besarnya hanya 1 mm/seukuran kepala jarum pentul dan beratnya seperseribu gram.
Tetapi jika benih ini tumbuh, maka ketinggiannya dapat mencapai 2m- 3m,
melebihi tanaman sayuran lainnya, bahkan dapat menjadi pohon, sehingga
burung-burung dapat bersarang diatasnya. Demikian pula halnya dengan Kerajaan
Sorga. Yesus memulai pemberitaan dan pengajaran tentang Kerajaan Sorga dari
sesuatu yang kecil/ sederhana, dimana Ia memulai pelayanan dari desa yang
terpencil, dari perkampungan di Galilea, metode pelayanan yang tampak sederhana
(berjalan kaki dari kampung yang satu ke kampung yang lain), Ia berkhotbah di kepada
orang banyak, murid-Nya pun hanya 12 orang. Semuanya itu kelihatan sebagai
“suatu biji sesawi” saja. Tetapi pada akhirnya sekalipun pemberitaan tentang
Kerajaan Sorga itu dimulai dari sesuatu yang kecil/ sederhana, dengan jumlah
pengikut-Nya yang masih sedikit, namun dikemudian hari menjadi lebih besar,
yang ditandai dengan semakin banyak orang-orang yang tertarik dengan
pemberitaan Yesus. Bahkan pemberitaan tersebut membawa orang-orang dari segala penjuru
dunia untuk masuk/ ambil bagian dalam Kerajaan Sorga (seperti burung-burung
yang datang bertengger di atas pohon sesawi). Pekerjaan Yesus yang dimulai dari
pelayanan kecil di kampung Galilea, telah menyebar luas hingga ke seluruh
dunia. Dari jaman Yesus hingga masa kini, pengikut Kristus semakin bertambah;
kekristenan telah berkembang dengan cukup pesat sehingga menjadi salah satu
agama besar di dunia.
Ayat
33 :
Ragi
adalah sesuatu yang sering dipakai oleh perempuan di Palestina untuk membuat
roti, demikian juga perempuan dalam bacaan kita saat ini, dimana dikatakan
bahwa ia memasukan sedikit ragi ke dalam 3 sukat
( 1 sukat 12 liter; 3 sukat berarti ±
36 liter) tepung sehingga adonan tersebut menjadi khamir (artinya mengembang) seluruhnya. Walaupun ragi itu sedikit
saja kalau dibandingkan dengan tepung yang banyak itu, namun pada akhirnya ragi
itu “menang,”
sehingga adonan tersebut menjadi khamir seluruhnya. Demikian pula halnya dengan
Kerajaan Sorga, sekalipun pemberitaan-Nya dimulai dari sesuatu yang kecil (dari
kampung yang sederhana), namun pada akhirnya pemberitaan itu memberi dampak
bagi orang banyak di Palestina bahkan hingga ke kota-kota (Galilea-Yudea dan
sekitarnya). Pemberitaan tentang Kerajaan Sorga telah membawa pertobatan dan
sukacita bagi banyak orang; ajaran Yesus telah membawa perubahan besar bagi
kehidupan orang banyak pada waktu itu hingga saat ini.
Ay.
34-35 :
Mengapa
Yesus menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan tentang Kerajaan Sorga? Supaya
genaplah apa yang dikatakan Firman melalui nabi bahwa “Yesus akan menyingkapkan apa yang tersembunyi, hal tentang Kerajaan
Sorga dengan suatu perumpamaan.”
Dari perumpamaan tersebut kita
diajarkan bahwa :
a. Sesuatu yang dimulai dari hal-hal yang
kecil atau sederhana, jika dilakukan dalam terang Firman Allah, maka dikemudian
hari ia akan berdampak besar. Misalnya di rumah, seorang anak yang sudah diberi
tanggung jawab kecil membantu pekerjaan orang tua (sapu rumah, pel, cuci piring
dll), maka ketika kelak ia dewasa ia menjadi seorang anak yang mandiri.
b. Sesuatu yang kecil, mampu mengubahkan
hal-hal disekitar; pemberitaan tentang Firman/ ajaran Kristus kepada orang
lain, mampu mengubahkan hidup orang-orang yang mendengarkannya. Misalnya kita
mendengar renungan, lalu kita bagikan renungan itu melalui sosial media (wall
di FB dsb) atau pesan singkat (sms, whatsapp dsb), sehingga orang yang
membacanya semakin dikuatkan, diteguhkan dan diberkati Tuhan.
Ingatlah seperti biji sesawi dan ragi, sekalipun
kecil, namun memiliki dampak yang luar biasa bagi banyak orang. Sekecil apapun
perbuatan yang kita lakukan, selama itu berkenan dan menyenangkan hati Tuhan,
lakukanlah itu agar banyak orang yang merasa diberkati hidupnya.
2. Perumpamaan tentang harta terpendam
dan mutiara yang berharga (Ay. 44-46).
Perumpamaan tentang harta yang terpendam dan mutiara
yang berharga sering dianggap sebagai “Perumpamaan-perumpamaan kembar” karena
memiliki makna yang sama. Kedua perumpamaan ini berbicara tentang “makna”
Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga yang dimaksud bukanlah suatu kerajaan yang
bersifat politis-geografis, tetapi lebih menyangkut kepada suatu “Keadaan” dan
tanda-tanda dari Kerajaan Sorga yaitu ketika ada “Kasih, Sukacita dan Damai
Sejahtera.” Kerajaan Sorga itu sudah dekat (Mat. 4:17) bahkan berada di
tengah-tengah manusia (Luk 17:21).
Waktu berbicara dengan murid-murid-Nya, Yesus
menjelaskan bahwa Kerajaan Sorga itu seperti harta yang terpendam di ladang
(Ay. 44). Pada zaman Yesus orang-orang Yahudi lebih suka menginvestasikan
uangnya dalam bentuk barang berharga (seperti
emas, perak dll dari pada menginvestasikan uangnya untuk membeli rumah. Di
Palestina sering terjadi perang karena itu mereka sering berpindah-pindah,
sehingga kurang efisien jika harus menghabiskan uang untuk membeli rumah).
Barang berharga tersebut tidak di simpan di rumah karena takut ketahuan atau
mudah diambil orang. Karena itu biasanya sang pemilik akan menyembunyikannya di
ladang mereka, sehingga tidak mudah diketahui atau diambil oleh orang lain.
Barang-barang tersebut umumnya dimasukan di dalam sebuah gucci karena lebih
aman lalu dikuburkan di dalam tanah. Pemilik tersebut akan membuat sebuah tanda
dimana letak harta tersebut sehingga sewaktu-waktu apabila ia ingin mengambil atau
memindahkannya ke tempat lain, ia dengan mudah menemukannya. Namun yang jadi
persoalan adalah kalau sang pemilik itu akhirnya meninggal dunia, maka harta
tersebut akan berada selamanya di dalam ladang tersebut, karena tidak ada
seorangpun yang tahu keberadaannya. Namun suatu hari tanpa disengaja seseorang
menemukan harta tersebut. Orang yang menemukan harta tersebut bukanlah pemilik
ladang itu, karena itu ia mengembalikan harta tersebut ditempat semula. Mengapa
ia tidak langsung membawa harta tersebut ke rumahnya? Mengapa ia kembali
memendamkannya atau menguburkannya kembali? Hal ini karena adanya hukum Yahudi
yang berlaku. Apabila seseorang menemukan sesuatu yang berharga di ladang orang
lain, maka secara hukum ia harus menyerahkan sesuatu yang berharga itu kepada
pemilik ladang atau keluarga dari pemilik ladang tersebut. Tetapi apabila ia
ingin memiliki harta tersebut, maka pertama-tama yang harus dilakukannya adalah
membeli ladang tersebut sehingga ia menjadi pemilik yang sah dari harta
tersebut. Karena itu orang tersebut dengan hati yang penuh sukacita, ia kembali
ke rumah, menjual segala sesuatu yang dimilikinya, lalu dengan uang tersebut ia
membeli ladang itu, sesuatu yang jauh lebih berharga dari apa yang semula
dimilikinya. Dengan demikian dimata hukum Yahudi ia menjadi pemilik yang sah
dari ladang itu, termasuk harta yang terpendam di dalamnya.
Hal Kerajaan Sorga itu juga seumpama seorang
pedagang yang mencari mutiara yang indah. Ketika ia menemukannya, ia rela
menjual segala yang dimilikinya untuk dapat membeli mutiara yang berharga itu.
Pada zaman Yesus, adalah hal yang biasa jika seorang pedagang rela menjual
harta miliknya demi mendapatkan sebuah mutiara yang sempurna, yang amat
berharga. Karena itu perumpamaan ini juga sangat kena mengena dengan kehidupan
masyarakat Palestina pada zaman Yesus.
Lalu apa arti atau makna dari kedua
perumpamaan tersebut?
Makna dari kedua perumpamaan tersebut yaitu bahwa
Kerajaan Sorga itu lebih berharga dari pada segala sesuatu yang kita miliki di
dunia ini. Kerajaan Sorga itu patut untuk dicari, dan ketika kita menemukannya
akan membawa sukacita besar bagi kita yang menemukannya. Tidak hanya itu, kita
juga bahkan bersukacita untuk melepaskan sesuatu yang selama ini kita anggap
berharga untuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga dan tentunya kita
harus memiliki daya juang atau semangat yang sungguh-sungguh untuk menemukan
sesuatu yang berharga itu.
Dalam menjalani kehidupan ini, apa yang menjadi
prioritas utama kita? Banyak orang lebih senang menghabiskan hidupnya untuk
mencari kesenangan duniawi, menimbun pundi-pundi kekayaannya, sibuk dengan
pekerjaan dsb daripada mencari Kerajaan Allah (Baca. Mencari Tuhan dan
Kebenaran FirmanNya). Sebagai orang percaya apa yang kita cari saat ini? Firman
Tuhan katakan dalam Mat 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Carilah Tuhan dan lakukanlah FirmanNya,
jadikanlah Ia harta yang terpendam dan mutiara yang berharga dalam hidup kita.
Teruslah berjuang dalam kesungguhan hati dan kesetiaan untuk menemukan Kerajaan
Sorga itu.
3. Perumpamaan tentang pukat (Ay.
47-52).
Hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat (jala besar)
yang dilabuhkan nelayan di laut (danau Galilea) sampai akhirnya penuh ikan.
Para nelayan menyeret jala yang penuh ikan tersebut ke pantai dan memilih
ikan-ikan itu. Mereka memilih ikan-ikan yang baik lalu diletakan dalam pasu
(bak/tempayan penyimpanan ikan) dan membuang ikan-ikan yang tidak baik kembali
ke danau, misalnya ikan-ikan yang tidak bersisik seperti ikan lendong, yang
menurut hukum Taurat, tidak boleh dimakan.
Perumpamaan tersebut menggambarkan tentang tugas
dari murid-murid Yesus di tengah dunia. Dalam Mat 4:19 Yesus berkata kepada
mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
Sekarang murid-murid telah menjadi penjala manusia. Sebagai penjala manusia,
mereka hendak “menangkap” orang-orang bagi Kerajaan Sorga/ Kerajaan Allah lewat
pelayanan di tengah dunia dan gereja. Ketika mereka melakukan tugas dan pelayanannya,
mereka tidak boleh berpikir bahwa mereka hanya akan menangkap “ikan-ikan yang
baik saja” yang menunjuk kepada orang-orang yang mau menerima dan taat kepada
Kristus saja, tetapi juga mereka harus sadar bahwa di dalam pelayanan ini ada
juga “ikan-ikan yang tidak baik atau yang tidak berguna,” yang menunjuk kepada
orang-orang yang tidak baik atau yang jahat, yang menolak Injil Kerajaan Sorga.
Mereka harus sadar bahwa di dunia ini ada orang yang baik dan ada orang yang
jahat. Di gerejapun demikian, ada orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan dan
ada juga yang acuh tak acuh dengan kehidupan bergereja. Dan tidak ada
seorangpun diantara kita yang selalu dapat menentukan dengan pasti siapa
anggota jemaat yang sungguh-sungguh taat terhadap perintah Tuhan dan juga siapa
yang tidak. Tetapi apabila hari penghakiman itu tiba, yaitu pada akhir zaman,
maka para malaikat Tuhan akan memisahkan orang-orang benar dan orang-orang yang
jahat; orang-orang yang baik akan dikumpulkan dalam Kerajaan Sorga sedangkan
orang-orang yang jahat akan dicampakkan ke dalam dapur api yaitu neraka. Di
tempat itu akan terdapat banyak sekali ratapan dan kesengsaraan (bdkn. dengan
perumpamaan lalang di antara gandum). Karena itu kita yang hidup pada masa
kini, tidak perlu mencemaskan diri dengan berusaha mengetahui siapa yang baik
dan siapa yang tidak baik karena Allah sendirilah yang akan mengadili manusia. Yang
perlu kita lakukan saat ini adalah teruslah hidup seturut dengan kehendak Tuhan
sehingga kita menjadi “ikan-ikan yang baik.”
Setelah menyampaikan perumpamaan tersebut Yesus
bertanya kepada murid-muridNya apakah mereka telah mengerti semua
perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Sorga, yang telah Yesus sampaikan yang
terdapat dalam Mat pasal 13. Merekapun menjawab “Ya, kami mengerti.” Sesudah
mereka menjawab bahwa mereka telah mengerti, maka Yesus berkenan memberi kepada
mereka sebuah gelar yang indah; Ia menyebut mereka “Ahli-ahli Taurat,” yang
telah menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga.” Pada zaman itu, “Ahli
Taurat” adalah gelar yang dipakai bagi para pengajar agama/ guru agama (Yunani
: grammateus), yang berarti ahli dalam Kitab Suci. Murid-murid Yesus adalah
pengajar agama, malahan menjadi pengajar agama yang lebih pandai daripada ahli
Taurat Yahudi, karena murid-murid itu sudah menerima pengajaran langsung dari
Yesus sendiri.
Yesus memperbandingkan murid-muridNya dengan
“seorang tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari
perbendaharaannya.” Perbendaharaan berarti tempat menyimpan persediaan. Di sini
persediaan yang lama menunjuk kepada “Penyataan Allah yang telah diberikan
dalam Perjanjian Lama” dan persediaan yang baru menunjuk kepada “Penyataan
Allah yang baru, yang dibawa oleh Yesus Kristus.” Jadi murid-murid Yesus dalam
tugas dan pelayanannya untuk mengajar agama atau menyampaikan kabar baik, tidak
boleh melupakan ajaran yang ada di dalam Perjanjian Lama dan juga tidak boleh
melupakan ajaran di dalam Perjanjian Baru yang telah diajarkan Yesus. Sebagai
Sang Guru, Yesus juga tidak pernah melupakan ajaran-ajaran yang terdapat di
dalam perjanjian lama. Sebaliknya Ia justru menggenapinya (baca Mat 5:17).
Perumpamaan diatas mengingatkan kepada
kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan dan Gereja Tuhan, bahwa dalam melayani
Tuhan, kita akan menemukan orang yang mau menerima Firman Tuhan serta
melakukannya dan orang yang menolak Firman Tuhan atau yang berlaku jahat.
Jangan pernah merasa putus asa, kecewa, lelah dan berhenti untuk mewartakan
sabda Tuhan, tetapi teruslah berkarya bagi Tuhan sampai akhir zaman. Dan jika saat
ini “Penjala-penjala manusia” itu sedang datang menjala kita (melalui ibadah
rumah tangga/ PART dll), sudah siapkah kita menjadi ikan-ikan yang baik, yaitu
ikan-ikan yang menjadi berkat bagi seluruh umat manusia?
Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih
dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Melalui Firman
Tuhan yang disampaikan kepada kita hari ini, maka sebagai warga Kerajaan Sorga/
Kerajaan Allah, maka marilah kita hidup sesuai aturan-aturan dan
prinsip-prinsip hidup yang telah disampaikan Yesus kepada murid-murid pada
waktu itu dan kepada kita saat ini. Aturan-aturan dan prinsip-prinsip hidup itu
harus kita nyatakan atau terapkan saat ini di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara sehingga kita menjadi alat Tuhan yang senantiasa menghadirkan
tanda-tanda kerajaan Alah di tengah dunia ini. Tuhan memberkati.
Bahan Khotbah GKS Jemaat Puu Naga
Minggu, 26 Juli 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol