Bapak,
Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Alkisah
di Timur Tengah, ada cerita mengenai orang-orang yang menanam pohon bambu Cina.
Selama empat tahun terakhir mereka selalu memberi pupuk dan air meskipun
tanaman tersebut belum menampakkan tanda-tanda pertumbuhan. Kemudian memasuki
tahun yang kelima, mereka kembali mencoba memberikan pupuk dan air sehingga
dalam waktu lima bulan tanaman tersebut akhirnya bertumbuh sembilan puluh kaki
tingginya. Pertanyaannya adalah tanaman bambu Cina tersebut dapat tumbuh
setelah lima bulan ataukah sesudah lima tahun? Jawabannya adalah setelah lima
tahun. Seandainya orang-orang tersebut berhenti memberi pupuk dan menyiram
tanaman bambu Cina itu selama lima tahun, mungkin tanaman tersebut akan mati.
Namun karena ketekunan dan kesehatian orang-orang tersebut dalam waktu yang
cukup lama, maka tanaman bambu Cina tersebut akhirnya dapat tumbuh.
Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Sesudah
Yesus terangkat ke sorga, dari bukit Zaitun rasul-rasul akhirnya kembali ke
Yerusalem seperti yang diperintahkan Tuhan Yesus kepada mereka. Perjalanan itu
mereka tempuh seperjalanan Sabat. Bagi orang Yahudi, Sabat merupakan hari
istirahat total dan semua pekerjaan sama sekali terlarang. Pada hari Sabat,
orang hanya diperbolehkan melakukan perjalanan sejauh 2000 cubit saja, itulah
jarak yang disebut jarak sehari perjalanan Sabat. Satu cubit sama dengan 18
inci (±45m). Jadi jarak sehari seperjalanan Sabat itu kurang lebih setengah mil
lebih.
Ketika
rasul-rasul tiba di kota Yerusalem, mereka lalu masuk ke rumah salah seorang
dari antara rasul-rasul (kemungkinan
ruangan ini adalah ruangan yang dipakai untuk perjamuan terakhir (Luk 22:12)
dan bisa jadi terletak di rumah Maria, ibu Markus, Kis 12:12) dan naik ke
ruangan atas, tempat mereka menumpang. Mereka adalah Petrus, Yohanes, Yakobus,
Andreas, Filipus, Tomas, Bartolomeus, Matius, Yakobus anak Alfeus, Simon orang
Zelot dan Yudas anak Yakobus (bukan Yudas
Iskariot). Yang menarik adalah saat itu yang berkumpul tidak hanya
rasul-rasul saja tetapi juga ada beberapa perempuan serta Maria, Ibu Yesus dan
saudara-saudara Yesus (Saudara tiri Yesus
yaitu Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas, Mat 13:55). Padahal kita tahu bahwa
sepanjang hidup dan pelayanan Yesus, saudara-saudara-Nya justru berada dipihak
lawan-lawan-Nya (Markus 3:21). Namun kematian Yesus telah membuka hati dan
pikiran mereka sehingga mereka akhirnya sadar dan menerima Yesus. Apa yang
mereka lakukan saat itu? Firman Tuhan katakan mereka semua bertekun (tidak terkecuali seorangpun) sehati
dan berdoa sambil menanti turunnya Roh Kudus, seperti yang dijanjikan
Yesus sebelum Ia terangkat ke sorga. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
bertekun itu berarti berkeras hati atau sunggung-sungguh. Dengan demikian kita
dapat melihat bahwa rasul-rasul dan semua yang ada dalam ruangan tersebut
sungguh-sungguh sehati (tidak saling
berlawanan atau bersepakat) dalam doa secara bersama-sama. Tidak ada yang
hanya duduk diam sedangkan yang lain sibuk berdoa dan berpuasa. Tetapi
sebaliknya mereka semua sungguh-sungguh menyatukan hati dalam doa dan ini
mereka lakukan bukan hanya sewaktu-waktu atau sampai Roh Kudus yang dijanjikan
Yesus digenapi tetapi mereka lakukan itu terus menerus dalam kehidupan mereka
selanjutnya. Dengan ketekunan dan kesehatian yang sungguh-sungguh dalam doa
yang mereka panjatkan atau naikkan di hadapan Allah Bapa di sorga, maka mereka
semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam menantikan janji Tuhan melalui Roh
Kudus.
Bapak,
Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Apa
yang dilakukan oleh para rasul dan murid-murid kiranya juga menjadi teladan
dalam kehidupan kita saat ini, khususnya ketika kita sedang menghadapi pandemi
covid-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk pulau kita tercinta Sumba.
Dibutuhkan ketekunan dan kesehatian kita semua (baik itu pemerintah, masyarakat warga gereja) untuk bersama-sama
memanjatkan doa setiap hari agar wabah ini segera berlalu. Pemerintah tidak
dapat bekerja sendiri dalam melakukan upaya pencegahan dan pemutusan mata
rantai penyebaran covid-19 ini tanpa adanya dukungan dan kerja sama dari
seluruh lapisan masyarakat, terkhususnya kita sebagai warga gereja. Pemerintah
telah memberikan himbauan agar sementara waktu kita menghindari kerumunan dan
menjaga jarak serta menggunakan masker saat berpergian dari rumah, maka itu
harus kita taati betul. Jangan diabaikan atau dianggap sepele himbaun tersebut.
Ini masih saja kita kumpul-kumpul di tempat yang ramai, tidak menjaga jarak
satu dengan yang lain, keluar rumah tidak pakai masker dan lain sebagainya. Sebagai
warga masyarakat yang baik kita harus patuh betul pada anjuran pemerintah dan
mengikuti protokol yang diterapkan. Dan sebagai warga gereja, mari setiap hari (tanpa henti-hentinya) di rumah tangga
kita masing-masing memanjatkan doa bagi semua pihak (pemerintah, kepolisan, para medis, LSM) agar senantiasa diberi
kekuatan dan hikmat dalam melakukan tugas dan kerja mereka dan mendoakan
saudara-saudari yang sudah terkena virus ini agar memperoleh kesembuhan serta
mendoakan sesama kita yang saat ini susah akibat covid-19 (petani, pedagang, buruh kasar, dan sebagainya). Selamat hari
minggu Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.
Ibadah Minggu, 24 April 2020
GKS Jemaat Puu Naga
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.SI.-Teol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.