Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih
di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Dibalik setiap perjumpaan pasti akan ada
yang namanya perpisahan, itulah salah satu realita kehidupan yang terjadi di
tengah dunia ini. Jika perjumpaan selalu diwarnai dengan perasaan sukacita atau
bahagia, maka sebaliknya perpisahan akan diwarnai dengan perasaan sedih atau
perasaan duka karena kepergian orang-orang yang kita kasihi. Ketika hal itu
terjadi, maka kita berharap suatu saat nanti kita akan berjumpa kembali dengan
mereka yang telah pergi atau berpisah dengan kita, entah itu karena kematian,
pindah kerja, studi dsb. Karena itu orang
Barat pada umumnya tidak mengucapkan kalimat “don’t say goodbye” (artinya selamat tinggal) ketika berpisah
dengan seseorang, tetapi mereka selalu menggunakan kalimat “see you again” (artinya sampai berjumpa atau bertemu
kembali).
Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih
di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Perikop bacaan kita hari ini bercerita
tentang “Janji pencurahan Roh Kudus kepada murid-murid” (Ay.1-5) dan
peristiwa tentang “Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga,” sebagaimana yang disaksikan
oleh orang banyak pada waktu itu. (Ay. 6-11). Sesudah kebangkitan dan
penampakan Yesus kepada murid-murid, Ia berpesan agar mereka tetap tinggal di
Yerusalem guna menanti penggenapan janji Tuhan yaitu Roh Kudus yang akan
dicurahkan atas mereka sehingga mereka dapat bersaksi dan melanjutkan pekerjaan
Kristus di tengah dunia dalam memberitakan kabar sukacita kepada manusia. Namun
sebelum janji itu digenapi, murid-murid meminta kepada Yesus agar Ia memulihkan
keadaan Israel pada masa itu (Ay.6). Karena umat Tuhan pada saat itu sedang
hidup dalam kesusahan dan penderitaan akibat penjajahan Romawi. Akan tetapi
Yesus dengan tegas mengatakan kepada mereka bahwa pemulihan itu akan terjadi
menurut ketetapan atau kehendak Allah Bapa di sorga (waktu Allah) dan karena
itu mereka tidak perlu tahu kapan waktunya. Yang harus mereka lakukan adalah
tetap menanti janji Tuhan itu dengan tinggal di Yerusalem (Ay. 7) sampai janji
itu digenapi sehingga mereka dapat menyampaikan kabar sukacita kepada orang
lain (Ay.8). Sesudah Yesus mengatakan hal itu kepada murid-murid, maka
terangkatlah Ia ke sorga (Ay.9). Peristiwa kenaikan Yesus ke sorga adalah suatu
perpisahan dengan murid-murid. Namun perpisahan itu bukan lagi dalam suasana
yang penuh dengan kesedihan atau dalam suasana duka melainkan terjadi dalam
suasana yang penuh takjub dan sukacita karena perpisahan itu hanya bersifat
sementara, sebab Tuhan Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Yah benar
Tuhan akan datang kembali dengan cara yang sama seperti saat Ia terangkat ke
sorga (Ay.11). Sementara murid-murid merasa takjub dengan peristiwa itu,
tiba-tiba berdirilah dua orang berpakaian putih (yaitu malaikat Tuhan) menegur
mereka agar mereka tidak hanya berdiiri (tidak
melakukan sesuatu) menatap kepergian Yesus ke sorga (Ay.10-11), melainkan
mereka harus pergi melakukan apa yang Tuhan Yesus perintahkan kepada mereka.
Bapak, Ibu, Saudara/I yang terkasih
di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Tidak terasa sudah beberapa bulan ini
kita hanya bisa “berdiam diri” karena kemelut akibat pandemi covid-19. Kita
dihimbau untuk melakukan “social distancing” (menghindari kerumunan orang banyak dengan berdiam diri di rumah/ stay
at home) dan “physical distancing” (menjaga
jarak) dengan orang di sekitar kita. Bahkan Presiden Jokowi meminta kita
untuk bekerja dari rumah (work from home), belajar dari rumah (sekolah-sekolah
diliburkan) dan ibadah di rumah (salah
satu buktinya yaitu seperti yang kita lakukan saat ini dalam ibadah peringatan
kenaikan Yesus ke sorga) demi memutus mata rantai penyebaran covid-19 ini. Lalu
kitapun bertanya-tanya kapan badai ini akan berlalu dari muka bumi? Kapan
kehidupan ini kembali normal seperti sebelumnya sehingga kita dapat
beraktivitas seperti sediakala? Kapan kemelut ini akan berakhir? Yang
terpenting saat ini adalah bukan “kapan”nya tapi “apa” yang harus kita lakukan
di tengah situasi yang penuh pergumulan tersebut? Akankah kita akan terus
berdiam diri tanpa melakukan sesuatu? Atau justru banyak hal yang dapat kita
lakukan saat ini? Misalnya berbagi dengan orang yang susah meskipun mungkin
saat ini keadaan kita juga sedang dalam kesusahan, menguatkan sesama yang
sedang lemah, menghibur yang sedih dan lain sebagainya. Dan secara khusus,
sebagai anak-anak Tuhan di tengah situasi saat ini bagaimana kita merayakan dan
memaknai hari kenaikan Tuhan kita Yesus Kristus? Ingatlah bahwa Tuhan akan datang kembali. Hari Tuhan
akan tiba dan sambil kita menanti kedatangan Tuhan kembali ke dunia, kita
diajak untuk hidup dalam kesucian dan kesalehan (tekun beribadah, rajin baca
Alkitab, berdoa, tetap bersyukur kepada Tuhan meskipun keadaan sedang susah
dsb) seperti yang dikatakan dalam nats pembimbing kita tadi dari 2
Petrus 3:10-11. Sekalipun saat ini kita tidak beribadah di gereja, namun bukan
berarti bahwa ibadah kepada Tuhan “ditiadakan” atau “diliburkan.” Sebaliknya
kita dapat berjumpa dengan Tuhan bersama seluruh anggota keluarga kita melalui
ibadah di rumah tangga kita masing-masing. Kita harus lebih dekat kepada Tuhan
bukan justru semakin hidup jauh dari-Nya. Selamat merayakan dan memaknai
kenaikan Tuhan kita Yesus Kristus dengan penuh sukacita dan takjub meskipun
keadaan saat ini sedang sulit dan percayalah bahwa Tuhan akan datang kembali
dalam kemuliaan-Nya untuk memulihkan keadaan atau kehidupan kita saat ini,
termasuk memusnahkan virus corona atau covid-19 ini dari muka bumi. Selamat merayakan kenaikan Yesus Kristus ke sorga, Tuhan memberkati kita semua, amin.
Renungan Ibadah Kenaikan Yesus Kristus, Kamis, 21 Mei 2020
GKS Jemaat Puu Naga
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.