Bapak,
Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Ledakan
bom bunuh diri mengguncang Markas Polrestabes Medan di Jalan HM Said, Kota
Medan, Sumatera Utara pada Rabu (13/11/2019), demikian headline berita yang
ditulis oleh Kompas.com pada laman https://nasional.kompas.com. Dari berita ini kita dapat melihat bahwa
sekarang orang tidak takut lagi menghadapi kematian dengan berbagai macam
alasan yang melatar belakangi (baik itu
karena kondisi fisik yang lemah/ sakit, karena ideologi, atau sentiment
keagamaan dsb). Jika kematian tidak lagi menjadi suatu momok yang
menakutkan bagi manusia, maka sudah seharusnya manusia juga memiliki keberanian
dalam menjalani kehidupan ini (meskipun menghadapi
berbagai tantangan dan pergumulan hidup). Namun kenyataannya, seringkali
kita tidak memiliki cukup keberanian menjalani hidup ini dan memilih untuk lari
dari kenyataan hidup (Mis dengan bunuh diri dsb). Seperti sebuah petuah yang
mengatakan : “Banyak orang berani untuk
mati. Tetapi hanya sedikit orang yang berani untuk hidup.”
Bapak,
Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Perikop
Firman Tuhan hari ini yang dicatat dalam Injil Yohanes 14:1-14 adalah perkataan
Yesus kepada murid-murid sebelum Ia menghadapi kematian-Nya di atas kayu salib
dan keberangkatan-Nya kembali ke surga. Perkataan Yesus ini selain ingin
meneguhkan murid-murid agar tidak takut menghadapi kematian (siap mati untuk hidup yang kekal) juga
untuk meneguhkan mereka dalam menghargai dan menjalani kehidupan itu sendiri
dengan meneladani Yesus. Karena itu Yesus berkata : “Janganlah
gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku” (Ay.1).
Memang benar bahwa Yesus akan pergi atau kembali ke surga, namun Ia akan datang
kembali membawa setiap orang percaya, ke tempat dimana Ia berada. Ia pergi
untuk menyediakan tempat bagi orang percaya di sisi Allah Bapa di surga. Sebab Yesus
adalah jalan (bukan sekedar
penunjuk jalan) bagi orang berdosa untuk datang kepada Allah Bapa di surga
(Ay. 6). Ini adalah sabda penghiburan bagi murid-murid, supaya mereka tidak
gelisah dan tetap di dalam iman kepada Kristus, sehingga mereka memiliki keberanian
menjalani hidup di tengah dunia meskipun secara kasat mata Yesus tidak
bersama-sama lagi dengan mereka nantinya.
Para
murid menjadi bingung dan berat hati. Tomas misalnya. Ia bertanya kemana Yesus
akan pergi atau Filipus yang berkata: “tunjukkanlah
Bapa itu bagi kami?” (Ay. 5, 8). Bukankah terkadang kitapun bersikap sama
seperti Tomas yang tidak tahu harus berbuat apa walaupun Kristus telah
menunjukkan suatu teladan hidup melalui perkataan dan perbuatan-Nya,
sebagaimana yang dapat kita baca dalam Firman Tuhan atau bersikap seperti
Filipus yang tidak mengenal Allah dalam diri Yesus Kristus? Karena itu Yesus
berkata bahwa mereka telah melihat Allah di dalam diri-Nya (dalam
perbuatan-perbuatan-Nya). Sebab Yesus adalah satu dengan Allah Bapa di surga
(Ay.9-11). Hal itulah yang membuat Yesus memerintahkan mereka untuk tetap melakukan
pekerjaan-pekerjaan (ergon : karya Tuhan
dalam setiap pekerjaan manusia) yang Yesus lakukan meskipun nanti Yesus
tidak lagi bersama-sama dengan mereka (Ay.12). Mereka diajak untuk mengikuti
dan meneladani gaya hidup Yesus. Mengapa? Karena suatu saat mereka akan
dipercayakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang Yesus lakukan
(Ay.12). Jika Yesus hanya memberitakan injil di daerah Palestina dan sekitarnya
tetapi murid-murid, yaitu kita kelak akan memberitakan injil ke berbagai tempat
di segala penjuru dunia. Hal ini tentu tidak mudah untuk dilakukan. Bukankah
Yesus dalam hidup dan pelayanan-Nya selalu mengalami tantangan dan hambatan?
Tetapi Yesus tidak pernah takut dan gentar menjalani pekerjaan-Nya. Yesus
berani menjalani kehidupan-Nya di tengah dunia dan inilah yang harus kita
teladani dari Yesus sebagai murid-muridNya.
Bapak,
Ibu, Saudara/I yang terkasih di dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Melalui
renungan Firman Tuhan saat ini, diminggu Paskah ke 4 ini kita kembali dihibur,
dikuatkan dan diteguhkan untuk tidak hanya siap (berani) menghadapi kematian kelak; sebagai pintu menuju hidup yang
kekal melainkan sekaligus berani menjalani kehidupan saat ini di tengah dunia dengan
meneladani Yesus. Berani menjalani hidup di tengah dunia itu berarti kita tidak
mudah putus asa meskipun kesulitan demi kesulitan datang silih berganti, tidak
mudah kecewa meskipun mengalami berbagai macam penolakan, mau menolong sesama
meskipun saat ini kita sedang ada dalam kesulitan, tidak takut untuk terus
melangkah meskipun jalan yang akan ditempuh penuh bahaya di depan, tidak
gelisah dan cemas serta kuatir akan hari esok khususnya di tengah pandemi
covid-19 dan sebagainya. Belajarlah dari teladan yang telah ditinggalkan Tuhan
Yesus. Yesus tidak hanya berani menghadapi kematian-Nya tetapi Ia juga berani
menjalani hidup di tengah dunia; melakukan pekerjaan Allah dan menjadi berkat
bagi manusia, meskipun Ia tahu bahwa hal itu tidak mudah untuk dilakukan.
Selamat menjalani kehidupan ini dengan suatu keberanian karena Tuhan Yesus
senantiasa menyertai kita semua, amin.
Renungan Ibadah Minggu, 10 Mei 2020
GKS Jemaat Puu Naga
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.