Menurut KBBI, adil artinya 1. Sama berat; tidak
berat sebelah; tidak memihak: 2 berpihak kepada yang benar; berpegang pada
kebenaran; 3 sepatutnya; tidak sewenang-wenang: sedangkan keadilan artinya : sifat
(perbuatan, perlakuan, dan sebagainya) yang adil. Dalam kehidupan sehari-hari
bukankah kita seringkali melihat sesama kita yang mengalami ketidakadilan? Apa
yang kita lakukan ketika kita melihat ketidakadilan terjadi di sekitar kita?
Mari kita belajar dari perikop bacaan kita hari ini.
Dikatakan
bahwa sesudah Musa dewasa, ia keluar dari istana untuk pergi “melihat” (dalam artian
melihat secara teliti) saudara-saudaranya yang mengalami kerja paksa atau rodi.
Lalu ia mendapati seorang Mesir memukul orang Ibrani, seorang dari
saudara-saudaranya. Di sini kita melihat bahwa Musa tidak melupakan asal
usulnya sebagai orang Ibrani meskipun ia tumbuh dan besar di lingkungan istana
Mesir. Musapun membunuh orang Mesir tersebut dan menguburkannya secara
diam-diam. Namun apa yang dilakukan Musa terhadap orang Mesir tersebut ketahuan
juga oleh saudara-saudaranya dan juga oleh raja Firaun sehingga Musapun
akhirnya melarikan diri ke Midian (letaknya di sebelah selatan negri Edom dan
di sebalah timur Teluk Akaba). Sesampainya di Midian, lagi-lagi Musa melihat
ketidakdilan yang dialami orang lain. Hal ini terjadi ketika anak-anak
perempuan seorang imam di Midian yaitu Rehual (namanya berarti sahabat Allah)
diusir oleh beberapa gembala pada saat perempuan-perempuan itu menimba air dan
mengisi palungan-palungannya untuk memberi minum domba-domba ayah mereka.
Musapun bangkit menolong perempuan-perempuan itu dan memberi minum ternak mereka.
Perbuatan Musa ini pun akhirnya sampai ke telinga Rehuellah dan ia lalu
mengajak Musa tinggal di rumahnya bahkan memberi anak perempuannya Zipora
menjadi istri Musa. Musapun akhirnya tinggal di Midian dan lahirlah bagi dia
seorang anak laki-laki yang diberi nama Gersom, sebab katanya : “Aku telah
menjadi seorang pendatang di negri asing.”
Bagaimana
sikap Musa dalam kedua peristiwa di atas? Pertama, ia tertarik dengan keadaan
umat Israel dan ia menyelidiki bahwa kerja paksa dan ketidakadilan menyebabkan
mereka menderita. Dia lebih suka menolong mereka daripada menikmati hak khusus
serta kenyamanan di istana, meskipun untuk itu dia harus mengalami kesulitan
serta akibat yang buruk karena menegakkan keadilan di tengah ketidakdilan yang
dialami oleh saudara-saudaranya di Mesir. Namun, apakah pembunuhan seorang
Mesir olehnya memang etis? Memang Mesir adalah musuh yang memperbudak dan
menindas umat Ibrani atau Israel. Suatu bangsa yang ditindas sering menganggap
bahwa seseorang yang membunuh musuh mereka adalah seorang pahlawan, bahkan
pembunuhan seperti ini dianggap sebagai perbuatan profetis (kenabian) serta
tanda yang akan menjamin masa depan mereka. Tetapi pembunuhan yang dilakukan
oleh Musa terhadap orang Mesir tidak dapat dibenarkan. Dia mau supaya perbuatannya
tetap jadi rahasia. Dia takut lalu melarikan diri dan kelakukannya ini tidak
cocok dianggap sebagai seorang pahlawan. Musa telah bersalah dengan membunuh
orang Mesir dan melarikan diri. Akan tetapi dalam peristiwa yang kedua, ketika
ia ada di Midian, kelakukannya justru sebaliknya, penuh kasih. Bukan hanya
ketidakadilan terhadap umat Israel saja yang menarik hatinya. Cara
gembala-gembala memperlakukan anak-anak perempuan di sumur itu dirasa tidak
adil juga. Lalu dia menolong mereka, bahkan menyelamatkan mereka dari dominasi
para gembala yang adalah laki-laki (ketidakadilan gender; dimana laki-laki
selalu merasa diri pihak yang berkuasa dan lebih kuat dari perempuan sehingga
perempuan selalu menjadi korban ketidakdilan di tengah masyarakat). Dengan
menolong perempuan-perempuan itu, Musa telah bertindak secara etis dan sopan,
Ia telah menegakkan keadilan di tengah ketidakdilan yang dialami
perempuan-perempuan itu.
Akhir-akhir
ini bukankah kita juga sering melihat sesama kita yang mengalami ketidakadilan?
Ketidakdilan yang terjadi kita temukan misalnya melalui tindakan kekerasan,
penganiayaan, kekerasan berbasis gender bahkan rasisme atau fanatic keagamaan. Tingkat
kekerasan terhadap perempuan dewasa ini semakin meningkat. Perdagangan anak
yang dilakukan oleh para mafia atau sindikat bahkan orang tua terhadap anaknya
sendiri semakin marak. Kawin lari atau paksa yang juga terjadi di Sumba
belakangan ini. Dan yang baru-baru sedang viral di sosial media bahkan
mendorong aksi demonstrasi besar-besaran dari masyarakat terhadap pemerintah, dimana
seorang polisi bernama Derek Chauvin yang membunuh seorang sipil atau
masyarakat biasa bernama George Floyd hanya karena persoalan adanya laporan
dari pihak toko yang mengatakan George Floyd membayar dengan menggunakan uang
palsu, di Minnesota, Amerika Serikat pada tanggal 25 Mei 2020 yang lalu. Ketika
kita melihat ketidakdilan yang terjadi, apakah kita hanya menjadi penonton saja
atau justru berperan aktif dengan menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan
tersebut meskipun resiko yang akan kita hadapi dikemudian hari sulit? Mari kita
belajar dari Musa. Tuhan memberkati kita semua, amin.
Liturgi Ibadah
1.
Sapaan
Majelis jemaat
2.
Nyanyian
Pembukaan KJ 15 : 1 & 3 “Berhimpun
Semua”
3.
Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga ini kiranya
berlangsung dalam nama Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari
Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.
Nyanyian
respon KJ 53 : 1 “Tuhan Allah T’lah
Berfirman”
5.
Doa
pelayanan Firman Tuhan
6.
Pembacaan
Alkitab Rumah Tangga : Kel 2:11-22
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Ketidakadilan dalam berbagai bentuk
(kekerasan, pembunuhan dsb) akhir-akhir ini semakin meningkat. Sebut saja kisah
ketidakadilan yang dialami oleh George Floyd yang harus kehilangan nyawanya
oleh karena tindakan yang dilakukan oleh seorang oknum polisi bernama Derek
Chauvin, pada tanggal 25 Mei 2020 yang lalu di Minnesota, Amerika Serikat.
Tindakan Chauvin terhadap Floyd telah mendorong warga masyarakat di AS
melakukan unjuk rasa meminta pemerintah menindak tegas oknum polisi tersebut,
karena telah melakukan perbuatan yang tidak adil terhadap Floyd bahkan
menyebabkan ia kehilangan nyawanya. Tindakan warga Amerika Serikat yang
menuntut keadilan ditegakkan di tengah ketidakadilan yang terjadi bahkan
menjadi salah satu trending topik di media sosial juga dapat kita temukan dalam
perikop bacaan Firman Tuhan hari ini, dimana Musa juga berusaha menegakkan
keadilan di tengah ketidakadilan yang dialami oleh saudara-saudaraya di Mesir
karena penindasan dan juga ketika ia ada di tanah Midian, dimana ia menolong
anak-anak perempuan Rehuel dari para gembala yang mengusir mereka di dekat
sumur.
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Dalam
perikop ini kita melihat dua kali Musa bertindak menegakkan keadilan di tengah
ketidakadilan yang dialami oleh orang lain. Dalam peristiwa atau kisah yang
pertama, Musa membunuh seorang Mesir karena melakukan ketidakadilan (kekerasan)
terhadap saudara-saudaranya yang menjadi budak. Ketika perbuatannya di ketahui
oleh orang lain termasuk oleh Firaun, maka Musapun melarikan diri ke tanah
Midian. Sekalipun Musa telah berusaha menegakkan keadilan bagi
saudara-saudaranya yang tertindas dengan membunuh orang Mesir tersebut, namun
hal ini tidaklah etis atau dibenarkan. Bukankah masih ad acara lain yang dapat
dilakukan Musa tanpa harus menghilangkan nyawa orang lain? Akan tetapi dalam
peristiwa yang kedua, sebagaimana yang dikisahkan dalam Ay. 16-22 cara Musa menegakkan
keadilan di tengah ketidakadilan dengan menolong para perempuan-perempuan
(anak-anak dari Rehuel, seorang imam di Midian) dari gangguan para gembala di
tepi sumur, justru dilakukannya dengan penuh kasih. Musa bertindak secara etis
dan sopan. Ia telah bertindak benar. Menolong perempuan-perempuan itu tanpa
melakukan kekerasan terhadap para gembala-gembala itu. Dari kedua peristiwa
ini, kita dapat melihat bahwa Musa telah menunjukan suatu sikap yang mau
menolong sesama atau saudaranya yang lemah, yang mengalami ketidakadilan dari
pihak lain, yang membuat mereka akhirnya menderita. Tapi yang membedakan di
antara ke dua peristiwa di atas yang “cara” Musa dalam menegakkan keadilan
tersebut. Dalam kisah yang pertama ia melakukan dengan cara yang salah, yaitu
menyebabkan orang lain kehilangan nyawanya akan tetapi dalam peristiwa atau
kisah selanjutnya kita menemukan bahwa Musa telah melakukan suatu tindakan yang
benar dan berlandaskan pada Firman Tuhan (baca. Yes 1:17ab).
Bapak/Ibu/Sdr/I
yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Sebagai
anak-anak Tuhan, kitapun dipanggil untuk terus memperjuangkan keadilan di
tengah ketidakadilan. Namun yang perlu kita ingat adalah sekalipun maksud dan
tujuan kita baik (membela dan menolong yang lemah), namun harus dilakukan
dengan cara yang benar, yang seturut dengan kehendak Tuhan. Misalnya saat kita
melihat ketidakadilan yang dialami oleh sesama kita yang mengalami korban
kekerasan, maka kita dapat memperjuangkan atau menegakkan keadilan itu dengan
cara yang benar dan etis, tanpa harus menggunakan kekerasan. Kekerasan dibalas
dengan kekerasan bukanlah solusinya melainkan kekerasan harus dibalas dengan
kelemahlembutan dsb. Lihatlah keadaan di sekitar kita. Adakah kita menemukan
ketidakadilan yang terjadi baik itu di tengah kehidupan keluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam kehidupan bergereja? Apa
sikap kita? Mari kita belajar dari Musa yang berusaha menegakkan atau
memperjuangan keadilan di tengah ketidakadilan yang dialami oleh orang lain. Menegakkan
keadilan di tengah ketidakadilan itu harus dilakukan, namun dengan cara yang
tepat dan tentunya dengan berlandaskan kebenaran Firman Tuhan.” Tuhan
memberkati dan memampukan kita semua, amin.
7.
Persembahan
diiringi KJ 365b : 1 & 4 “Tuhan,
Ambil Hidupku”
8.
Doa
syukur (persembahan) dan syafaat.
9.
Nyanyian
penutup KJ 417 : 1 & 8 “Serahkan Pada Tuhan”
10. Berkat : “Semoga Allah, sumber pengharapan,
memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu,
supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan , amin. (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu :
Amin, amin, amin)
Bahan PART GKS Jemaat Puu Naga
Rabu-Jumat, 17-19 Juni 2020
Oleh Pdt. Iston U. K. Lena, S.Si-Teol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.