Penjelasan Perikop Alkitab
Sesudah menggambarkan penderitaan umat
Israel di tanah Mesir, penulis kitab Keluaran menceritakan riwayat kelahiran
Musa dan bagaimana nyawanya diselamatkan dari perintah Firaun bahwa “segala
anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani” harus dilemparkan ke sungai Nil
(Kel 1:22). Meskipun dalam kisah ini tidak disebutkan nama Allah, namun jika
kita melihat seluruh cerita dan konteks yang terdapat dalam kitab Keluaran, kita
akan melihat bahwa kitab ini terutama menceritakan mengenai penyelamatan umat
Israel oleh Allah dari perbudakan di Mesir. Dan hal itu dimulai dengan
mempersiapkan seorang pemimpin yaitu Musa yang akan memimpin umat Israel keluar
dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian.
Dikisahkan
bahwa ada seorang anak yang lahir dari keluarga Lewi. Dikemudian hari anak itu
diberi nama Musa (kata Ibraninya Moseh atau Moyses yang berarti “ditarik dari air” sedangkan menurut bahasa
Mesir, Musa berarti “anak”). Meskipun nama kedua orang tuanya tidak
disebutkan disini, hanya dikatakan ia berasal dari seorang laki-laki dan
perempuan dari keluarga Lewi, tetapi jika kita membaca Kel 6:19 dan Bil 26:59
ayah Musa adalah Amram dan ibunya bernama Yokhebed. Saudara perempuan Musa
(kakaknya) bernama Miryam (Kel 15:20) dan Harun (Kel 6:19; Bil 26:59). Kelahirannya
disembunyikan oleh kedua orang tuanya demi keselamatan Musa karena takut dengan
Firaun. Namun sesudah tiga bulan lamanya ia disembunyikan, orang tuanya lalu
mengambil suatu tindakan dengan “menaruh” anak itu disungai Nil dengan harapan
ia diselamatkan oleh orang Mesir. Karena itu orang tuanya lalu membuat sebuah
peti pandan (pandan adalah salah satu
jenis tanaman yang biasa dipakai untuk membuat kertas tulis dan juga keranjang
serta perahu; bc. juga Yes 18:2) dipakainya dengan gala-gala dan ter (yaitu suatu bahan yang membuat peti itu
tahan air) dan meletakkan bayi itu di dalamnya serta peti itu ditaruh di
tengah-tengah teberau (yaitu rumput
tinggi yang banyak tumbuh di sekitar sungai Nil) sungai Nil. Dan untuk
memastikan bahwa rencana mereka berjalan dengan baik, maka kakak anak itu
berdiri tidak jauh untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya. Beberapa waktu
kemudian datanglah putri Firaun untuk mandi di sungai Nil dan ketika ia melihat
ada sebuah peti di situ, disuruhnyalah dayang-dayangnya untuk memeriksa peti
itu. Ternyata di dalamnya ada seorang bayi dan putri Firaun tahu bahwa bayi itu
pastilah orang Ibrani (orang Israel
awalnya disebut sebagai orang Ibrani. Dikemudian hari barulah mereka disebut
sebagai orang Israel ketika 12 suku dari kaum keturunan Yakub itu bersatu
secara politik). Timbullah belas kasihnya kepada bayi itu dan ia berniat
untuk mengambilnya. Miryam yang sejak awal memperhatikan adiknya itu dari jauh
segera datang dan menawarkan solusi untuk mencarikan perempuan Ibrani yang akan
menyusukan bayi itu. Dan perempuan Ibrani itu adalah ibu Musa sendiri. Ketika
anak itu telah besar (ungkapan bahasa
Ibrani “telah besar” dapat diterjemahkan juga dengan kata “bertambah besarlah
anak itu” dan dalam konteks ini menunjuk pada saat anak itu disapih. Di Israel
Kuno, seorang anak biasanya disapih saat berumur tiga tahun), maka ibunya
membawa anak itu kembali kepada putri Firaun dan putri Firaun lalu mengangkat
anak itu menjadi anaknya serta memberi nama anak itu Musa sebab katanya :
“Karena aku telah menariknya dari air.”
Dari
perikop ini kita dapat melihat bahwa meskipun nama Allah tidak disebut secara
langsung, tapi bukan berarti Allah tidak turut terlibat di dalamnya.
Sebaliknya, kita dapat melihat Allah justru bertindak di tengah penderitaan
dan perbudakan yang dialami oleh umat Israel di Mesir. Dia bertindak
meskipun tidak terlihat dengan menyelamatkan seorang anak yang bernama Musa,
yang dipersiapkan sejak awal untuk menjadi seorang pemimpin yang akan membawa
umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir melalui putri Firaun. Allah
melaksanakan maksudNya melalui manusia yaitu Musa dan putri Firaun.
Sebagaimana
Allah bertindak di tengah penderitaan dan pergumulan yang dialami umat Israel
di Mesir pada waktu itu, maka Allah juga bertindak di tengah penderitaan dan
pergumulan yang kita alami saat ini, khususnya di tengah pandemi covid 19.
Meskipun Ia tidak terlihat tetapi Ia selalu ada dalam setiap kehidupan kita. Ia
tidak akan membiarkan kita selama-lamanya berada di tengah penderitaan dan
pergumulan itu, sebaliknya Ia akan mengangkat (menyelamatkan) kita dari tengah
penderitaan dan pergumulan hidup. Yah Allah bertindak dan melaksanakan rencanaNya
dengan memakai siapa saja yang mungkin tidak kita kenal untuk membawa kita
keluar dari tengah penderitaan dan pergumulan. Misalnya di tengah pandemi
covid-19 saat ini, Allah memakai pemerintah dan aparat keamaan untuk melakukan
upaya pencegahan penyebaran covid-19 dan juga para tenaga medis untuk mengobati
masyarakat yang terpapar covid-19. Percayalah Allah selalu bertindak dalam
kehidupan kita dengan caraNya. Selamat menjalani hari-hari kita selanjutnya
Tuhan memberkati kita semua, amin.
Liturgi Ibadah
1.
Sapaan
Majelis jemaat
2.
Nyanyian
Pembukaan KJ 5 : 1 & 3 “Tuhan Allah,
Namamu”
3. Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga ini kiranya
berlangsung dalam nama Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari
Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.
Nyanyian
respon KJ 5 : 6 & 7 “Tuhan Allah,
Namamu”
5.
Doa
pelayanan Firman Tuhan
6.
Pembacaan
Alkitab Rumah Tangga : Kel 2:1-10
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Jika Allah itu ada, di manakah Ia dan
mengapa masih banyak orang yang hidup menderita? Kata salah seorang dosen
kepada mahasiswanya saat mereka sedang bercakap-cakap. Mahasiswa itu tertegun
sejenak karena tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab pertanyaan sang
dosen tersebut. Lalu tiba-tiba ia menampar dosennya itu. Sang dosenpun terkejut
lalu bertanya kepada mahasiswa tersebut mengapa ia ditampar!!! Mahasiswa itupun
berkata apa yang bapak rasakan ketika ditampar? Sakitlah kata sang dosen
tersebut. Jika sakit, sekarang bapak tolong tunjukan mana sakit itu? Dosen
itupun terdiam. Yah bapak tidak dapat menunjukan sakit itu tetapi bapak dapat merasakan
sakit itu bukan? Demikian pula Allah. Meskipun Ia tidak terlihat namun kita dapat
merasakan kehadiranNya dalam hidup kita melalui tindakan orang-orang di
sekitar kita, yang menolong kita saat kita ada dalam kesusahan dan penderitaan
meskipun ada di antara mereka yang tidak kita kenal sekalipun. Allah dapat
memakai siapa saja untuk melaksanakan rencanaNya dalam hidup kita. Inilah yang
terjadi dalam kehidupan umat Israel pada masa silam ketika mereka ada dalam
penderitaan dan perbudakan di Mesir. Allah hadir dalam kehidupan mereka melalui
seorang tokoh yang bernama Musa. Bahkan sebelum Allah menyelamatkan umat
Israel, Allah terlebih dahulu menyelamatkan Musa dengan tetap membiarkan dia
hidup melalui puteri Firaun, sebagaimana yang dikisahkan dalam perikop bacaan
kita saat ini.
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Musa
adalah salah seorang anak yang dilahirkan dari kaum keluarga Lewi yang tinggal
di Mesir. Sebagai orang Ibrani dan berjenis kelamin laki-laki, kehidupannya
terancam karena Firaun telah mengelurkan perintah untuk membunuh atau membuang
setiap anak laki-laki Ibrani yang dilahirkan di Mesir pada waktu itu. Karena
itu orang tuanya lalu mengambil suatu tindakan penyelamatan dengan menaruh anak
mereka di dalam keranjang dan diletakkan di sekitar sungai Nil. Lalu datanglah
puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil dan menemukan anak itu di sana. Miryam,
sang kakak yang mengamati dari jauh lalu segera datang mendekat dan menawarkan
suatu solusi kepada puteri Firaun agar anak itu untuk sementara waktu disusukan
kepada seorang pengasuh sampai ia bertambah besar. Usul itu diterima oleh
puteri Firaun dan anak itu lalu diberikan kepada seorang perempuan Ibrani untuk
disusui yang adalah ibu kandungnya sendiri. Setelah anak itu bertambah besar,
maka sang ibu lalu membawanya kembali kepada puteri Firaun dan puteri Firaun
mengangkat anak itu menjadi anaknya dan memberi nama ia Musa sebab katanya :
“Aku telah menariknya atau mengambil dia dari air.” Demikianlah Musa akhirnya
tinggal di istana Firaun, menjadi anak angkat puteri Firaun. Allah
telah bertindak menyelamatkan Musa melalui belas kasih puteri Firaun
yang mau memelihara dan mengangkat Musa sebagai anaknya. Tindakan Allah yang
menyelamatkan Musa sebagai tanda bahwa Allah telah memperhatikan penderitaan
dan kesengsaraan umatNya di Mesir dengan menjadikan Musa sebagai seorang
pemimpin yang nantinya akan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Tindakan
Allah ini sebagai wujud nyata kehadiranNya di tengah penderitaan umatNya.
Bapak/Ibu/Sdr/I
yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Allah tidak
hanya bertindak di tengah penderitaan dan pergumulan yang dialami oleh bangsa
Israel di Mesir dengan menyelamatkan Musa melalui puteri Firaun, tetapi Allah
juga turut bekerja dalam kehidupan kita saat ini, khususnya di tengah pandemi
covid-19 saat ini. Di tengah penderitaan dan pergumulan hidup yang kita alami,
Allah akan bertindak dengan caraNya meskipun kita tidak dapat melihat Dia
secara langsung. Namun kita dapat melihat dan merasakan tindakan nyata Allah
itu melalui orang-orang di sekitar kita bahkan mereka yang mungkin tidak kita
kenal sekalipun. Tuhan memberkati kita semua.
7.
Persembahan
diiringi KJ 299 : “Mengucap Syukurlah”
8.
Doa
syukur (persembahan) dan syafaat.
9.
Nyanyian
penutup KJ 329 : 1-2 “Tinggal Sertaku”
10.
Berkat : “Semoga Allah, sumber pengharapan,
memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu,
supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan , amin.
(pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)
Bahan Pembacaan Alkitab Rumah Tangga
GKS Jemaat Puu Naga
Rabu - Jumat, 10-12 Juni 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.