Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Salah satu hal yang sering
ditanyakan bahkan menjadi perdebatan antara kita dan saudara-saudari kita yang
beragama lain adalah mengenai Allah yang kita sembah. Mereka mengatakan bahwa
orang Kristen menyembah tiga Allah oleh karena dalam doa sering kita katakan : Allah
Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Lalu bagaimana kita akan menjawab
pertanyaan mereka tersebut? Ajaran tentang Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus kita
kenal sebagai ajaran atau doktrin tentang “Trinitas.” Oleh karena hari ini
gereja-gereja di seluruh dunia menghayati dan merayakan minggu Trinitas, maka
tidak ada salahnya bagi kita untuk membicarakan hal ini.
Trinitas adalah salah
satu doktrin atau ajaran umat Kristen. Sebagai doktrin kata “Trinitas” tidak
akan kita temukan dalam Alkitab melainkan sebagai suatu pengakuan iman kita
pada Allah. Tidak mudah untuk menjelaskan hal ini sebab iman kita kepada Allah
sesungguhnya tidak dapat terjangkau oleh akal pikiran manusia. Tetapi lewat penyertaan
dan karya Yesus Kristus dalam hidup kita serta dalam tuntunan Roh-Nya yang
Kudus maka kita dapat merefleksikan makna Trinitas tersebut.
Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih
dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Sesudah
peristiwa kebangkitan Yesus Kristus, kesebelas murid kembali ke Galilea
sebagaimana perintah Malaikat pada mereka (Mat. 28:7). Hal itu menunjukan bahwa
Galilea memiliki peran penting bagi penghayatan iman para murid. Iman mereka
pada Yesus bertumbuh di Galilea dan dari sana perutusan ke seluruh dunia
disampaikan. Galilea adalah suatu kota yang dihuni oleh orang Samaria atau
orang berdarah campuran orang Yahudi dan bukan Yahudi. Karena itu orang-orang
Yahudi asli tidak ingin bergaul dengan orang dari Galilea. Tetapi justru di
daerah inilah Yesus Kristus menampakkan diri dan memberikan suatu perintah
kepada kesebelas murid di atas bukit (Ay.16). Rupanya bukit atau gunung
merupakan tempat yang khas bagi Yesus untuk menyampaikan nasihat-nasihat-Nya.
Hal itu sangat dekat dengan penghayatan orang Yahudi dimana mereka meyakini
bahwa bukit atau gunung searti dengan tempat dimana wahyu Allah dinyatakan.
Ketika kesebelas murid melihat Yesus, mereka lalu menyembah Dia (Ay.17).
Penyembahan adalah salah satu wujud pengakuan pada sebuah kuasa. Pribadi yang
disembah bukanlah sosok yang sembarangan. Ia memiliki kuasa lebih ketimbang
para penyembah-Nya. Keagungan Yesus yang bangkit dari antara orang mati
menjadikan Dia layak disembah. Namun pada ayat 17 disebutkan pula keraguan dari
beberapa orang. Siapa yang ragu-ragu tidak disebutkan dengan jelas. Apakah
orang-orang itu bagian dari kesebelas murid atau orang lain yang turut serta
dalam perjalanan ke atas bukit.
Melihat hal itu (ada orang yang menyembah namun juga ada
yang ragu), Yesus mendekati mereka (Ay.18). Yesus berkata kepada mereka (dengan tujuan menyakinkan mereka agar tidak
ragu-ragu lagi) : “Kepadaku telah diberikan segala kuasa baik di sorga
maupun di bumi.” Siapa yang memberikan kuasa kepada Yesus Kristus? Yaitu Allah
Bapa di sorga. Dengan kuasa itulah Yesus lalu memberikan perintah kepada para
murid untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Ku dengan membaptis mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Ay.19). Rumusan baptisan ini menunjuk
pada persekutuan yang erat atau relasi antara kehidupan dan karya Yesus dengan
Bapa-Nya serta dalam Roh Kudus. Disinilah kita menemukan penghayatan tentang
“Trinitas.” Bahwa berbicara tentang
Trinitas berarti berbicara tentang “relasi” atau hubungan antara Allah Bapa, Anak
dan Roh Kudus. Relasi itu hanya dapat bermakna melalui karya Allah
dalam hidup manusia. Dan Karya Allah sungguh nyata dalam hidup manusia melalui karya
Yesus Kristus dan dalam tuntunan Roh-Nya yang Kudus. Karena itu Yesus berjanji
akan menyertai murid-murid sampai pada akhir zaman (Ay. 20). Namun disini Allah
yang Esa itu membutuhkan “partisipasi” atau keterlibatan kita
di tengah dunia ini, dimana manusia dan seluruh ciptaan diundang untuk
berpartisipasi, mengambil bagian di dalam persekutuan Allah : Bapa, Anak dan
Roh Kudus (Trinitas) dengan mengajarkan (bersaksi)
kepada semua bangsa agar mereka juga melakukan apa yang telah diajarkan kepada
mereka melalui Yesus Kristus.
Dengan demikian ketika
kita berbicara tentang “Trinitas” maka kita berbicara tentang suatu relasi yang
erat antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dan dalam relasi itu, Allah yang kita
sembah mengundang kita untuk turut serta atau berpartisipasi dalam persekutuan
ilahi.
Bapak/Ibu/ Sdr/I yang terkasih
dalam Tuhan Kita Yesus Kristus…………………………………………………
Menjawab pertanyaan
kita diawal tadi, jika saudara-saudari kita yang beragama lain bertanya kepada
kita tentang Allah yang kita sembah, maka kita dapat menjawab bahwa Allah yang
kita sembah hanya satu. Allah itu Esa namun dalam wujud tiga pribadi Bapa, Anak
dan Roh Kudus. Kita hanya dapat memahami “Trinitas” dalam relasi antara Bapa,
Anak dan Roh Kudus. Relasi itu nyata melalui karya ilahi, dimana Allah Bapa
sebagai pencipta dan pemelihara dunia dengan segala isinya (Kej 1:26-27), Allah
Anak yang menyelamatkan (1 Yoh 4:14) melalui tuntunan Roh-Nya yang Kudus sampai
pada akhir zaman (Matius 28:20).
Dalam
kehidupan yang kita jalani saat ini, khususnya di tengah pandemi atau wabah
covid-19 yang melanda dunia, termasuk pulau kita tercinta Sumba, bukankah Allah
yang kita imani itu menyertai kita? Sebagai Bapa, Ia tidak pernah
meninggalkan kita, Ia terus memelihara kita dengan menyediakan apa yang kita
butuhkan bukan? Karena itu tetaplah bersyukur. Sebagai Anak, Ia memberi
perintah kepada kita untuk bersaksi tentang karya Bapa di sorga dengan
menunjukan kepedulian kita terhadap saudara-saudari kita yang saat ini sedang
susah dan sebagai Roh-Nya yang Kudus, Ia tetap menyertai kita melalui
kekuatan dan kesehatan dari sekarang dan selama-lamanya, amin.
Bahan Khotbah Ibadah Trinitas
GKS Jemaat Puu Naga-Waikabubak
Minggu, 07 Juni 2020
Oleh Pdt. Iston Umbu Kura Lena, S.Si-Teol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.