Keluaran 2:23-4:17 secara garis besar dapat kita bagi ke
dalam beberapa pokok penting yaitu :
1.
2
: 23-25 : Allah
melihat dan memperhatikan penderitaan yang dialami umatNya di Mesir.
2.
3
: 1-10 : Allah mengutus Musa menjadi alatNya untuk membawa
umat Israel keluar dari Mesir.
3.
3
: 11,13;4:1,10,13 : Musa berusaha
menolak atau mengelak panggilan Allah tersebut.
4.
3
:12,14-22; 4:2-9,11-12, 14-17 :
Allah meneguhkan Musa.
Kisah
ini diawali dengan penjelasan bahwa sesudah raja Mesir mati, kehidupan umat
Israel masih saja ada dalam perbudakan. Karena itu mereka berseru kepada Allah
dan Allah mendengar seruan mereka. Dari semak duri Allah berfirman bahwa Dia
mengetahui penderitaan umat-Nya. Allah akan melepaskan umat-Nya dari perbudakan
di Mesir dan akan menuntun mereka ke negri yang lebih baik dan luas, yaitu
negri yang berlimpah susu dan madu, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang
Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Lalu apa yang diperbuat Allah?
Dia lalu memanggil Musa untuk menjadi alatNya membawa dan menuntun umat Israel
keluar dari tanah Mesir. Tetapi Musa berusaha menolak atau mengelak dari
panggilan itu dengan berbagai macam alasan (mis.
bahwa dia tidak pantas untuk mengemban tugas tersebut; bahwa orang-orang
Israel, khususnya tua-tua Israel pasti tidak akan mempercayai dia; bahwa dia
memiliki keterbatasan atau kekurangan yaitu tidak pandai bicara dsb).
Allahpun meneguhkan Musa dengan :
1. Memberi
tanda (3:12); di satu pihak Musa yang membutuhkan tanda yang menguatkan
pemanggilannya dan menjamin bahwa Tuhan akan menyertai dia dan pada kesempatan
itu tanda
itu berupa semak duri yang menyala tetapi tidak dimakan api (Bdkn. 1 Sam 10:1-19; Hakim 6:17-24, sebagai
tanda yang menguatkan pemanggilan seorang hamba Tuhan). Di pihak lain,
suatu tanda dapat menjamin bahwa ancaman atau janji yang sudah diucapkan akan
dipenuhi. Dan benar bahwa dikemudian hari umat Israel menyembah Allah di gunung
Horeb atau yang dikenal dengan gunung Sinai.
2. Allah
memperkenalkan diriNya : AKU ADALAH AKU
yang menunjuk pada kuasa, kesetiaan dan kehadiran Allah (3:14) (Absolutisme
Allah; bahwa Ia tidak bersex/gender, tidak terikat pada batasan-batasan
kemanusian; Ia tidak terjangkau oleh pikiran manusia akan tetapi Ia sungguh
ada).
3. Tanda
lainnya : tongkat yang menjadi ular, lalu menjadi tongkat lagi sesudah
dipegang Musa (Ular itu menakutkan, sama seperti kuasa Firman Tuhan. Tuhan
lebih kuat dan berkuasa dari Firaun serta dewa-dewanya, sebab itu para tua-tua
Israel dapat percaya bahwa Tuhan menampakkan diri kepada Musa dan dia akan
menang dalam perselisihan dengan Firaun), tangan Musa yang kena kusta lalu
menjadi pulih kembali (tangan Musa yang kena kusta berarti bahwa dia serta umat
Israel yang diwakilinya tidak murni, bahkan penuh dengan dosa. Tangan yang
pulih kembali memperlihatkan kasih karunia Tuhan kepada mereka. Dialah yang
mengampuni kesalahan dan menyembuhkan penyakit mereka) dan air sungai Nil yang menjadi darah
(sungai Nil adalah sumber kehidupan orang-orang Mesir, maka air sungai yang
berubah menjadi darah itu memperlihatkan secara simbolis bahwa hukuman Tuhan
akan menimpa mereka (4:1-9).
4. Menyertai
lidah Musa dan mengajarkan kepadanya yang harus dikatakannya (4:12).
Berkali-kali
Musa berusaha menolak atau mengelak dari panggilan tersebut namun berkali-kali
pula Allah kembali meneguhkan dia agar menuruti perintah Allah. Hingga akhirnya
bangkitlah murka Allah kepada Musa oleh karena Musa terus saja mengelak dari
panggilan tersebut. Bukankah terkadang kita berkelakukan seperti Musa? Berusaha
mengelak atau menolak panggilan Allah untuk melayani Dia melalui pelayanan
kepada sesama kita? Dengan dalih bahwa kita adalah orang yang tidak sempurna,
orang yang tidak layak di hadapan Tuhan, orang yang penuh keterbatasan dsb lalu
kita jadikan itu sebagai salah satu alasan untuk kita menolak panggilan dan
perutusan Tuhan dalam kehidupan kita. Ingatlah bahwa Allah menciptakaan kita
untuk suatu tujuan, yaitu melakukan pekerjaan Allah di tengah dunia ini dan
sebagai anak-anakNya, kita perlu meresponi panggilan dan perutusan Allah itu
yang datang dalam kehidupan kita. Panggilan dan perutusan Allah adalah anugrah
yang harus kita syukuri dalam hidup ini, karena itu marilah kita menyambutnya
dengan penuh syukur. Efesus 2:10 bersabda “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan
dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Tuhan memberkati.
Liturgi Ibadah
1.
Sapaan
Majelis jemaat
2.
Nyanyian
Pembukaan KJ 355 : 1-3 “Yesus Memanggil”
3.
Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini
biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari
Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.
Nyanyian
respon KJ 33 : 1 “SuaraMu Kudengar”
5.
Doa
pelayanan Firman Tuhan
6.
Pembacaan
Alkitab Rumah Tangga : Kel 2:23-4:17
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Ada sebuah lagu yang cukup populer
bahkan sering dinyanyikan, tidak hanya oleh umat kristiani namun juga oleh umat
non Kristen. Lagu ini berjudul : “Hidup Ini Adalah Kesempatan,”
dimana refreinnya berkata :
Oh Tuhan, pakailah hidupku, selagi aku masih hidup.
Bila saatnya nanti, ku tak berdaya lagi.
Hidup ini sudah jadi berkat.
Melalui
pujian ini, kita diingatkan bahwa hidup adalah sebuah kesempatan; kesempatan
untuk melayani Tuhan melalui pelayanan kepada sesama. Namun jika kita mau
jujur, ketika kesempatan itu datang pada diri kita, apakah kita mau meresponi
panggilan Tuhan itu? Ataukah dengan berbagai alasan kita lalu menolak panggilan
tersebut dikarenakan kita ini manusia yang terbatas, pribadi yang penuh dosa
dan lain sebagainya!!!!
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Firman
Tuhan hari ini berbicara tentang panggilan dan perutusan Musa untuk membawa
bangsa Israel keluar dari Mesir. Sebab di Mesir bangsa Israel mengalami
perbudakan dan penindasan yang membuat hidup mereka menderita. Seruan
penderitaan umat Israel sampai di hadapan Allah dan Allah mendengar seruan
mereka. Karena itu Allah lalu memanggil Musa yang pada waktu itu sedang
mengembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian di gunung Horeb (Kel 2:18 disebutkan nama Rehuel, yang
dikemudian hari menjadi ayah mertua Musa. Rehuel sesungguhnya adalah nama
marga, karena itu di ay. 21 disebut Rehuellah Zipora yang artinya Zipora dari
marga Rehuel. Jadi nama ayah mertua Musa adalah Yitro dan Rehuel adalah nama
marga mertuanya). Allah menampakkan diri kepada Musa dalam nyala api dari
semak duri atau belukar. Allah kemudian memperkenalkan diri kepada Musa dan
memberi mandat (perutusan) kepada Musa untuk membawa dan menuntun umat Israel
keluar dari tanah Mesir. Apa respon Musa pada saat itu? Musa berusaha mengelak
dan menolak panggilan dan perutusan yang datang kepadanya dengan berbagai macam
alasan yang dikemukakan, bahwa ia ini bukanlah siapa-siapa hanya seorang
gembala, tidak pandai bicara (memiliki kekurangan) dsb. Allahpun meneguhkan
Musa agar ia tidak menolak atau mengelak dari panggilan tersebut dengan
berbagai macam tanda. Akan tetapi Musa tetap berusaha mengelak dan menolak
panggilan Allah tersebut sehingga bangkitlah murka Allah kepadanya. Lalu Allah
mengingatkan Musa bahwa Ia akan menyertai Musa dalam tugas dan perutusan
tersebut. Salah satunya melalui kehadiran Lewi kakak Musa yang akan mendampingi
Musa dalam menjalankan tugas dan perutusan tersebut. Demikianlah kita melihat
bahwa Allah memanggil dan mengutus Musa untuk membawa dan menuntun umat Israel
keluar dari tanah Mesir menuju tanah atau negri yang berlimpah susu dan madu,
sebab Allah telah memperhatikan kesengsaraan umatNya.
Bapak/Ibu/Sdr/I
yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Panggilan dan
perutusan untuk melayani Tuhan melalui pelayanan kepada sesama tidak hanya
datang kepada Musa, melainkan juga kepada kita saat ini. Melayani Tuhan melalui
pelayanan kepada sesama dapat kita lakukan dimana saja, kepada siapa saja dan
dalam situasi apapun. Terutama saat ini, ketika kita sedang menyongsong
peringatan HUT GKS Puu Naga yang ke 2 sebagai gereja Tuhan yang mandiri dan
dewasa sejak dimekarkan dari GKS Waikabubak pada tanggal 29 Juni 2018, kitapun
dipanggil untuk melayani Tuhan dengan talenta kita masing-masing. Apakah kita
akan menyambut panggilan Tuhan itu dengan penuh syukur dan sukacita ataukah
kita justru menolak panggilan itu dengan berbagai macam alasan yang kita
kemukakan? Bahkan lebih parah lagi jika kita meninggalkan pelayanan yang sudah
Tuhan percayakan. Ingatlah pesan Firman Tuhan dalam Efesus 2:10 bersabda “Karena
kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan
baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di
dalamnya.” Tuhan memberkati.
7.
Persembahan
diiringi KJ 450 : 1 “Hidup Kita Yang
Benar”
8.
Doa
syukur (persembahan) dan syafaat.
9.
Nyanyian
penutup KJ 338 : 1 & 4 “Marilah, Marilah, Hai Saudara”
10.
Berkat : “Semoga Allah pencipta langit dan
bumi serta segala isinya, dalam iman kepada Yesus Kristus Sang Juruslamat dunia
serta dalam tuntunan Roh-Nya yang Kudus, memberkati dan meneguhkan kita semua, amin (pemimpin dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)
Bahan PART GKS Jemaat Puu Naga
Rabu-Jumat, 24-26 Juni 2020
Oleh Pdt. Iston U.K. Lena, S.Si-Teol