Penjelasan Perikop Alkitab
Sesudah tulah yang pertama dimana air di sungai Nil berubah menjadi darah, maka Allah kembali memberi tulah yang kedua kepada orang Mesir yaitu katak. Hal ini terjadi karena Firaun tidak mau mendengar dan mentaati perintah Allah untuk melepaskan umat Israel keluar dari Mesir, supaya mereka dapat beribadah kepada Tuhan di gunung Tuhan (yaitu gunung Sinai). Melalui Musa, Allah mengingatkan Firaun apa yang akan terjadi jika ia tetap menolak mentaati perintah Tuhan dan melalui Harun hukuman atau tulah itu benar-benar nyata (Ay. 1-6). Maka ketika Firaun tetap berkeras hati menolak perintah Allah tersebut, seluruh tanah Mesir penuh dengan katak sehingga hal itu sangat mengganggu seluruh penduduk Mesir, termasuk juga Firaun. Mengapa Allah memberi tulah berupa katak bukan binatang lain yang lebih mematikan? Walaupun katak ini tidak mematikan namun toh ia adalah binatang yang sangat menjijikan dan jumlahnya sangat banyak pada waktu itu sehingga menimbulkan keresahan dan kepanikan di seluruh Mesir. Katak sesungguhnya adalah salah satu binatang yang cukup erat dengan kehidupan orang Mesir dimana ia dihubungkan dengan seorang dewi Heqet yang menolong para perempuan Mesir pada waktu mereka melahirkan dan dewi Heqet juga dipuja sebagai dewi yang memberi kesuburan bagi orang Mesir (pemberi anak atau keturunan). Tetapi apa yang selama ini dipuja-puja atau disembah oleh orang Mesir, Allah dapat memakai hal itu untuk mempermalukan mereka. Dengan adanya tulah ini, Allah sedang menunjukan kuasanya kepada orang Mesir bahwa Allah dapat memakai ilah-ilah orang Mesir untuk mendatangkan bencana atau malapetaka bagi mereka. Tidak tahan dengan tulah tersebut, Firaun pun meminta kepada Musa dan Harun agar mereka berdoa kepada Allah Israel menghentikan tulah tersebut disertai dengan janji bahwa ia akan menuruti kehendak Allah tersebut setelah tulah ini berakhir. Di sini kita melihat bahwa Firaun mulai mengakui bahwa Allah Israel itu berkuasa dan karena itu Ia memiliki otoritas penuh dalam kehidupan manusia. Firaun percaya bahwa katak-katak tersebut bermunculan karena perbuatan Allah dan karena itu iapun juga percaya bahwa Allah sanggup untuk melenyapkan atau memusnahkan katak-katak itu. Lalu Musapun bertanya kepada Firaun kapan ia harus berdoa kepada Tuhan agar Tuhan menghentikan tulah tersebut. Jawab Firaun “Besok.” Tentu kita bertanya-tanya mengapa Firaun tidak menyuruh Musa untuk berdoa saat itu juga kepada Allah supaya katak-katak itu langsung lenyap? Mengapa harus menunggu sampai besok? Kemungkinan besar Firaun saat itu masih dilematis bukan karena ia tidak percaya kepada kuasa Allah Israel melainkan ia dilema untuk melepaskan umat Israel pergi dari tanah Mesir secepat itu. Musa setuju dengan permintaan Firaun tersebut, untuk berdoa kepada Allah besok supaya Firaun mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Israllah yang melenyapkan katak-katak itu. Tidak ada allah lain seperti Tuhan, Allah Israel (Bc. Ay. 7 dan bdkn dgn Ay.10). Musa dan Harunpun akhirnya berdoa kepada Allah dan katak-katak itupun akhirnya mati dan lenyap. Tetapi Firaun rupa-rupanya tidak menepati janjinya. Ia tetap berkeras hati dan tidak mau melepaskan umat Israel untuk pergi menyembah Allah. Padahal adanya tulah kedua ini untuk menegaskan bahwa perintah dan kehendak Allah kepada manusia harus didengarkan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh; bahwa Allah berkuasa melebihi segala kuasa yang ada di dunia ini, termasuk kuasa dari ilah-ilah atau dewa-dewa yang disembah oleh orang Mesir. Pelenyapan suatu tulah disebut untuk pertama kali pada perikop ini.
Melalui tulah yang kedua ini, kita melihat bahwa ketika manusia tidak mau mendengar dan mentaati kehendak Allah maka Allah tidak segan-segan untuk menurunkan tulah atau memberi hukuman kepada manusia. Sebaliknya jika manusia mau menuruti kehendak Allah, maka Allah tidak akan mendatangkan hukuman kepada manusia dan juga Ia akan mencabut hukuman yang telah Ia berikan. Akan tetapi sayangnya, manusia seringkali ingkar janji kepada Allah setelah manusia mendapatkan apa yang diinginkannya, seperti yang dilakukan Firaun. Manusia seringkali tidak mau menepati janjiNya kepada Allah meskipun Allah telah memberikan apa yang dibutuhkan manusia.
Liturgi Ibadah
1.
Sapaan
Majelis jemaat
2.
Nyanyian
Pembukaan KJ 18 : 1-2 “Allah Hadir Bagi
Kita”
3.
Votum + Salam : Kebaktian rumah tangga saat ini
biarlah jadi dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari
Allah Tritunggal, turunlah atas kita sekalian,” Amin.
4.
Nyanyian
respon KJ 18 : 3-4 “Allah Hadir Bagi
Kita”
5.
Doa
pelayanan Firman Tuhan
6.
Pembacaan
Alkitab Rumah Tangga : Kel 8:1-15
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam
Tuhan Kita Yesus Kristus,
Ketika seseorang atau sekelompok orang
tidak mau mendengar dan mentaati perintah yang kita berikan maka biasanya yang
kita lakukan adalah memberi hukuman atau sangsi agar mereka mau melakukan apa
yang kita kehendaki. Dan jika seseorang atau sekelompok orang telah menerima
hukuman atau sangsi itu dan bersedia untuk mau mendengar apa yang kita
perintahkan maka kita tentu tidak akan terus menerus menghukum mereka bukan.
Misalnya di rumah sebagai orang tua, kalau anak-anak tidak mau mendengar dan
mentaati apa yang kita perintahkan (contoh suruh tidur siang tapi mereka menolak,
suruh belajar malah mereka bermain) maka sebagai orang tua tidak segan-segan
kita untuk memberi hukuman kepada mereka. Akan tetapi saat anak-anak kita
akhirnya mau mendengar perintah kita, maka tentu kita tidak akan terus menerus
menghukum mereka. Hal inilah yang dilakukan Allah kepada orang Mesir
sebagaimana perikop bacaan kita saat ini.
Bapak/Ibu/Sdr/I
yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Pada waktu itu Musa dan Harun pergi
menghadap Firaun sebagaimana perintah Allah agar Firaun menginjinkan umat
Israel pergi sembahyang ke bukit Tuhan. Allah tahu bahwa Firaun ini seorang
yang keras hati dan tidak mau mendengarkan perintah Allah. Karena itu melalui
Musa Allah berfirman jika Firaun tidak mau mendengar dan melakukan perintah
Allah, maka Allah akan menulahi seluruh negri Mesir dengan katak. Ini adalah
tulah kedua yang diberikan Allah jika Firaun masih tetap mengeraskan hatinya.
Dan oleh karena Firaun tetap tidak mau mendengarkan perintah Allah itu, maka
atas perintah Allah, Harun memukul tongkatnya ke atas tanah Mesir sehingga
negri Mesir penuh dengan katak. Katak memang tidak mematikan tetapi jika
katak-katak tersebut jumlahnya sangat banyak, maka tentulah hal itu akan
mengganggu kehidupan dan kenyamanan seluruh penduduk Mesir, termasuk Firaun.
Selama ini orang Mesir menghubungkan katak dengan seorang dewi yang bernama
Heqet, yaitu dewi kesuburan (pemberi keturunan) dan yang menolong
perempuan-perempuan Mesir melahirkan sehingga katak di Mesir menjadi salah satu
binatang yang diharamkan untuk dibunuh (Bdkn. di India, orang India tidak
memakan daging sapi karena sapi dianggap sebagai titisan dewa mereka). Maka
Firaunpun meminta kepada Musa agar Musa berdoa kepada Allah Israel supaya
tulah-tulah ini dihentikan dan ia berjanji akan mengijinkan bangsa Israel
keluar dari Mesir. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Setelah Allah
mendengarkan doa Musa dan tulah ini berakhir, Firaun tetap tidak mau menepati
janjinya. Ia tetap tidak mau melepaskan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Kita Yesus Kristus,
Terkadang
kitapun berlaku seperti Firaun. Allah sudah menegur kita dengan berbagai hal
namun kita tetap saja tidak mau mendengar perintah Allah, meskipun Allah telah
mendengar janji kita. Misalnya saat kita sedang “sakit” dan kita merasa bahwa
kita sudah tidak lagi mampu menanggung penderitaan itu, lalu kita berjanji :
“Jika Tuhan menyembuhkan saya, maka saya akan rajin ke gereja, baca Alkitab
dsb.” Lalu Ketika Allah sudah mendengar doa kita, Dia menyembuhkan kita, maka
kitapun ingkar janji. Sakit ingat Tuhan, sembuh mulai sudah melupakan Tuhan.
Ingat bapak ibu sdr/I yang dikasihi Tuhan, saat kita tetap mengeraskan hati
kita dengan tidak mau mendengar dan mentaati perintah Allah, maka Allah tidak
segan-segan akan “menghukum” kita dengan kasihNya. Belajarlah untuk selalu
mendengar dan mentaati perintah Allah meskipun hal itu sulit untuk kita
lakukan. Tuhan memberkati kita semua, amin.
7.
Persembahan
diiringi KJ 444 : “Mengucap Syukurlah”
8.
Doa
syukur (persembahan) dan syafaat.
9.
Nyanyian
penutup KJ 329 : 1-2 “Tinggal Sertaku”
10. Berkat : “Semoga Allah yang telah memanggil
kita keluar dari kegelapan menuju terang, terus berjuang dan menyertai hidup
kita, dalam pengasihan anakNya Tuhan kita Yesus Kristus serta dalam naungan dan
bimbingan Roh-Nya yang Kudus tetap menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita
dari saat ini sampai selama-lamanya. (pemimpin
dan jemaat menyanyikan lagu : Amin, amin, amin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.