BAHAN
PEMAHAMAN ALKITAB APRIL 2017
Oleh Vic.
Iston Umbu Kura Lena, S. SI-Teol
Pengantar
Bahan April :
Memasuki
bulan April, Gereja akan merayakan Paskah sebagai peristiwa Iman yang membawa
kepastian hidup bagi umat percaya di segala tempat. Oleh karena itu, tema
pemahaman Alkitab yang akan dibahas secara umum adalah “Belajar berjalan dengan Iman” melalui
“Karya
Allah dalam kehidupan sehari-hari.” Dalam hal ini kita akan belajar
dari seorang tokoh wanita yang bernama Rut
yang terdapat dalam Rut Pasal 1-4. Setiap pasal dibahas setiap minggu atau ke
empat pasal tersebut dapat dirangkum dalam sebuah drama Paskah yang dipentaskan
sesudah paskah atau pada akhir bulan. Selamat merayakan Paskah 2017 Tuhan Yesus
memberkati.
Minggu 1 : BAGAIMANA MELIHAT ALLAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI –
RUT 1:1-22 (Bagian 1)
Babak
Pertama
Ketika tirai
dibuka dalam babak pertama, kita melihat seorang wanita tua yang mengalami
kepahitan hati di tengah panggung. Ketika kita mendengarkan wanita itu, jelas
bahwa sang Sutradara Panggung tampaknya tidak mengetahui apa yang ia perbuat.
Namun sebelum sampai ke sana, mari mulai dengan penggambaran waktu, tempat dan
keadaan dari kisah itu seperti yang kita baca dalam Rut 1:1-5.
1Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel.
Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya
laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing. 2Nama orang
itu ialah Elimelekh, nama isterinya Naomi dan nama kedua anaknya Mahlon dan
Kilyon, semuanya orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda; dan setelah sampai ke
daerah Moab, diamlah mereka di sana. 3Kemudian matilah Elimelekh, suami Naomi,
sehingga perempuan itu tertinggal dengan kedua anaknya. 4Keduanya mengambil
perempuan Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka
diam di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya. 5Lalu matilah juga keduanya,
yakni Mahlon dan Kilyon, sehingga perempuan itu kehilangan kedua anaknya dan
suaminya.
Kisah ini
terjadi pada masa para hakim berkuasa. Dalam sejarah bangsa Isarel, periode
tersebut merupakan masa penindasan yang biadab dan penuh pertumpahan darah.
Hidup di tengah-tengah penyerbuan kejam, peperangan antar suku dan pelanggaran
hukum yang tak terkendali, bangsa Yahudi harus menghadapi persoalan yang tiada
henti-hentinya. Sekarang bencana kelaparan menambah daftar penderitaan mereka.
Di Betlehem-yang dikenal dengan sebutan Rumah Roti-tidak terdapat roti lagi.
Elimelekh memilih untuk membawa keluarganya ke Moab, negeri tetangga Israel.
Perjalanan
menuju Moab, tidaklah jauh-tidak lebih dari 48 km di sebelah timur Betlehem-namun,
jarak di dalam Alkitab, menurut H. W. Morton, seringkali diukur bukan dalam
hitungan berapa kilometer, tetapi berdasarkan seberapa dekat hubungan kita
dengan Allah. Orang Moab menyembah dewa Kamos bukan Allah Israel. Elimelekh
dan keluarganya meninggalkan sesuatu yang sudah dikenal (yaitu Allah Israel)
untuk sesuatu yang belum dikenal (Dewa Kamos), sesuatu yang diketahui untuk
sesuatu yang tidak diketahui.
Ketika
tiba di Moab, keluarga tersebut mengalami terlebih dahulu kematian sang ayah,
Elimelekh. Kemudian kedua anak lelaki yang telah menikahi wanita Moab juga
meninggal. Drama dimulai dengan tiga orang janda yang bermuram durja dan tanpa
harapan. Naomi, di tengah panggung, mendengar bahwa Betlehem telah kembali
menjadi Rumah Roti. Bencana kelaparan telah usai. Makanan tersedia melimpah di
Yudea. Ia dan kedua menantunya bersiap untuk pindah ke Betlehem. Percakapan
dalam drama kita mulai pada ayat
8-9:
“Berkatalah Naomi kepada kedua
menantunya itu: “Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; Tuhan
kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada
orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; 9kiranya atas karunia Tuhan kamu
mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.” Lalu
diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras.”
Naomi
mengetahui bahwa Orpa dan Rut akan menghadapi masa depan yang suram dan tidak
pasti jika mereka kembali ke Betlehem bersamanya. Mereka harus tetap tinggal di
Moab. Ia mencium mereka-sebuah tanda dari pembebasan kewajiban terhadapnya.
Mereka telah secara sukarela tinggal bersama Naomi setelah suami mereka
meninggal. Namun, sekarang mereka tidak dapat mengorbankan kebahagian mereka
hanya untuk menjaga Naomi. Merasa putus asa dan tidak berdaya untuk melakukan
apa pun bagi mereka, Naomi berdoa agar Allah menjaga mereka dan memberikan
suami yang akan memelihara hidup mereka.
Namun, simak apa yang dikatakan Orpa
dan Rut: “Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu.” Entah karena
kesetiaan kepada mendiang suami mereka atau karena kasih kepada ibu mertua
mereka, Rut dan Orpa bersedia pergi ke Betlehem. Naomi pun membujuk mereka lagi
:
“Tetapi
Naomi berkata: “Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku?
Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan
suamimu nanti? 12Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku
untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini
aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, 13masakan
kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri
dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh
lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan Tuhan teracung terhadap
aku?” (1:11-13)
Apakah inti
dari perkataan yang disampaikan Naomi kepada Orpa dan Rut? Hal itu bukan hanya sekedar usaha untuk membujuk mereka agar tidak ikut
bersama dengannya. Itu juga merupakan suatu ratapan yang menuduh bahwa Allah
telah menghancurkan hidupnya. Kata-kata Naomi menegaskan keterlibatan Allah
secara langsung dalam hidupnya dan pertanggungjawaban-Nya atas situasi yang
dialaminya. Pada dasarnya Naomi memberitahu Orpa dan Rut bahwa jika Allah
sedang “mengejar” dirinya, tinggal bersamanya hanya akan mendatangkan
bencana.
Upaya kedua untuk membujuk
menantunya itu telah mempengaruhi Orpa. Ia mencium mertuanya dan pulang ke
Moab. Namun, Rut masih belum terbujuk. Di ayat berikutnya, kita mendengar
keputusan Rut yang tak tergoyahkan untuk tinggal bersama Naomi :
“Tetapi kata
Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti
engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana
engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan
Allahmulah Allahku; 17di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah
aku dikuburkan. Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi dari
pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada
maut!” (1:16-17)
Dapatkah kita menyalahkan Orpa
karena ia kembali ke Moab? Tidak sama sekali. Orpa melakukan hal yang
diharapkan, sedangkan Rut melakukan hal yang tidak terduga. Kita dapat memahami
keputusan masuk akal yang diambil Orpa. Kita tidak memahami kesetiaan luar
biasa yang diperlihatkan Rut. Tindakan yang dilakukan Rut dalam bahasa Ibrani
disebut hesed.
Hesed adalah kata Ibrani yang dapat
diterjemahkan menjadi “kasih yang setia.” Kasih ini
melakukan sesuatu jauh melebihi dari apa yang diharapkan. Beberapa ratus tahun
kemudian, para pengikut setia Daud menunjukan hesed kepada pemimpinnya tercinta. Mereka meninggalkan padang
belantara, berjuang untuk memasuki dan keluar dari Betlehem, demi membawakan
air minum yang diambil dari perigi
(sumur) Betlehem untuk Daud. Allah menunjukan hesed kepada kita dengan mengorbankan Anak-Nya sendiri untuk
membebaskan kita, untuk menebus kita dari dosa. Rut adalah sebuah contoh
istimewa dari hesed ketika ia berdiri
dipersimpangan antara Moab yang sudah dikenalnya dengan Yudea (Betlehem) yang
asing baginya.
Kasihnya
yang setia telah membuat
keputusan-memilih bangsa dan Allahnya Naomi. Kita melihat bahwa Rut
mengambil keputusan tersebut tanpa suami dan tanpa harapan akan menikah lagi.
Ia mengabdikan dirinya kepada seorang wanita tua. Ia dapat saja berharap akan
adanya sebuah bola Kristal yang akan memberitahukan tentang masa depannya pada
saat itu. Akan sangat menyenangkan jika ia dapat melihat apakah pilihannya itu
benar. Namun, ia tidak memiliki hal semacam itu. Ia harus memilih Allah dan
Naomi tanpa jaminan apa pun.
Adegan berlanjut. Dalam ayat 19 kita
melihat kedatangan kedua wanita tersebut di Betlehem dan seluruh kota datang
menyambut mereka. “Naomikah itu?” Sudah lebih dari 10 tahun sejak ia pergi dari
Betlehem. Seketika mendengar namanya disebut, Naomi, wanita tua itu teringat
akan ironi yang muncul dari nama itu. Arti
nama Naomi yaitu “menyenangkan”
atau “elok.” Elok? Dia berkata.
“janganlah sebutkan aku Naomi (Elok)….tetapi sebutlah aku Mara (artinya Pahit)”
(ay. 20).
Saat Naomi meneruskan kata-katanya,
kemarahannya kepada Allah meluap sekali lagi. Yang Mahakuasa telah melakukan
banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan
tangan yang kosong Tuhan memulangkan aku (ay.20-21).
Sepanjang babak pertama ini kita
mendengar Naomi berbicara tentang Allah. Dia sadar akan pekerjaan tangan Allah
atas alam semesta dan dalam hidupnya. Namun, saat ia berbicara tentang Allah,
kita melihat bahwa ia telah salah menilai-Nya dan salah menilai hidupnya. Naomi
mengatakan bahwa ia pergi meninggalkan Yudea dengan tangan penuh. Benarkah itu? Bukankah hal mendasar yang menyebabkan
keluarganya pindah ke Moab adalah bencana kelaparan? Mereka keluar dari Yudea
dengan tangan hampa. Hidup sangatlah sulit saat itu, sebab jika tidak, mereka
tentu tidak akan meninggalkan Betlehem.
Naomi juga mengatakan bahwa Allah
memulangkannya dengan tangan kosong. Benarkah demikian? Memang benar bahwa
Naomi telah kehilangan suami dan kedua anak laki-lakinya. Namun, sebagai
pengganti tempat mereka, Allah telah memberikan kesetiaan Rut yang luar biasa
kepada Naomi. Rut telah bersumpah untuk bersama dengannya sampai kematian
memisahkan mereka.
Naomi
salah menilai situasi yang dihadapinya ketika ia salah menilai Allah. Ia
memfokuskan kepada hal-hal yang negative dan menjadi penuh dengan kepahitan. Dengan
menyebut dirinya sendiri Mara
(pahit), ia memandang Allah dan memandang kehidupan melalui kacamata yang
buram.
Seperti Naomi, kita dapat menjadi
seorang yang sangat rohani. Kita berbicara tentang Allah. Kita menaikkan
doa-doa kita kepada-Nya. Namun, ketika kita salah menilai Allah dan
pekerjaan-Nya di dalam kehidupan kita, kita dapat dengan mudah salah menilai
segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita.
Saat babak pertama dan pasal pertama
berakhir, tirai perlahan-lahan diturunkan dan menutupi dua wanita di panggung: Rut
yang setia dan Naomi yang penuh dengan kepahitan. Kata-kata dari ayat
terakhir dalam pasal ini memberikan petunjuk tentang apa yang akan terjadi di
babak selanjutnya. Rut dan Naomi telah tiba di Betlehem pada permulaan musim
menuai jelai. Adakah hal ini membawa sebuah pertanda bagi kedua janda miskin
yang baru saja tiba di kota itu? Silahkan dilanjutkan pada babak ke dua J
Pertanyaan Diskusi :
1. Kita telah
diperkenalkan dengan istilah bahasa Ibrani, hesed yang berarti “kasih
yang setia.” Bagaimana Rut menunjukan kasih seperti ini? Dalam hubungan seperti
apa di dalam kehidupan ini kita seharusnya menunjukan hesed?
2. Mengapa
Naomi merasa bahwa tangan Tuhan (ay. 13) teracung terhadapnya? Apakah
pemahamannya itu benar? Mengapa benar atau mengapa tidak?
3. Dalam
tanggapan Rut terhadap Naomi (ay. 16-17), ia menunjukan pengabdian kepada
mertuanya. Sebagai seorang Moab, apakah yang telah ditinggalkan Rut untuk hidup
dengan Naomi yang merupakan orang Yahudi?
4. Mengapa kata-kata
Rut ini menjadi suatu pernyataan iman yang teguh? Bagaimana ia mengungkapkan
kedalaman komitmennya?
5. Pikirkan
tentang pilihan Rut dan pengaruhnya yang mengubah hidup. Pernahkah Anda
mencapai tingkat kesetiaan seperti itu terhadap seseorang atau sesuatu? Jika
ya, seperti apakah itu. Jika tidak, mengapa?
6. Siapa yang
pernah menjadi seorang Rut di saat Anda membutuhkan? Bagaimana kehadiran
pribadi tersebut dapat membantu Anda untuk mempercayai Allah bahkan di tengah
keadaan yang sulit? Bagaimana caranya agar Anda dapat menjadi seperti Rut
kepada mereka yang membutuhkan?
7. Bagaimana
Anda melihat pekerjaan Allah dalam kisah tersebut? Ceritakanlah secara singkat!
Minggu 2 :
BAGAIMANA MELIHAT ALLAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI – RUT 2:1-23
(Bagian 2)
Babak Kedua
Saat tirai
terangkat pada babak kedua, kita menemukan bahwa Naomi mempunyai seorang
kerabat di kota itu yang kaya raya dan berpengaruh. Apakah ia ditakdirkan untuk
memainkan peran penting dalam drama kita?
Sementara itu, Naomi dan Rut tidak memiliki
makanan. Rut memutuskan untuk mengumpulkan bulir-bulir jelai, dengan cara
mengikuti para penuai selama proses panen dan mengambil sisa bulir-bulir jelai
yang jatuh di tanah. Dalam babak ini, focus utama kita beralih dari Naomi
kepada Rut.
Dalam Rut 2:3 kita membaca bahwa “Kebetulan ia berada di tanah milik Boas.”
Kalimat tersebut seolah-olah menyatakan bahwa yang terjadi adalah sebuah
ketidaksengajaan belaka. Namun, sang penulis sebenarnya memberi petunjuk
tentang penyebab terjadinya “kebetulan” itu. Dibalik apa yang dianggap sebagai
suatu kebetulan bagi manusia, ada tujuan Allah yang mulia. Bahkan di setiap
“ketidaksengajaan” dalam kehidupan, tangan Allah sedang bekerja bagi kebaikan
kita.
Sekarang lihat ayat 4: “Lalu datanglah Boas dari Betlehem.”
Kejutan! Sebuah kebetulan lagi!
Seorang kerabat Naomi yang kaya dan berpengaruh adalah pemilik ladang itu dan
secara kebetulan ia ada saat Rut bekerja di ladangnya!
Setelah memperhatikan Rut, Boas
menanyakan tentang dirinya dan mengetahui bahwa Rut berasal dari Moab dan telah
kembali bersama Naomi. Sekarang tiba saatnya untuk mengungkapkan kebenaran.
“Kebetulan” telah membuat Rut dan Boas berada di ladang yang sama. Lalu apa
yang selanjutnya dilakukan Boas?
Jelas sekali, keadaan membaik. Singkat
cerita, Boas memberi Rut status sebagai “Pengumpul
jelai yang paling disukai” di ladangnya. Dengan mengikuti secara cermat
perintah yang diberikan Boas, Rut berlindung dari para pria yang mungkin akan
mengganggunya. Ia juga dapat mengumpulkan jelai lebih banyak daripada yang
dikumpulkan orang pada umumnya.
Selain mempermudah pekerjaan Rut
dalam mengumpulkan jelai, Boas juga mengundangnya untuk makan bersama para
penyabit lain dan memastikan bahwa Rut mendapat makanan yang cukup. Di akhir
hari pertamanya memungut bulir-bulir jelai, Rut kembali kepada Naomi dengan
membawa kain yang telah dipenuhi dengan jelai gandum yang sudah
ditampi/dibersihkan. Alkitab mengatakan bahwa Rut membawa pulang kira-kira
seefa jelai-sekitar 14,5 kg bulir gandum. Keberhasilan Rut di hari pertamanya
dalam mengumpulkan jelai melebihi perkiraannya saat ia mulai bekerja pada pagi
itu.
Apa yang terjadi ketika Rut kembali
kepada Naomi sore itu? Tentunya, wanita tua tersebut menginginkan sebuah cerita
yang lengkap mengenai apa saja yang dialami Rut sepanjang hari. Jelai yang
melimpah itu menunjukan bahwa Rut mengumpulkan jelai di tempat yang baik. Ke
mana ia telah pergi? Di ladang manakah ia mengumpukan jelai-jelai tersebut?
Perhatikan rekasi Naomi ketika Rut
menjawab pertanyaannya. Setelah mendengar tentang Boas, Naomi berkata, “Diberkatilah kiranya orang itu oleh
TUHAN!... Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib
menebus kita” (ay. 20).
Apakah artinya? Mengapa hal itu
sangat penting? Tirai diturunkan dengan perlahan dan mengakhiri babak kedua
dari drama kita ini. Namun, ucapan Naomi tentang kaum kerabat yang wajib
menebus mereka memberikan tanda bahwa drama ini belum berakhir J
Pertanyaan Diskusi :
1. Apa yang
dilakukan Rut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama Naomi ketika mereka
tiba di Betlehem?
2. Ceritakanlah
bagaimana Rut bertemu dengan Boas?
3. Apa reaksi
Naomi ketika mengetahui bahwa Boas adalah kaum kerabatnya?
4. Bagaimana
Anda melihat pekerjaan Allah dalam kisah tersebut? Percayakah Anda bahwa Rut
dan Boas bertemu karena faktor kebetulan? Berikan tanggapan Anda!
5. Pernahkan
Anda mengalami suatu kondisi dimana Anda merasa itu terjadi secara kebetulan?
Apakah semata-mata karena faktor kebetulan ataukah ada campur tangan Allah? (bdkn
Roma 8:28). Ceritakanlah pengalaman Anda secara singkat.
Minggu 3 :
BAGAIMANA MELIHAT ALLAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI – RUT 3:1-18
(Bagian 3)
Babak Ketiga
Babak ketiga
akan dimulai. Babak ini menjadi titik penting dalam drama kita. Allah telah
menyediakan makanan bagi kedua janda itu. Namun, itu hanyalah solusi jangka
pendek untuk mencukupi kebutuhan mereka. Rut
memerlukan seorang suami. Naomi membutuhkan seorang anak laki-laki untuk meneruskan
keturunannya dan membawa nama keluarga. Seiring dengan berakhirnya masa
panen, Naomi memikirkan sebuah rencana yang berani, agresif dan sedikit
berbahaya bagi Rut. Baca rencana yang dimiliki Naomi dalam ay 1-4:
Lalu Naomi,
mertuanya itu, berkata kepadanya: “Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku
mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia? 2Maka sekarang,
bukankah Boas, yang pengerja-pengerjanya perempuan telah kautemani itu, adalah
sanak kita? Dia pada malam ini menampi jelai di tempat pengirikan; 3maka
mandilah dan beruraplah, pakailah pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat
pengirikan itu. Tetapi janganlah engkau ketahuan kepada orang itu, sebelum ia
selesai makan dan minum. 4Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau
perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat,
singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan
memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.”
Dengan
demikian Naomi mulai menjawab doanya sendiri bagi Rut seperti yang tertulis di
Rut 1:9, “Kiranya atas karunia Tuhan kamu
mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.” Di satu
sisi Naomi mencontohkan kepada kita cara Allah bekerja melalui tindakan
manusia. Kita tidak seharusnya menunggu secara pasif agar hal-hal yang kita
inginkan terjadi. Ketika muncul sebuah kesempatan, kita perlu mengambil
inisiatif. Naomi melakukan hal itu. Namun, kita juga menyadari bahwa di dalam
rencana Naomi terdapat sebuah resiko besar yang ditanggung Rut.
Boas dan Rut
akan berbicara di bagian sepi, tempat mereka berbicara empat mata. Namun, di
masa Perjanjian Lama, tempat pengirikan sering dihubungkan dengan sesuatu yang
sifatnya asusila atau kurang senonoh. Naomi berandai-andai dengan karakter
Boas, merasa bahwa Boas tidak akan memanfaatkan situasi ini dengan Rut. Naomi
meminta Rut untuk memasuki suatu situasi yang penuh dengan kompromi dan
ketidakpastian. Hal apakah yang belum pasti? Apakah Rut diminta untuk merayu
Boas di tempat pengirikan itu?
Hukum imamat
menyatakan bahwa jika seorang pria meninggal tanpa keturunan, saudara lelakinya
harus menikahi janda tersebut. Kemudian putra pertama mereka akan menjadi
pewaris sah dari suami yang telah meninggal tersebut dan melanjutkan namanya, serta
mewarisi kepemilikannya. Jika tidak ada saudara lelaki yang dapat menikahi
janda tersebut, ia dapat meminta seorang kerabat keluarga jauh untuk menikah
dengannya. Di sini kita melihat bahwa Rut menggunakan adat kuno yang tidak
lazim untuk menawarkan pernikahan kepada Boas. Maksud dari tindakannya adalah
meminta perlindungan penuh dari Boas.
Apakah Boas
melakukannya? Ya dan tidak. Ia menjawab, “Hmmm, ya. Aku mau melakukannya,
tetapi aku bukan penebusmu yang terdekat. Masih ada satu orang lagi penebus yang
punya hubungan keluarga lebih dekat dengan Naomi. Ia harus memilih terlebih
dahulu. Hal itu terserah padanya” (ay. 12-13).
Jadi mereka
tidak bertunangan malam itu. Namun, Rut mengetahui bahwa Boas akan menikahinya
jika penebus terdekat itu mangkir dari kewajibannya. Boas akan membereskan
segala sesuatu sebagaimana mestinya dan mempercayakan hasilnya kepada Allah.
Rut tetap
berbaring tertidur di sebelah kaki Boas sepanjang malam dan dengan diam-diam
pulang kembali ke Betlehem sebelum subuh. Tirai pun diturunkan, menutup babak
ketiga ini, seiring dengan saat Rut menceritakan kepada Naomi semua hal yang
telah terjadi.
Bahkan rencana yang dirancang oleh manusia dapat digunakan Allah
untuk menggenapi tujuan-Nya. Rencana Naomi tidak berubah menjadi sesuatu
yang buruk, bukan karena situasi yang tidak mendukung mereka untuk berbuat
macam-macam, tetapi karena karakter Rut dan Boas. Boas sungguh peduli dengan
reputasi Rut. Rut pun aman. Naomi mempertaruhkan rencananya pada integritas
Boas. Ia terbukti sebagai seorang pria yang terhormat. Namun yang menjadi
pertanyaannya sekarang adalah pria manakah yang akan mendapatkan sang wanita?
Pertanyaan
Diskusi :
1. Kita telah
mendengar mengenai “Hukum Imamat” dalam tradisi Yahudi. Apakah isi dari hukum
tersebut dan bagaimana hukum tersebut dijalankan?
2. Percayakah
Anda bahwa Naomi sedang mencarikan perlindungan bagi Rut, dirinya atau bagi
mereka berdua? Mengapa?
3. Bagaimana
Anda melihat pekerjaan Allah dalam kisah tersebut? Ceritakanlah secara singkat
dan jelas!
Minggu 4 :
BAGAIMANA MELIHAT ALLAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI – RUT 4:1-22
(Bagian 4)
Babak Keempat
Tirai
diangkat ketika babak ke empat dimulai. Kita melihat Boas di pintu gerbang
kota, tempat ia dapat bertemu dengan kerabat terdekat Naomi. Satu hal yang
pasti adalah bahwa Rut akan segera memiliki seoarang suami. Yang belum dapat
dipastikan adalah siapa yang akan menjadi suaminya. Sesuatu yang sampai saat
ini menjadi urusan pribadi antara Naomi, Rut, dan Boas sekarang harus diketahui
masyarakat umum. Masalah tersebut merupakan urusan keluarga yang harus
diselesaikan antar sanak saudara di depan khalayak ramai.
Setelah mengumpulkan sepuluh orang
saksi, Boas menyampaikan kepada kerabat terdekat itu mengenai penebusan tanah
milik Elimelekh. Kerabatnya itu pasti berpikir, tentu saja, hal itu tampaknya
gampang, jadi ia menjawab, “Aku akan menebusnya (ay. 4). Ia tahu ia harus
menikahi sang janda untuk melakukan hal tersebut, akan tetapi ia menganggap
bahwa Naomi sudah terlampau tua untuk melahirkan anak dan ia akan memiliki
tanah tersebut tanpa seorang keturunanpun yang akan menuntut balik kepemilikan
tanah itu. Secara financial, investasi yang ditawarkan ini adalah sebuah
kesempatan tanpa resiko. Bukankah tidak ada ruginya?
Boas kemudian mengatakan hal yang
paling menentukan: Rut menjadi bagian dari perjanjian. Jika kerabat terdekat
tersebut membeli tanah itu, ia membeli Rut juga. Ia kemudian wajib memberi anak
laki-laki bagi Rut untuk meneruskan hak kepemilikan Elimelekh atas milik
pusakanya. Dengan kata lain, kerabat tersebut tidak diperkenankan untuk
memiliki tanah itu ketika anak laki-lakinya telah cukup umur untuk meminta apa
yang menjadi warisannya.
Tiba-tiba kerabat terdekat itu
berubah pikiran. Ia dengan cepat melepaskan haknya untuk menebus tanah
Elimelekh. Boas akhirnya mendapatkan Rut.
Orang banyakpun bersorak gembira dan Boas membawa pengantinnya pulang.
Babak ini membawa kesimpulan bagi
cerita kita. Tidaklah cukup hanya dengan sang lelaki mendapatkan sang wanita
atau sang wanita mendapatkan sang lelaki. Keseluruhan peristiwa tersebut adalah
demi sebuah tujuan yang lebih besar.
Salah satu tujuannya adalah untuk
meneruskan hak Elimelekh atas tanah pusakanya. Untuk itu, Naomi harus memiliki
seorang anak laki-laki, tetapi ia terlalu tua untuk itu! Namun, hal itu tidak
berlaku bagi hukum Yahudi. Ketika kerabatnya Boas dan menantunya Rut,
melahirkan seorang anak laki-laki, kita melihat prosesi menarik yang terjadi
disepanjang jalan Betlehem. Para wanita di Betlehem membawa bayi mungil itu dan
meletakkannya dipangkuan Naomi. Ia sekarang memiliki seorang anak laki-laki.
Wanita yang pada babak pertama (Pasal 1) penuh dengan kepahitan dan mengeluh
tentang tangannya yang kosong, sekarang telah memiliki tangan yang penuh. Tidak
hanya memiliki makanan yang cukup, Naomi juga memiliki seorang anak laki-laki
yang mewarisi nama suaminya. Anak laki-laki tersebut adalah pewaris sah dari
Elimelekh.
Allah telah memakai kesetiaan dari orang-orang biasa
untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.
Apakah cerita
kita berakhir sampai di sini? Tidak. Kita masih memiliki silsilah keturunan
yang membingungkan sebagai puncak dari cerita kita. Apa yang kita pelajari dari
silsilah tersebut? Mari kita lanjutkan pembacaan yang tertunda. Di ay 21-22
dikatakan bahwa “Salmon memperanakan Boas, Boas memperanakan Obed, Obed
memperanakan Isai dan Isai memperanakan Daud.” Tiba-tiba nama Daud disebutkan
dibagian akhir kitab, yang merupakan raja Israel dan berasal dari garis
keturunan dua janda yang hidupnya penuh dengan perjuangan; wanita tua yang
penuh dengan kepahitan dan wanita asing dari Moab. Naomi dan Rut telah menjadi
perempuan yang daripadanya berasal seorang raja bagi umat Israel.
Allah menyediakan roti melalui pengumpulan
jelai yang dilakukan Rut. Allah menyediakan perlindungan melalui pernakahan Rut
dengan Boas. Allah menyediakan keturunan bagi Elimelekh dan Naomi. Bahkan lebih
lagi, Allah menyediakan seorang raja besar bagi bangsa Israel melalui seorang
wanita asing. Allah memakai kesetiaan dari orang-orang biasa untuk melakukan
hal-hal yang luar biasa.
Kita menemukan silsilah yang sama di Matius
1:3-6a :
“Yehuda
memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron
memperanakkan Ram, 4Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason,
Nahason memperanakkan Salmon, 5Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas
memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, 6Isai memperanakkan raja
Daud”
Silsilah ini tidak berhenti sampai Daud.
Setelah banyak nama lain yang sulit diucapkan, kita membaca di ayat 16:
“… Yakub memperanakan Yusuf suami Maria, yang
melahirkan Yesus yang disebut Kristus.”
Bukan saja Rut yang setia dan Boas yang tulus
menjadi buyut dari raja terhebat Israel. Mereka juga berada dalam barisan dari
orang-orang yang dipilih Allah dan melalui mereka Allah telah mengutus Anak-Nya
ke dunia untuk membawa keselamatan bagi manusia.
Refleksi
Iman Dari Babak Kesatu – Babak Keempat:
Seringkali ketika hidup kita penuh dengan
tantangan dan hambatan, kita menjadi sulit untuk percaya bahwa Allah sanggup
bekerja dalam hidup kita. Allah tampaknya bersembunyi dari kita. Seperti Naomi
di babak pertama, kita dapat salah menilai kehidupan karena kita tidak yakin
bahwa Allah secara aktif terlibat dalam hidup kita.
Banyak hal dalam hidup ini yang terjadi
tampaknya seperti sebuah kebetulan-contohnya Rut yang mengumpulkan jelai di lahan
Boas (babak kedua). Hidup dapat berjalan seperti biasa dan penuh dengan
kebetulan. Namun, di tengah segala hal yang tampaknya seperti kebetulan dalam
hidup kita, Allah sedang bekerja, menggenapi perencanaan mulia dengan kita
melalui berbagai hal yang kita alami. Allah adalah sutradara yang mengatur
setiap pemain di atas panggung kehidupan. Di tengah-tengah sesuatu yang
tampaknya sangat biasa, Allah sedang melakukan sesuatu yang luar biasa.
Seperti Rut dan Boas yang mau menjaga
integritas, meskipun berada dalam situasi dan kondisi yang membuat mereka dapat
melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Allah dan sesama (Babk 3), biarlah
itu juga menjadi sikap dan gaya hidup yang harus kita miliki ketika dunia dan
sekitarnya kehilangan integritas.
Ada pepatah mengatakan bahwa diri kita
menentukan apa yang kita lihat. Kita mungkin mencari Allah dan merasa tidak
mendapatkan-Nya karena kita keliru membayangkan Dia dengan segala sesuatu yang
sifatnya mencengangkan. Allah ditemukan bukan hanya dalam hal-hal yang ajaib
dan luar biasa. Dia bekerja dalam diri kita dan melalui kita dalam kehidupan
sehari-hari. Di hari-hari yang melelahkan, kita dapat saja mempunyai anggapan
bahwa hidup ini bergantung pada diri kita sendiri. Namun, jika kita adalah
milik Allah, bahkan ketika kita tidak melihat-Nya bekerja, kita dapat percaya
bahwa Allah menggerakan berbagai peristiwa yang terjadi demi kebaikan kita.
Rut telah membuat sebuah keputusan di jalan
berdebu antara Moab dan Betlehem. Ia memilih untuk memberikan kesetiaannya
kepada Allah dan umat-Nya. Pilihan itu mungkin tampaknya tidak berarti, akan
tetapi pilihan yang dibuat Rut telah mengubah Naomi dan mengubah sejarah (Babak
4).
Yesus juga telah menunjukan kesetiaan-Nya
terhadap Allah dan umat-Nya, dimana Ia rela mati di kayu salib untuk
menghapuskan dosa manusia dan karena kesetiaan dan kuasa yang diberikan Allah
kepada-Nya, pada hari yang ketiga Ia bangkit. Selamat merayakan Paskah 2017.
Kiranya iman percaya kita semakin dikuatkan dan disegarkan.