"HIDUP YANG DIBAHARUI OLEH SANG FIRMAN"
(LUKAS 24:13-35)
TUJUAN
:
1. Umat
menyadari bahwa Yesus Kristus selalu hadir dalam perjalanan hidup umat-Nya.
2. Umat
mengalami pembaharuan hidup (baik
kognitif, afektif, psikomotorik) secara holistik melalui perjumpaan dengan
Kristus.
Pendahuluan
Ø Perjalanan
hidup manusia di tengah dunia ini bukanlah suatu perjalanan yang mudah untuk
dijalani dan ditempuh hingga mencapai garis akhir. Adakalanya perjalanan itu
penuh dengan tantangan, hambatan, persoalan, pergumulan yang seolah-olah tidak
pernah berakhir. Dan ketika hal itu menimpa diri kita, maka kita akan berkata :
Hidup ini berat, jangan dibuat susah lagi.
Ø Dalam
situasi dan kondisi yang demikian seringkali kita merasa sedih, tertekan,
kehilangan semangat hidup, kecewa bahkan putus asa. Kita tidak tahu lagi harus
bersikap bagaimana menyikapinya selain pasrah dan tetap menjalaninya sampai
akhir. Yah seringkali realita kehidupan yang kita alami tidak sesuai dengan
harapan.
Ø Hal
inilah yang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus pada waktu itu dan secara
khusus kita dapat melihatnya dalam perikop bacaan kita hari ini yang terdapat
dalam Injil menurut Lukas 24:13-35.
Isi
Ø Dalam
perikop ini, dikisahkan ada dua orang murid Tuhan Yesus, yang seorang bernama
Kleopas (Ay. 18) dan seorang murid lain yang tidak disebutkan namanya (mereka adalah para pengikut Yesus diluar para
rasul) berjalan meninggalkan Yerusalem menuju Emaus. Jarak dari Yerusalem
ke Emaus ± 7 mil (11-12 km), sekitar 2 jam atau lebih dengan berjalan kaki. Mereka
meninggalkan Yerusalem untuk kembali melanjutkan hidup mereka sebelumnya oleh
karena sang pemimpin mereka, yaitu Yesus telah tiada.
Ø Perjalanan
itu mereka tempuh bukan dalam suasana yang penuh sukacita melainkan dengan perasaan
sedih, tertekan, terpukul berkaitan dengan peristiwa yang telah terjadi belakangan
ini di Yerusalem. Kematian Yesus telah mendukakan hati mereka bahkan
kebangkitan Yesus, sebagaimana yang disampaikan oleh Maria Magdalena tidak
mampu menghilangkan kesedihan itu oleh karena mereka belum melihat atau
mengalami secara langsung Kristus yang bangkit itu, sehingga berita Paskah yang
disampaikan membuat pikiran mereka semakin berkecamuk tak menentu.
Ø Ketika
mereka sedang bercakap-cakap memperbincangkan hal itu, datanglah Yesus mendekati atau mereka
dan berjalan bersama mereka (Ay. 15). Uniknya, mereka tidak menyadari
bahwa orang yang berjalan bersama mereka adalah Yesus. Dikatakan di ayat 16 :
“Ada sesuatu yang menghalangi mata mereka.” Ada dua penafsiran mengenai hal
ini. Yang pertama, mereka tidak dapat melihat Yesus karena perjalanan mereka
menuju ke arah Barat Laut, jadi merupakan perjalanan menuju arah matahari
terbenam. Sehingga pandangan mata mereka terganggu karena silaunya cahaya
matahari senja (Pada waktu itu mereka meninggalkan Yerusalem menuju Emaus
menjelang sore hari). Yang kedua, Yesus menampakkan diri kepada mereka dalam “Cara
berada yang baru” yang tidak dapat dilihat hanya dengan kasat mata
melainkan harus dengan kaca mata iman (Bdkn. Ay. 31). Mata iman mereka belum
terbuka dan mereka belum percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka
nanti-nantikan selama ini. Walaupun sebelumnya kita melihat bahwa mereka telah
mengganggap Yesus sebagai nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataanNya
di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa (Ay. 19).
Ø Lebih
lanjut Alkitab mencatat bahwa Yesus tidak hanya berjalan bersama mereka tetapi
Ia juga menanyakan apa yang sedang mereka percakapkan (Ay. 17). Artinya bahwa Yesus
mau mendengar (baca : campur tangan) apa yang menjadi pergumulan mereka
saat itu. Lalu merekapun menceritakan segala sesuatu yang terjadi kepada Yesus
(Ay.19-24).
Ø Yesuspun
menegur mereka dengan menyebut mereka bodoh (Yunani : ανοητοι ) artinya tidak memiliki
hikmat kebijaksanaan, kurang peka, lamban mengerti. Bagi mereka, Mesias adalah
seorang pahlawan nasional kemerdekaan politis, yang langsung membebaskan dan
memberi mereka kemenangan. Yesus meluruskan pemahaman ini. Yesus memberikan
pemahaman kepada mereka bahwa menurut Kitab Suci, Mesias itu harus menempuh
jalan penderitaan (kematian) sebelum menuju kemuliaan (kebangkitan), Ay. 25-27.
Dengan berjumpa Yesus, mereka mengalami pembaharuan pemahaman akan Firman Tuhan
(pengetahuan mereka diubahkan; aspek kognitif).
Ø Bukan hanya itu saja, mereka juga tersentuh dengan sikap Yesus
yang berkenan untuk singgah bermalam ketika mereka memintanya, karena saat itu
hari sudah malam (Kisah ini dapat kita temukan dalam KJ 329 “Tinggal Sertaku).
Terlebih saat makan bersama, Yesus berkenan melayani mereka dengan memecahkan
roti dan mengucap syukur kepada Allah Bapa di sorga sama seperti saat Yesus
berbelas kasih memberi makan lima ribu orang. Hati mereka tersentuh (aspek
afektifi) dengan cara Yesus melayani mereka. Pada saat itulah “mata
iman” mereka terbuka. Mereka segera menyadari bahwa teman seperjalanan mereka
itu adalah Yesus tetapi Yesus telah lenyap dari hadapan mereka. Perjumpaan
mereka dengan Yesus, Sang Firman yang telah bangkit dan hidup itu, telah
menghidupkan kembali hati mereka yang semula “dingin” karena dukacita dan
kekecewaan menjadi berkobar-kobar penuh sukacita (Ay. 28-32).
Ø Peristiwa yang penuh sukacita yang dialami oleh Kleopas dan
kawannya itu, telah mendorong mereka untuk bergegas kembali ke Yerusalem
meskipun hari sudah malam untuk menyampaikan kabar sukacita itu kepada
murid-murid yang lain (aspek psikomotorik; menekankan pada
perilaku). Kesaksian mereka itu disambut dengan teriakan penuh sukacita dan
pengakuan bahwa Yesus bukanlah seorang nabi atau rabi saja melainkan Ia adalah
Tuhan (Kyrios) bagi mereka! (Ay.33-35).
Penutup
Ø Minggu
ini adalah minggu kedua sesudah kita merayakan Paskah. Tentu tidak mudah bagi
kita saat ini dalam menapakinya, khususnya di tengah pandemi covid-19 yang
telah melanda dunia, termasuk di tanah air kita tercinta. Covid-19 tidak hanya
menimbulkan perlambatan ekonomi, mempengaruhi kehidupan sosial kemasyarakatan
tetapi juga kehidupan beriman kita.
Ø Di
tengah situasi dan pergumulan yang kita alami itu, Kristus yang bangkit dan hidup
itu datang menyapa kita, meneguhkan kita, serta menguatkan kita untuk
terus melanjutkan hidup yang masih Ia percayakan sampai dengan saat ini.
Ø Kristus
selalu hadir dalam setiap pergumulan kita dengan cara-cara-Nya yang mungkin
kadang tidak mampu kita salami, tetapi kehadiran-Nya dapat kita rasakan. Ia
tidak pernah meninggalkan kita seorang diri dalam mengarungi perjalanan hidup
ini.
Ø Biarlah
kuasa kebangkitan Kristus yang telah kita rayakan, merubah pikiran kita, yang
mungkin saat ini penuh dengan beban hidup menjadi lebih ringan; yang salah
menjadi benar dsb (aspek kognitif), perasaan kita yang mungkin saat ini
sedang sedih, kecewa, putus asa berganti penuh sukacita dan penuh pengharapan
(afektif) dan perilaku kita yang semula tidak berkenan di hadapan-Nya berganti
dengan sikap dan perilaku yang seturut kehendak Tuhan seperti yang Ia inginkan (psikomotorik).
Tuhan memberkati kita semua. Amin.